“Oya, hampir lupa. Ada sesuatu buat kamu” Shirley menunjuk
ke arah dapur “Ada di atas meja makan”
“Oh, almost
forgot. There is something for you” Shirley pointed to the kitchen “On the
dining table”
Kami baru saja kembali ke rumahnya setelah belanja dan makan
malam.
We just got
back to her place after went shopping and had dinner.
Sesuatu buat saya? apa
ya?, pikir saya sambil berjalan ke dapur sementara Shirley menggendong
putrinya, Lauren, yang tertidur ke kamar.
Something for me? What is it?, I thought to myself as I went to
the kitchen while Shirley carried her daughter, Lauren, who was asleep to the
bedroom.
Di atas meja makan ada sekuntum bunga forget-me-not dalam gelas kristal, sebuah amplop putih bertuliskan
nama saya diatasnya terletak didekatnya. Hati saya berdebar-debar karena saya
mengenali tulisan tangan itu.
There on
the dining table is a forget-me-not flower
in a crystal glass, a white envelope with my name written on it is placed near
it. I got nervous when I recognized the handwriting.
Saya merobek amplop itu. Isinya sebuah kunci dan sebuah USB.
I tore the
envelope. A key and a USB were inside of it.
“Dia minta supaya saya memesan sekuntum bunga forget-me-not dan amplop itu dikirimkan
dengan paket yang saya terima dua hari lalu” kehadiran Shirley mengejutkan saya
“Apa itu yang ada dalam amplop?”
“He asked
me to order one forget-me-not flower
and the envelope was delivered by courier two days ago” Shirley surprised me with
her presence “What is that in the envelope?”
“Kunci rumahnya” saya menghela napas “Saya memberikan kunci ini ke dia minggu lalu sebelum dia berangkat ke Seattle. Saya kan bukan pacarnya lagi jadi buat apa saya masih pegang kunci ini. Tapi ini dia kirimkan kembali ke saya”
“The key to
his house” I took a deep breath “I gave it to him last week before he left to Seattle. I am not his girlfriend anymore so why should I keep it. But now he is sending it back to me”
“Dan USB?” tanya Shirley. Melihat muka saya, dengan lembut
dia menepuk tangan saya “Pakailah laptop saya. Mungkin Andre meninggalkan pesan
khusus dalam USB itu”
“And the USB?”
asked Shirley. Seeing my face, she gently patted my hand “Why don’t you use my
laptop. Maybe Andre left a message on that USB”
Lalu dia berdiri “Saya ada di kamar Lauren kalau kamu
membutuhkan saya”
And she
stood up “I am in Lauren’s room if you need me”
Saya tersenyum “Thanks, Shirley”
I smiled to
her “Thanks, Shirley”
Cuma ada satu file dalam USB itu; kumpulan foto-foto kami
selama delapan tahun terakhir ini. Tersusun rapi berdasarkan tahun. Ditampilkan
dalam bentuk slide, diiringi lagu Peter Cox.
There is
only one file in that USB; our photos in the past eight years. Neatly arranged in
yearly order. It is a slide show with Peter Cox’s song played in the
background.
Saya tersenyum, tertawa dan menangis melihat foto-foto itu.
I smiled,
laughed and cried when I saw those photos.
Tidak mudah untuk meninggalkan dan melupakan hubungan selama
delapan tahun ini.
It is not
easy to walk away and forget these eight years of relationship.
* *
* * *
“Seminggu ini tidak ada kontak sama sekali dari dia, Keke”
teman saya tertawa.
“It has
been a week without any contact from him, Keke” my friend laughed.
Sesuatu terjadi yang membuat teman saya meninggalkan
suaminya selama seminggu.
Something
happened that made my friend left her husband for a week.
Tidak ada komunikasi selama seminggu.. suaminya tidak
berupaya untuk menelpon atau setidaknya mengirimi sms untuk membujuk atau mengajaknya
untuk berdamai.
No
communication for a week.. her husband made no effort to call her or at least
text her to soothe her or ask her to reconcile.
Beberapa hari setelah kami bertemu, teman saya mengabari
saya bahwa suaminya akhirnya mengirimkan sms juga.
