Kedamaian terkoyak. Kegelisahan muncul.
Peace shattered. Unrest is heavily hung in the
air.
Perkataan-perkataan dari mulut seseorang adalah penyebabnya.
Words spoken by a person have
created that situation.
Kata-katanya telah menyesatkan banyak orang.
His words have misled many people.
Ketika kebenaran itu terkuak, semua terhenyak. Tidak mengira
kalau dia akan bisa mengeluarkan perkataan-perkataan yang telah membuat banyak
orang saling menuduh, menimbulkan banyak kesalahpahaman, ketegangan, perpecahan
dan ketidakpercayaan.
When the truth finally revealed, it
stunned everyone. No one expected he would say words that have made many people
pointed their fingers at one another, creating lots of misunderstanding,
tension, dividing us and made us eyed each other with suspicion.
Kini setiap kali mendengarnya bicara, kami tidak lagi
menelan semuanya begitu saja tanpa menguji kebenarannya.
Now everytime he speaks, we don’t
buy it just like that without investigate it to confirm its truth.
Kami semua kecewa. Kaget. Sulit untuk percaya. Merasa
dikhianati.
It disappointed all of us. Surprised
us. The truth is just too hard to swallow. Feel betrayed.
Kata-katanya sendiri telah menurunkan dirinya dari seorang
yang dulu pernah menjadi orang yang dianggap bisa dipercaya dan dihormati
menjadi seorang yang kini dianggap sebagai pengacau.
His own words have degraded him from
somebody who considered to be a trusted and respected person into somebody who
seen as trouble maker.
Kami tidak bersorak-sorai karenanya. Kami menyesalkannya.
Kami prihatin.
We are not cheered on this. We feel
sorry. It concerned us.
Tapi semua peristiwa ini sarat dengan pelajaran. Bukan untuk
tidak lagi percaya pada semua orang, tapi untuk berhati-hati ketika mendengar
suatu perkataan dan berhati-hati untuk mengeluarkan suatu perkataan.
But this incident has given us lots
of lesson. Not to lose trust on everybody, but to be careful upon hearing words
spoken by somebody and to be careful when speak.
* * *
* *
Pada suatu masa, Tuhan pernah menjadi sosok yang amat sangat
membingungkan bagi saya.
Once in a lifetime, God has become a
very confusing figure to me.
Sebegitu membingungkannya sampai saya tidak tahu lagi apa
saya masih bisa mempercayaiNya.
It got so confusing that I didn’t
know if I could trust Him.
Selama kira-kira setahun, saya membiarkan diri tanpa
kepercayaan.
For about a year I let myself living
without any faith.
Selama itu pula orang mengira saya sesat.
During that time people thought I
was lost my way.
Mereka tidak tahu bahwa saya sedang berjuang untuk tidak
tenggelam.
They didn’t know I struggled to keep
my head above the water.
Kehilangan kepercayaan bagi saya seperti berenang dalam
kegelapan dilautan samudera.
For me, losing a faith was like swimming
in the ocean in the darkness.
Orang menyimpulkan tindakan saya untuk tidak mengikuti
ibadah sebagai tanda saya telah menjadi manusia yang sedang berjalan menuju
kehancuran.
People concluded my absent from
attending the service as a sign of me walking to the doom.
Tapi bagi saya, apa artinya melakukan ibadah tanpa disertai
rasa percaya pada Tuhan?
But for me, what is the point of
attending the service without trusting God?
Masa-masa itu adalah saat saya mengalihkan kepercayaan itu
pada diri sendiri sementara saya juga mencari jawaban; kalau saya memang harus
percaya pada Tuhan, saya harus mengetahui dengan pasti kenapa saya harus
mempercayaiNya.
That was the time when I shifted
that trust on myself but I also sought for answer; if I have to trust God, I
have to know for real why I have to trust Him.
Saya tidak mau menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang
karena ada yang menyuruh saya untuk melakukannya.
I don’t want to put my trust on
somebody because I am told to do that.
Saya tidak mau menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang
karena semua orang mempercayainya.
I don’t want to put my trust on
somebody because everybody trust that person.
Saya menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang karena saya
benar-benar mengenali orang itu, mengetahui kepribadiannya seperti apa.
I put my trust on someone because I
know that person, I know his/her personality.
