‘Lihat SAYA!.. Lihat
SAYA!..’
‘Look at ME!.. Look at
ME!..’
Orang mengaitkannya dengan narsisme.
People connect it with narcissism.
Jaman sekarang teknologi mendukung siapa saja untuk narsis.
The present day technology encourages
anybody to become narcissistic.
Dan kita pun terbiasa melihat narsisme. Tapi beberapa hari
lalu saya menemui foto narsis yang benar-benar membuat saya muak.
And we get used to see narcissism. But
few days ago I saw a narcissistic photo that really made me sick.
Narsis toh tetap punya aturan main. Boleh berfoto narsis
tapi kan tidak semua pantas untuk dipamerkan ke seluruh dunia.
Narcisstic still have some rules. It is fine to make narcisstic photos but it doesn’t mean they are proper
enough to be shown to the world.
Ada seorang kenalan saya yang entah karena tidak tahu tentang
aturan main ini atau karena kehabisan ide harus pasang foto narsis model apa
lagi yang membuat dia bangun tidur langsung berfoto selfie dan itu di unggah ke
media sosial.
There is an acquaintance of mine who
either not knowing about this or she just ran out of idea on what pose she
should have that once she wake up she took self-picture of her and uploaded it
to social media.
Bayangkanlah seperti apa tampang orang yang baru bangun
tidur. Dengan rambut berantakan, mata mengantuk dan baju kusut.. berfoto dalam
penampilan seperti itu dan mengunggahnya ke media sosial dimana sekian
puluh atau sekian ratus temannya tentu melihatnya foto itu.
Imagine how a person who just awakes
look like. With tousled hair, sleepy eyes and rumpled clothes.. took photo in
that kind of appearance and upload it to social media where some or may even
hundreds of friends look at that photo.
“Untung ga senyum” komentar saya “Kalau ga, senyum jigong
deh yang nongol”
“Good thing you didn’t smile” was my
comment “Otherwise, it would be the unbrushed teeth smile you put on show”
Untung juga tidak ada belek bertengger dimatanya atau sisa
iler di ujung bibirnya.. tanpa itu saja, saya sudah jijik melihat fotonya.
Luckily there was no eye gunk or saliva at the tip of her lips.. even without them, I found her photo
disgusting.
Beberapa hari yang lalu orang yang sama ini mengunggah
fotonya sedang berurai air mata.
Few days ago this same person
uploaded her photo when she literally had tears ran down her cheeks.
Saya keheranan. Tujuannya apa? Mau menunjukkan ke seluruh
dunia kalau dia sedang bersusah hati? Ingin mendapatkan simpati?
It puzzled me. What was her point?
Wanted to show the world she was troubled? Wanted to get sympathy?
Saya bahkan tidak menanyakan dia kenapa. Dunia adalah tempat
yang penuh dengan kesusahan dan kepedihan. Kamu tidak akan mendapatkan simpati
saya dengan menunjukkan air mata. Tapi kalau sikapmu menunjukkan ketabahan,
ketegaran dan semangat juangmu, kamu akan mendapatkan simpati saya.
I didn’t even ask her what happened
to her. The world is a place fills with hardship and misery. You will not get
my sympathy by showing me your tears. But if your attitude shows me your endurance,
obstinacy and fighting spirit, you will get my sympathy.
Lagi pula apa bagusnya menunjukkan muka yang menyat-menyot
begitu, mata merah dan bercucuran air mata. Kalau memang beban di hati demikian
berat, masuklah ke kamar, kunci pintunya dan menangislah didalamnya atau
menangislah di depan orang terdekat.
Besides, what is so good about
showing frowned face, red eyes and tears running down. If the heart so weary,
get inside a room, lock the door and cry in there or cry infront of the closest
buddy.
Narsisme adalah kata lain dari mempertontonkan diri kita
kepada orang lain. Jadi sebelum melakukannya, coba bayangkan apa yang akan
muncul dalam pikiran orang ketika melihat apa yang kita tunjukkan kepada
mereka.
Narcissism is another word for exposing ourselves to others. So before we do that, try imagine
what will appear on their minds when they see what we show them.
* *
* * *
Pusing kepala saya memikirkan orang-orang di kantor saya.
It gives me the headache thinking
about the people in my office.
Yang seorang menganggap menegur orang adalah bagian dari
pelayanannya ke Tuhan.
One considers giving reprimand is part of her
ministry to God.
