Sedikitnya jumlah postingan saya di bulan Maret memperlihatkan
kurang produktifnya saya sebagai penulis blog pada bulan tersebut.
The less amount of post I made in March
shows how unproductive I was as blog writer on that month.
Buat mereka yang bukan penulis mungkin hal ini di anggap
tidak ada artinya atau kebalikannya, menghasilkan tulisan sebanyak
lima artikel di anggap sebagai hal yang luar biasa.
To those who are not writer this may be
seen as meaningless or on the contrary, may find it extraordinary to have
written five articles.
Tapi buat saya, lima postingan adalah jumlah yang jauh dari
target.
But for me, five posts are far from my
target.
Setiap bulan saya menargetkan 14 postingan. Minimal 10
postingan.
My target is to make 14 posts every
month. At least 10 posts.
Dibutuhkan perjuangan tersendiri untuk bisa memenuhi
target itu.
It needs quite a struggle to reach
that target.
Penghalang utama bagi penulis yang tidak berprofesi sebagai
penulis fulltime adalah menemukan waktu untuk menulis.
Finding time to write is the main
challenge for any writer whose profession is not a fulltime writer.
Waktu yang enak buat saya adalah malam hari. Biasanya jam 8
malam saya mulai mengurung diri di kamar tapi itu tidak bisa langsung menulis
biar pun saya sudah nongkrong di depan netbook dan sudah tahu apa yang akan
saya tulis.
The convenient time for me is at night. I usually lock myself in my room at 8 pm but it doesn’t mean I can write right at that time though I have seated infront of my netbook and already knew what to write.
Saya perlu waktu untuk menenangkan diri, menyetel mood dan
memusatkan pikiran pada apa yang akan saya tulis. Musik selalu menjadi cara
untuk menenangkan atau membangkitkan semangat saya.
I need time to relax, set up the mood
and focus on the things I want to write. Music has always become the way to
either calm me down or pump up my spirit.
Biasanya dibutuhkan waktu satu jam tapi kalau pikiran atau
hati saya sedang penuh dengan berbagai hal, waktunya bisa jadi mulur menjadi
dua jam atau lebih dari itu.
This can take about an hour but if my
mind or my heart is full with many things, it could go for two hours or even
longer than that.
Kondisi fisik juga amat sangat mempengaruhi kemampuan untuk
berkonsentrasi. Lelah, mengantuk atau lemas karena sedang haid merupakan hal
yang bisa membuat terasa otak mampet. Kalau pun saya berhasil memaksa diri
untuk menuntaskan satu tulisan, biasanya saya tidak puas dengan hasilnya dan
saya menemukan banyak kesalahan ketika saya mengeditnya lagi.
Physical condition plays big part in the
ability to focus. Tiredness, sleepiness or fatigue of having period slows down the
brain. Even if I managed to write one post, I have always felt unsatisfied with
it and I found many errors when I edited it.
Karena untuk menuntaskan satu tulisan membutuhkan waktu
minimal dua jam, itu artinya selesai pada tengah malam dan waktu tidur saya
hanya enam jam. Dulu saya sanggup melakukan prosedur seperti ini selama empat
atau lima hari dalam seminggu. Tapi beberapa bulan belakangan ini melakukannya
selama dua hari berturut-turut saja sudah membuat saya merasa menjadi seperti
mayat hidup.
Since it takes at least two hours to
complete a post it means it is midnight time and I get only six hours of sleep.
I could do this procedure for four or five consecutive days in a week but in
the past months doing it for two consecutive days have already made me felt
like a zombie.
Yah, beberapa hal berubah ketika kita bertambah umur... hehe..
Well, few things change when we get older... lol..
Saya harus bisa menerimanya dan menyesuaikan ritme aktivitas
saya.
I must able to accept it and adjust my
activity rhythm.
Beberapa penulis membuat draft tulisan. Beberapa tahun lalu
saya juga pernah melakukannya tapi kemudian kesibukan saya bertambah hingga
akhirnya saya lebih suka membuat draftnya di dalam kepala saya dan begitu
menghadapi netbook tinggal mengetikkan semuanya.
Some writers draft their writing. I did
this too several years ago but then I got busier that I rather draft it in my
head and once my netbook is ready I need only to write them down.
Saya salut pada penulis-penulis yang memiliki kesibukan
berlipat ganda dari kesibukan saya atau yang berumur lebih tua dari saya tapi menetapkan target lebih tinggi dan berhasil mencapainya.
I admire the writers who are busier or older than
me but set higher target than mine and can achieve it.
Tapi karena berpikir tentang target membuat saya jadi menulis post tentang hal tersebut.
But thinking about target moved me to write about it.
* *
* * *
Saya yakin jarang ada manusia di dunia ini yang hidup tanpa
memiliki target.
I am sure it is rare to have any living
human on earth who lives without having any target.
Kita membuat target untuk berbagai hal dari pekerjaan,
studi, olah raga sampai ke permainan.
We make targets for various things from
work, study, sport up to games.
Contoh; saya membuat daftar hal-hal yang akan saya kerjakan
di kantor. Itu target dalam pekerjaan. Lalu ketika dulu saya kuliah, saya
menetapkan saya harus menuntaskan studi saya dalam waktu tiga tahun dan
ternyata saya bisa lulus lebih cepat dari target itu.
For example; I make things to do list in
the office. That is the target I set at work. Back in college I targeted I must
complete my study in three years and it turned out I could graduate sooner than
that.
Bahkan saat santai pun kita tidak bisa lepas dari membuat
target.
We can’t free ourselves from not making
target even in our relaxing time.
