Dalam postingan sebelumnya saya menulis tentang keindahan dan kelebihan dari Chentini Resort setelah melewatkan dua hari dan satu malam di tempat itu.
I have written about Chentini Resort and how beautiful that place is in my previous post. The summary is made based on my two days and one night stay at that place.
Saya bersama rombongan pemuda dari kantor menginap disana tanggal 1-2 Mei. Kami menyewa satu villa berlantai tiga dengan 5 kamar tidur. Jumlah kami ada enam belas orang dan semua muat dalam villa itu.
I was with the youth group from the office stayed there on 1st – 2nd of May. We rented three story villa with 5 bedrooms. There were 16 of us and all of us could fit into that villa.
Keindahan Chentini bisa dilihat dalam foto-foto di postingan saya sebelumnya. Tapi saya tambahkan beberapa lagi dalam postingan ini.
Chentini is a nice place and it is shown in the photos in my previous post. I add some more photos in this post.
* * * * *
Tapi ada beberapa kekurangan dari resort ini;
But there are few things you must know about this resort;
Sinyal hp hilang
No cellphone signal
Untung juga seluruh resort berada dalam area hotspot. Tinggal pergi ke kantor pemasarannya dan minta passwordnya. Koneksi wifinya lumayan cepat.
Good thing is the whole resort within hotspot area. Just go to the marketing office to ask for the password. The wifi connection is quite fast.
Tapi toh tetap bikin saya senewen karena kan tidak semua orang punya whatsapp dan blackberry. Karena saya adalah satu-satunya tenaga administrator di kantor maka kalau saya harus meninggalkan kantor, hp saya harus standby 24 jam.
Still it made me tense since not everybody has whatsapp or blackberry. Since I am the only administrator in my office, my cellphone has to be in 24 hour standby mode whenever I left the office.
Komunikasi saya dengan orang tua saya pun terputus selama dua hari itu. Untung saja mereka tidak parno karena biasanya kalau saya traveling paling tidak sekali sehari ada telpon entah dari ayah saya atau saya yang menelpon ke rumah.
I was without any communication with my parents in those two days. Good thing they didn’t get insane about it because when I go traveling we usually talk on the phone at least once a day whether it is my father calling me or I call them at home.
* * * * *
Tidak ada dapur
No kitchen
Kami dipinjami kompor dan gas satu tabung tapi karena tidak ada dapur maka semua ditaruh di teras belakang.
They lent us one stove and one gas stell vessels but since there is no kitchen they were put in the back porch.
Malamnya karena khawatir ada tikus atau kucing, kami tidak meninggalkan sisa minyak goreng atau penggorengan di atas kompor.
Worried if there would be rat or cat, we left no frying oil or pan on the stove at night.
Karena tidak ada dapur, otomatis tidak ada tempat untuk cuci piring. Jadi satu kamar mandi dipakai khusus untuk menjadi tempat mencuci piring.
Since there is no kitchen, there is no kitchen sink to wash the dishes. So one bathroom was made specifically as the place to wash the dishes.
* * * * *
Tidak ada warung atau toko di dalam resort
No convenient store inside the resort compound
Jadi sebelum berlibur ke tempat ini, buat daftar lengkap dari bahan makanan, cemilan, keperluan untuk masak, mandi dan segala barang lainnya supaya tidak ribet harus keluar untuk mencari warung atau toko.
* * * * *
So before going to this place, better make a thorough list from beverages, toiletries and other stuff to prevent you for going out to search for convenient store.
* * * * *
Lampu-lampu di teras dan dalam ruangan bernuansa kuning
The lights in the terraces and inside are mostly yellowish
Buat saya yang berkacamata, penerangan seperti itu kurang baik. Untung saja lampu di kamar adalah lampu biasa dan saya beruntung kamar saya adalah kamar yang paling terang lampunya. Teman-teman saya mengatakan demikian.
For me who wears glasses, that kind of light is not good for my eyes. Good thing the lighting in my room is regular light and I was lucky to have the good quality lighting. My friends said so.