Few days
after we met, my friend informed me that her husband finally texted her.
Saya geleng-geleng kepala.
I shook my
head.
Satu masalah membuat mereka seperti saling melupakan selama
seminggu.
One problem
made them seemed to forget each other for a week.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya bisa seperti
itu.
I can’t
imagine how it would be like.
Dalam pengalaman saya pacaran, dulu atau sekarang, masalah pasti akan selalu ada dan yang
namanya korslet itu pasti bisa terjadi tapi syukurlah tidak pernah membuat
putus komunikasi selama seminggu karena biasanya pasangan saya yang mengalah
duluan dan itu melunakkan hati saya.
In my past
or present relationship, problem and quarrel are an avoidable but they have
never disconnect the line of communication for a week because my partner
usually takes the initiative to open the communication and it softened my
heart.
Kalau pun untuk sementara waktu kami tidak saling
berkomunikasi, itu atas permintaan saya karena saya kenal watak dan sifat saya
so saya tahu betul, tidak ada gunanya mengajak saya bicara kalau hati saya
sedang panas dan karenanya otak saya sedang tidak bisa di ajak berpikir dengan
rasional.
When we
didn’t communicate for a while, it was done under my request because I know my
characters so I know it all too well that it is useless to talk to me when my
heart is so enraged and thus my brain can’t think rationally.
Jadi biasanya saya minta pacar saya untuk tidak menghubungi saya
selama sekian menit atau sekian jam sampai emosi saya reda. Atau menunggu
sampai saya sendiri yang menghubunginya.
So it is
usually I who ask my boyfriend not to contact me for few minutes or few hours
until I can calm my emotion. Or he should wait until I contact him.
Beberapa waktu lalu pacar saya membuat saya benar-benar
marah. Saya mengirimkan sms untuk memberitahunya bahwa dia membuat saya marah
dan saya minta dia untuk menjauh dulu.
Sometime
ago my boyfriend really made me really angry. I texted him to let him know
about it and to ask him to distant himself from me.
Hampir jam sepuluh malam ketika saya memutuskan mengirimkan
sms untuk mengucapkan selamat malam, selamat istirahat. Sebetulnya sudah dari
satu jam sebelumnya saya rajin melirik jam dan berpikir apa yang sedang dia
kerjakan dirumahnya, apa dia sudah tidur atau dia masih nonton tv? Biasanya dia
menelpon saya dan kami akan mengobrol entah sebentar atau lama tapi karena
permintaan saya tadi siang, dia tidak menghubungi saya.
It was
almost ten at night when I decided to text him to wish him good night, sleep
tight. Actually I have checked my clock since an hour ago and thought what was
he doing at home, has he gone to bed already or was he still watching tv? He
usually calls me at night and we would talk either shortly or had a long
conversation but my request in the afternoon made him restraint himself from
contacting me.
Tapi saya sedang sibuk membuat draft blog dan saya pikir
mungkin dia juga sudah tidur. Namun mendekati jam sepuluh, saya gelisah dan
berpikir semarah atau sekesal apa pun saya padanya rasanya tidak enak dan tidak
benar kalau sampai kami berdua pergi tidur tanpa mengucapkan selamat malam.
But I was
busy drafting my blog script and I thought he probably have gone to bed already.
Still, when it was almost ten I felt anxious thinking no matter how angry or
upset I might be it didn’t feel right if we gone to bed without saying good
night.
Udahan marahnya?
Not angry anymore?
Sms balasannya langsung di susul dengan telpon darinya dan itulah juga yang pertama kali dia tanyakan.
His text
was followed by a call from him and that was what he first asked me.
Ya ampun, pikir saya antara merasa lucu dan juga kasihan.
Saya sudah mendiamkan dia dari sekitar jam dua siang. Saya masih mendongkol dan
amarah saya belum hilang seluruhnya tapi hati saya melunak. Kami mengobrol
sebentar.
Goodness, I
thought in between tickled and felt sorry. I have turned myself into silent
mode since around two in the afternoon. I was still upset and my anger has not
completely gone but my heart softened. We talked for a while.