Saya bermain game Temple Run dan saya sedang mengumpulkan
nilai 500 supaya bisa mengaktifkan King Fergus. Walau pun itu cuma permainan dan
saya tidak menjadi terobsesi karenanya tapi toh, keinginan dan usaha saya itu
merupakan target yang saya tetapkan.
http://chromebygoogle.net/tag/temple-run/ |
Memiliki target itu bagus karena dia bisa menjadi cara untuk
melatih kedisiplinan dan komitmen. Mendorong semangat untuk berusaha dan tidak
cepat menyerah.
It is good to have target because it can
be a way to train self-discipline and commitment. It is a booster that makes
one keeps trying and not easily gives up.
Tapi ada beberapa hal tentang target yang perlu kita ketahui.
But there are things about making target
that we need to know.
* *
* * *
Boleh membuat
target tapi tetap realistis.
It is okay to set
a target but keep it realistic.
Seorang kawan saya akan menikah tahun ini, itu target yang
ditetapkannya. Tapi sejak tahun lalu saya melihat tanda-tanda yang sebetulnya menunjukkan
seharusnya pernikahan itu dapat di tunda.
A friend of mine will get married this
year, that is his target. But since last year I saw things that showed the
marriage can actually be postponed.
Semakin dekat ke tanggal yang sudah ditetapkan, semakin
jelas terlihat akan lebih bijaksana kalau pernikahannya dapat di tunda
setidaknya sampai tahun berikutnya.
The closer it is to the date, it shows
clearly that it is wiser to postpone the marriage for at least a year.
Saya pernah memberikan pandangan dan beberapa saran tapi
saya membatasi diri karena tidak mau di anggap ikut campur urusan pribadinya
atau disalahartikan hal itu sebagai ketidaksukaan saya.
I have let him know about my thoughts
about it and gave few advice but I limited it for not wanting to be taken as
crossing his privacy or being misunderstood as my dislikeness.
Menetapkan target adalah hal yang baik. Tapi tetaplah
realistis.
Setting a target is good. But keep
realistic.
Kalau situasi dan kondisi menunjukkan tanda-tanda bahwa pada
akhirnya kita seperti harus memaksakan banyak hal untuk memenuhi target itu
maka sebaiknya lakukanlah peninjauan kembali terhadap target tersebut.
If the situation and condition show that
we seem to have force our way to reach the target then better to have a review
on that target.
* *
* * *
Jangan membuat
target dengan dorongan emosi.
Target better not
made by emotion.
Ini masih tentang memiliki pasangan. Seorang teman saya
menargetkan untuk punya pacar di umur tertentu. Teman saya yang lain punya
target harus menikah sebelum berusia 30 tahun.
This is about finding a mate. A friend
of mind targeted to have a boyfriend when she reached certain age. Another
friend set a target to settle down under the age of 30.
Kedua-duanya mendapatkan apa yang mereka targetkan dan
kelihatannya mereka bahagia.
They both got what they targeted and
seemed happy.
Kelihatannya..
Or so it appears..
Teman saya yang pertama akhirnya putus dengan pacarnya itu.
Yang dikatakannya pada saya isinya kira-kira seperti ini; “aku tidak
benar-benar mencintai dia. Aku pacaran sama dia karena target aku kan harus
punya pacar waktu aku sudah SMA”.
The first friend broke up with her
boyfriend. Her admission to me sounds like this; “I never really love him. I
got together with him because I had to have a boyfriend when I am in
highschool”.
Teman yang kedua mengejutkan saya dengan pengakuannya. Dia
tidak berbahagia karena merasa di kejar umur membuat dia menerima pria mana
saja yang melamarnya. Dia bahagia karena targetnya tercapai tapi konsekuensinya
membuat dia menikahi orang yang sebetulnya tidak benar-benar dicintainya.
The other friend surprised me with her
admission. She is unhappy because not wanting to be an old maid have made her
accept any man’s marriage proposal. She is happy for getting her target but its
consequence makes her married a man she is not really in love with.
* *
* * *
Sederhanakan
target.
Simplified the
target.
Seorang teman yang lain jadi jatuh sakit gara-gara target diet yang dibuatnya terlalu ketat dan drastis.
Another friend fell ill because he set his diet way too tight and drastic target.
Jangan membuat target yang akhirnya membawa kerugian bagi diri
sendiri.
Don’t set a target that at the end will do
no good to yourself.
Lebih baik menetapkan target sederhana sebagai permulaan dan
pelan-pelan menaikkan atau menambahkannya setelah berhasil mencapai target yang
sederhana itu.
Better set a simple target as a start and slowly increase or add it after the simple target is reached.
* *
* * *
Mengendalikan
target atau dikendalikan oleh target?
Takes control of
the target or be controlled by it?
Target berkaitan dengan keinginan hati dan kalau tidak
hati-hati, bukan kita yang mengendalikannya, tapi dia yang mengendalikan kita.
Target is about fulfilling what the
heart desires and if we are careless, it is no longer us who control it, but it
is the one that controls us.
Seorang teman menjadi kecewa ketika target demi targetnya
tidak tercapai dan ini membuat dia memusuhi serta menyerang orang-orang yang
sebetulnya peduli padanya.
A friend has become disappointed when he
can’t reach his targets that it ends up with him become hostile and attacking
those who care for him.
Ketika target membuat kita melupakan persahabatan, kasih,
kesabaran, kejujuran, kebesaran hati dan iman pada Tuhan.. itu artinya target
tersebut telah menjadi tuan atas diri kita.
When target has blinded us to
friendship, love, patience, honesty, fairness and faith to God.. it means the
target has become our master.
* *
* * *
Karena itu ada perlunya kalau dari waktu ke waktu kita meninjau kembali
target yang kita buat.
No comments:
Post a Comment