Udaranya tidak dingin
It is not freaking cold
Nyesal saya bawa jaket saya yang tebal karena mengira bakalan dingin. Judulnya sih di gunung tapi tidak dingin. Yah, berat-beratin ransel saja. Akhirnya itu jaket saya gulung dan saya jadikan bantal guling.. hehe..
I shouldn’t bring my thick jacket for thinking it would be freezing. Yes, it is located in the mountain but it is not cold. It became nothing but put more weight on my backpack. Finally I fold it and made it into sort of bolster.. lol.
Malamnya baru terasa dingin khas gunung. Tapi itu juga tidak bikin kami sampai menggigil. Atau mungkin karena kami semua orang Bogor dan sudah terbiasa dengan udara sejuknya kota Bogor maka dingin seperti itu masih bisa ditoleransi.
It was only at night when it felt cold of the mountain. But it didn’t make us freezing or perhaps because we all live in Bogor it makes us used with Bogor cool temperature.
* * * * *
Shower air panas cuma mengalir pada malam hari
Hot shower runs only at night
Biar pun sudah terbiasa dengan udara sejuk tapi bukan berarti mandi dengan air sedingin air kulkas menjadi pilihan saya.
Despite being used with cool air it doesn’t mean I would prefer to shower with ice water.
Tapi karena air panas tidak ada pada pagi hari.. yah apa boleh buat, saya mandi sambil meloncat-loncat kedinginan di dalam kamar mandi. Kan tidak mungkin masak air mandi. Tidak ada bak mandi, tidak ada ember. Mau ditaruh dimana air panasnya?
Since there was no hot shower in the morning.. what choice did I have than to bath and shriek for the cold in the bathroom. It was not possible to boil hot water. There is no bathtub, no bucket. Where would that boiled hot water be placed?
* * * * *
Tempat tidurnya bikin sakit punggung
The bed caused backache
Saya merasakannya ketika berbaring malam itu. Tadinya saya pikir kasurnya tapi kasur itu tidak keras. Heran juga saya karena kok rasanya punggung dan pinggul saya melesak ke bawah.
I felt it when I lied down at night. At first I thought probably it was the mattress but it is not hard mattress. It puzzled me because I felt my back and hip were not supported.
Karena saya sudah terlalu capek setelah seharian sibuk ditambah dengan tergempor-gempor naik turun tangga menuju ke Curug Cigamea, tidak terpikir oleh saya untuk mengangkat kasurnya.
Since I was so exhausted after had a long day added with had to climb up and down the stair to get to Cigamea waterfall, it didn’t cross my mind to lift the mattress.
Baru besoknya saya mendengar dari teman-teman lelaki kalau ternyata palang-palang kayu tempat tidur tidak rapat-rapat. Mereka mengetahui ini karena semalam mereka mengangkat dan memindahkan kasur ke ruang tengah supaya bisa tidur bersama-sama di sana.
The next day I heard from the guys that the crossbar on the bed were not placed close with one another. They found out about this when they pulled up and moved the mattress to the livingroom as they wanted to sleep there.
Pantesan punggung dan pinggul saya kok berasa turun ke bawah. Gelo.. mana badan saya lagi sakit semua karena kecapean. Tidur seperti itu makin membuat otot yang lagi pegal jadi makin pegal dan sakit.
That’s explain why I felt my back and hip slipped down. Heck.. and the whole muscle in my body was in pain out of exhaustment after having hiked to the waterfall. Sleeping with that kind of position brought more pain to the body and muscle.
* * * * *
Nasi gorengnya tidak enak
The fried rice was tasteless
Saya sudah terdidik melalui kehidupan yang berat dan susah sampai saya tidak menolak makanan apa adanya yang dihidangkan ke saya.
I have been formed through hardship that I eat any meals given to me.