Ya, kalau itu dilakukan dengan kebijaksanaan dari Tuhan.
Yes, if it is done with the wisdom
from God.
Kendalanya adalah biar pun orang mengakui teguran itu benar tapi karena cara
penyampaian demikian, yah, akhirnya bikin emosi jiwa.
The problem is though people admit the reprimand is correct but the way it is
being represented make people get emotional.
Ada yang merasa dirinya di zholimi. Lalu mencoba untuk
menegakkan kebenarannya sendiri ketika seharusnya dia mengambil langkah mundur,
melakukan intropeksi diri dan bertanya apakah yang Tuhan ingin sampaikan
melalui semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Another person feels he is being persecuted.
He tried to stand his right when he should step back, do self-introspect and
asked what God wanted to say through the things that happen in his life.
Sementara yang lain merasa selalu diserang. Menimbulkan rasa
gelisah sampai membuat kesehatannya terganggu, pekerjaannya ikut terganggu dan
keluarganya memprotes semua itu. Posisi dilematis yang membuatnya nyaris
menyerah.
Another party feels he is constantly
being attacked. It made him weary that it got to his health, his work and his
family protested. This dilemmatic position really put him to the edge.
Dan saya mendapati diri saya seperti berdiri di tengah
medan tempur di antara orang-orang yang saya kasihi yang saling menyakiti dan
tersakiti dengan sengaja atau tidak sengaja.
And I found myself were standing in
a battle field of those I love who hurt or being hurt intentionally or
unintentionally.
Masing-masing membutuhkan, mencari dan menginginkan dukungan
dan simpati.
Each of them in need of, look for
and wanting support and sympathy.
Saya mencoba memberikannya kepada mereka. Tapi baru beberapa
hari lalu saya menyadari dukungan dan simpati saya pun akhirnya dipergunakan
untuk menyerang pihak yang lain.
I tried to give those things to
them. But few days ago I learned that my support and sympathy were used to
attack other side.
Saya berada dalam posisi yang sulit untuk tetap netral. Tapi
saya bertahan dan berusaha untuk meluruskan satu demi satu hal dengan keyakinan
bahwa Tuhan menolong saya.
I am in difficult position to remain
neutral. But I keep my persistence and try to sort things one after another
with the faith that God is helping me.
* *
* * *
‘SAYA!.. SAYA!..’
‘ME!.. ME!..’
“Anak-anak dipisah ya jam lesnya” demikian sms saya kepada
orang tua murid les saya.
“The kids tutoring is being
rescheduled” that was my text to the parents my tutoring students.
“Kenapa, bu Keke?” jawaban seorang dari mereka.
“Why, miss Keke?” replied one of
them.
“Berantem ga berenti-berenti. Mereka harus ditaruh di jam
yang berbeda”
“They constantly argue with one
another. They have to be put in different session”
Ada perkembangan baru dalam diri kedua murid les saya yang
mengganggu proses belajar mereka.
There is new thing in my two
tutoring students that become an obstacle in their learning process.
Dulu mereka damai-damai saja sehingga saya tempatkan mereka
dalam hari serta jam les yang sama, setiap Selasa dan Jumat.
They used to be in peace with
one another so I put them in same schedule, every Tuesday and
Friday.
Karena mereka kemudian senang sekali mengobrol membuat saya
memisahkan hari lesnya. Hanya hari Selasa saja jadwal les mereka berbarengan.
Later it was their chatty spirit
that made me rescheduled their tutoring. Tuesday is the only day they shared
their tutoring.
Tapi setelah apa yang terjadi hari Selasa kemarin membuat
saya total memisahkan mereka berdua. Hari boleh tetap sama tapi jamnya berbeda.
Yang satu jam 3 sore. Yang lain jam 4.
But last
Tuesday's incident made me totally separated their tutoring schedule. They may have the
same tutoring day but one of them have it at 3 pm while the other is at 4 pm.
Hal itu merupakan pemborosan waktu untuk saya dan saya juga
tidak memasang tarif kelas privat pada masing-masing anak itu. Tapi tidak
apalah, lebih baik berkorban sedikit demi kelancaran proses belajar-mengajar.
It is wasting time for me and I
don’t charge them private tariff. It does not matter to make little sacrifice
for the sake of smooth teaching-learning process.
Lalu apa yang membuat anak-anak itu menjadi tidak bisa akur
satu dengan lainnya? dan kenapa saya tidak berhasil mendamaikan mereka?