Sejauh ini belum pernah saya mendiamkan pasangan saya selama
seminggu. Entah perkaranya besar atau kecil, paling lama hanya satu hari dan ya
mudah-mudahan tidak akan pernah sampai seminggu.
So far I
have never silenced my partner for a week. Whether it was big or small matter,
it would go only for a day at max and yes hopefully it will never have to go for a
week.
* *
* * *
Aku kangen banget sama
kakak, sama Bogor dan sama orang-orang … (nama kantor saya).
I miss you so much, sis, I miss
Bogor and the people in … (my office).
Begitu komen Dessy di beberapa status facebook saya. Dia
bahkan juga memasang foto dirinya ketika kami mengunjungi sebuah museum di
Jakarta.
That was
Dessy’s comment on few of my facebook status. She even uploaded her photo when
we visited a museum in Jakarta.
Sudah tiga bulan kami tidak bertemu sejak kami berpisah di
Ambon dan selama itu baru sekali saya menelponnya.
We haven’t
met for three months since we bid our farewell in Ambon and eversince that I
made only one phone call to her.
Siang itu saya memutuskan untuk menelponnya karena rasanya
saya jadi kangen banget.
That
afternoon I decided to call her because I just missed her so much.
Ketika dia menerima telpon saya dan mengenali suara saya..
dia menangis.
When she
received my call and recognized my voice.. she cried.
Dan saya jadi ikut menangis.
And it made
me cried too.
Kami menangis dan tertawa bergantian sambil saling bertukar
kabar selama kira-kira dua puluh menit.
We cried and laughed as we exchanged news during our twenty minutes phone
call.
Dessy menjalani masa praktek kuliahnya di kantor saya selama
setahun dan selama itu pula kami menjadi teman, sahabat dan saudara. Usianya
yang lebih muda dua puluh satu tahun dari saya membuat kadang saya melihatnya
seperti anak. Tapi kami bisa nyambung seakan tidak ada jurang dalam umur.
Dessy spent
a year of her internship in my office and we became friends, bestfriends and
sisters. Being twenty one years younger than me made me sometimes viewed her as
if she were my child. But we were just clicked and age gap has never become a
problem at all.
Ketika dia kembali ke Ambon, saya memutuskan untuk ikut
berlibur ke sana. Saya melihat kota kelahirannya. Saya bertemu dengan keluarga
dan beberapa temannya. Sikap mereka membuat saya merasa diterima sebagai bagian
dari mereka.
When she
returned to Ambon, I decided to come along and had a holiday in her hometown. I
met her family and few of her friends. The way they treated me made me felt
accepted as one of them.
Setelah libur selesai, saya kembali kerja dan barulah terasa
kosongnya kantor tanpa kehadirannya. Karyawan di tempat kerja saya ini memang
sedikit tapi sebelumnya saya tidak pernah merasa sampai amat sangat kesepian.
After the
holiday, I went back to work and it was when I really felt how empty the office
is without her. There are only few workers in my office but I have never felt
so very lonely.
Saya menenggelamkan diri dalam pekerjaan untuk melupakan
rasa sedih, kehilangan dan kesepian itu.
I buried
myself in work to forget the sadness, feeling of loss and the
loneliness.
Saya kira dia lebih bisa dan lebih cepat melupakan saya
karena dia kembali ke kampusnya dan bertemu dengan teman-teman serta
dosen-dosennya.
I thought
she would manage to forget me sooner when she returned to her campuss and met
her friends and teachers.
Tapi kenyataannya dia tidak bisa melupakan saya dan siang
itu ketika dia menangis begitu mengenali suara saya, ketika dia minta supaya
saya menelponnya lagi serta menanyakan kapan saya bisa datang menengoknya di
kampus, saya tahu bahwa selama tiga bulan ini ada ikatan kuat di dalam hati kami
yang membuat kami tidak bisa melupakan satu dengan lainnya.
But the
fact is she can’t forget me and that afternoon when when she cried once she
recognized my voice, when she asked me to call her again and when she asked when
I will come to her campuss, I knew that in these three months we have strong
bond in our hearts that made us can’t forget each other.
Appreciate what you have now |
No comments:
Post a Comment