Pagi itu saya lapar banget banget sampai pisang goreng dingin sisa semalam pun saya makan karena cuma itu makanan yang ada. Teman-teman saya masih sibuk mempersiapkan bahan-bahan untuk masak nasi goreng.
I was so hungry that morning, I ate last night’s cold left over fried banana because that was the only meal I could find. My friends were busy preparing the stuff to make fried rice.
Jadi saya girang waktu melihat staff dari pantry Chentini mengantarkan nasi goreng. Saya baru ingat bahwa mereka menyediakan sarapan.
So I was so happy when I saw the staff from Chentini pantry delivered fried rice. I remembered that they would serve us breakfast.
Cihuiii.. ada makanan! Soalnya dua pisang goreng yang sudah dingin dan agak keras tidak bisa membuat saya merasa kenyang.
Yiippee.. we’ve got something to eat! Two slice of cold and hard fried banana didn’t make me feel full.
Jadi dengan penuh semangat nasi goreng Chentini langsung saya makan.
So full with enthusiasm I ate Chentini fried rice.
Satu suap, dua suap.. suapan ke tiga bikin seluruh otak dan indera pengecap saya bekerja keras. Ini nasi goreng apa ya? Tidak ada kecapnya, bukan juga nasi goreng bumbu balado.. nasinya berwarna kuning, keras dan kering.
One.. two.. after the third spoon of rice got into my mouth, my brain and all my taste sense worked hard. What kind of fried rice is this? It had no ketchup on it, no chili paste either.. the rice was yellowish, hard and dry.
Tapi berhubung saya sudah pernah merasakan kesusahan hidup sampai makanan pun serba ngirit dan seadanya, saya pantang tidak menghabiskan makanan yang ada di piring saya, apalagi membuangnya.
But since I have gone through some period of hardship where there were few to eat and didn’t have the privilege to be picky, I will eat all of my meals, I won’t throw it away.
Jadi yah, seaneh dan setidak enak apa pun ini nasi goreng serta teman-temannya.. maju terus pantang mundur deh. Paling saya barter-barteran lauk dengan teman di kiri dan kanan saya.
So no matter how odd and tasteless this fried rice and its side dish.. they didn’t deter me. The thing I did was just exchange my side dish with my friends who sat in my left and right side.
* * * * *
Tempat sampahnya kurang banyak
There was less dustbin
Tempat sampahnya irit banget. Dalam satu villa bertingkat tiga dan berkamar tidur lima, tempat sampahnya cuma ada satu berukuran kecil dan satu lagi yang ukuran standard.
There is not many dustbin. In a three story and five bedrooms villa, there are only one small dustbin and another medium dustbin.
Yang ukuran standard pun baru diantarkan oleh karyawan Chentini beberapa jam setelah kami sampai.
The medium one was delivered by Chentini staff few hours after we got there.
Ya mana cukup tempat sampah segitu untuk satu villa yang ditempati oleh enam belas orang.
at first it was this box that we used as garbage can |
Akibatnya sampah numpuk dan disemutin.. hiii..
The garbage piled up and attracted ants.. eeewww..
Di kamar tidur dan kamar mandi tidak ada tempat sampah.
There is no dustbin in the bedroom and bathroom.
Namanya juga manusia, ada yang tipe bersihan dan ada yang jorok. Di kamar mandi tisu entah bekas siapa yang digeletakkan saja di lantai.
Well, you know there are type of neat people and littering ones. There were dirty tissues on the bathroom floor.
Saran: minta tempat sampah lebih banyak pada karyawan Chentini atau sebaiknya bawa kantong sampah yang besar.
Suggestion: ask for more dustbin from Chentini staff or bring your own large garbage bag.
* * * * *
Hal-hal di atas saya tuliskan supaya kalian yang mau menginap di Chentini Resort bisa mengantisipasi sikon dan dengan demikian suasana liburan tidak akan terganggu.
I write these things so those who want to stay in Chentini Resort can anticipate the situation and condition there and thus will not spoil your holiday.
No comments:
Post a Comment