So what makes them turn hostile to
each other? And why couldn’t I put peace between them?
Karena saya adalah alasan kenapa mereka jadi berseteru.
Because I am the reason why they are
against each other.
Tapi bukan berarti saya yang menciptakan perseteruan itu.
But it is not me who created it.
Ada persaingan tersembunyi di antara mereka untuk
mendapatkan perhatian dan pujian dari saya.
There is hidden competition between
them to get my attention and praise.
Saya sudah berusaha memberikan porsi perhatian dan pujian yang
rata kepada masing-masing tapi kelihatannya mereka sedang masuk dalam tahap
dimana anak ingin eksis di mata orang dewasa yang mereka sayangi atau yang
dikagumi sehingga kehadiran anak lain dilihat sebagai ancaman dan hal ini
membuat anak yang paling tenang pun bisa menjadi agresif.
I have tried to give fair portion of
attention and praise to each of them but they obviously are in the stage where
they want to exist in the eyes of adult whom they love or admire that the
presence of other child is seen as a threat and this can make even the most
reserved child become aggressive.
Saya telah beberapa kali mengalami hal seperti ini ketika
saya masih menjadi guru taman kanak-kanak.
I have met this kind of case when I worked as kindergarten teacher.
* *
* * *
Berkonfrontasi dengan musuh adalah hal yang sulit tapi
berkonfrontasi dengan orang yang kita kasihi adalah hal yang jauh lebih sulit
untuk dihadapi.
Confronting an enemy is hard but
confronting our loved ones is an even harder thing to do.
Dua bulan lalu saya sudah mengundurkan diri dari persekutuan
pemuda di tempat kerja saya.
Two months ago I resigned my post as
chief of youth fellowship in my workplace.
Saya lakukan itu demi pertimbangan tertentu dan juga
terutama karena Andre merasa tersisih, terabaikan.
I did it for some consideration and
mostly because Andre felt he was cast away, neglected.
Tapi dalam dua bulan ini terjadi hal-hal yang membuat saya
mengubah keputusan saya.
But in these two months there were things
that made me changed my decision.
Berhari-hari sesudahnya saya berperang batin memikirkan apa
yang harus saya katakan pada Andre dan seperti apa reaksinya.
Days after that I had mind
battlefield thinking what should I tell Andre and how he would react.
Kami tidak bertengkar. Saya harus berlega hati karena tidak
ada argumentasi. Tapi tidak ada yang lebih menekan batin dari pada melihat dia
duduk diam sambil menekuri lantai dan harus mendengar dia menarik napas dalam.
We didn’t argue. I had to sigh my
relief for not having any argumentation. But what more depressing than to see
him sit still while staring at the floor and to hear him took a deep breath.
Seluruh kata-kata yang sudah saya susun berhari-hari
sebelumnya menghilang dari kepala saya.
Every word I have prepared to tell
him just gone from my mind.
“Katakan apa yang harus saya lakukan” hanya itu yang
akhirnya dia ucapkan.
“Tell me what I should do” that was
all he said.
Saya memeluknya. Menciumnya.
I hugged him. Kissed him.
“Maafkan saya” saya menatap mata coklatnya “Tapi kamu harus
percaya bahwa saya sedang melakukan apa yang harus saya lakukan untuk anak-anak
muda ini”
“I am sorry” I looked straight into
his beautiful hazel eyes “But you have to trust me that I am doing what I can
for these young people”
Saya tahu sulit bagi Andre yang posesif itu untuk melepaskan
saya. Tapi untuk pertama kalinya dia mau berkompromi. Kegiatan pemuda hanya
diadakan hari Sabtu, dua kali setiap bulannya. Hari Jumat dan Minggu kami masih
bisa bersama.
I know it is hard for Andre, being a
possessive, to let me go. But for the first time he agreed to make compromise.
The youth fellowship is held on Saturday, twice a month. We can still be
together on Friday and Sunday.
Here's a song for you, hun.. thank you for loving me, thank you for your understanding and support..
* *
* * *
‘Lihat SAYA!.. Lihat
SAYA!..’
‘Look at ME!.. Look at
ME!..’
Setiap orang ingin diperhatikan. Tapi jagalah supaya tetap dalam kadar normal atau hal itu akan membuat akal sehat kita tidak
lagi berfungsi.
Everyone wants to be noticed. Keep it in normal level or it would disfunctioned our common sense.
No comments:
Post a Comment