Setahun itu saya belajar mengenali diri sendiri dan berusaha
mempelajari pribadi Tuhan.
For a year I learned to know myself
and tried to learn God’s personality.
Ketika saya kembali percaya pada Tuhan, itu artinya saya
telah menemukan alasan yang tepat mengapa saya mempercayaiNya.
When I got my faith back, it means I
have found the right reason why I trust God.
Kehilangan kepercayaan adalah hal yang umum untuk terjadi
pada setiap manusia. Hal itu sering dilihat dari sudut pandang negatif kalau
kita tidak mengerti bahwa hal itu sebetulnya bisa menjadi sesuatu yang positif.
Losing trust is a common thing to
happen in every human. Somehow it often seen with negative perspective because
we don’t understand that something positive may come out from it.
Kehilangan kepercayaan dimaksudkan untuk membuka mata kita
pada hal-hal yang harus kita kenali dan pelajari.
Losing trust meant as an eye opener
to make us see things that we should acknowledge and learn.
Karena ketika kita kehilangan kepercayaan, itu artinya kita
harus belajar mengenali diri sendiri dan juga belajar mengenali siapa pun yang
telah membuat kita kehilangan kepercayaan atas dirinya.
Because when we lost trust, it means
we have to learn to know ourselves and also to learn about whoever that has
made us lost trust on him/her.
* *
* * *
Saya tahu di dunia ini ada banyak agama dan kepercayaan tapi saya belum pernah tahu kalau ada aliran yang menamakan diri Raelian.
I know there are many religions and beliefs in this world but I have never known there is a religion called Raelian.
Raelian adalah sebuah agama berdasarkan sains dan tidak percaya pada kekuatan super (Tuhan), agama yang menerangkan asal usul keberadaan umat manusia dibumi, dan tujuan kehidupan manusia dibumi. Raelian juga mengakui para nabi sebelumnya seperti, Musa, Buddha, Yesus, Muhammad. Para member raelian mengikuti ajaran ini tanpa campur tangan orang lain (dalam agama lain disebut sebagai pendakwah, pengkotbah, dll), para pengikut raelian adalah para pencari kebenaran melalui pembelajaran sejarah-sejarah umat manusia, bukti-bukti artefak, filosofi-filosofi kuno, kebanyakan dari pengikut ini mendapatkan informasi tentang kebenaran masa lalu melalui media Internet, dan mengikuti agama ini melalui kesadaran mereka sendiri.
Raelian diisukan sebagai freemansory dalam bentuk buddhisme, juga sering disebut sekte UFO, para skeptisme kelompok ini menyebut agama ini sebagai sekte zaman akhir. Tetapi merujuk pada buku "Intelegent Design", Raelian adalah pencerah bagi agama-agama primitif yang mempercayai hal-hal gaib atau hal-hal supranatural secara buta tanpa proses scientifikasi. Raelian juga percaya bahwa Rael adalah nabi terakhir dibumi yang menerangkan tentang identitas Tuhan Yahudi, membangun kehidupan suci maitreya, membangun surga dibumi (dalam doa bapa kami). Walaupun banyak isu skeptisme kepada kelompok ini seperti misalnya bunuh diri massal, dll, tetapi kelompok ini tidak pernah mengajarkan ajaran kebodohan dan primitif.
Raelian mengajarkan cinta kasih universal (amanat maitreya), pemerintahan berdasarkan intelegensi dan kehidupan masa depan dengan teknologi (genocracy), mencintai diri sendiri. Larangan dalam kelompok ini adalah dilarang minum-minuman yang mengandung alkohol, kafein, juga dilarang menggunakan/memakai rokok dan obat-obatan karena bisa merusak struktur DNA dalam tubuh.
Sumber: wikipedia
Raëlism, also known as Raëlianism or the Raëlian movement, is a UFO religion that was founded in 1974 by Claude Vorilhon, now known asRaël. An adherent of Raëlism is a Raëlian.
The Raëlian Movement teaches that life on Earth was scientifically created by a species of extraterrestrials, which they call the Elohim. Members of this species appeared human and when having personal contacts with the descendants of the humans they made, they previously misinformed (on purpose) early humanity that they were angels, cherubim or gods. Raëlians believe messengers, or prophets, of the Elohim include Buddha, Jesus, and others[2][3][4] who informed humans of each era.[5] The founder of Raëlism, members claim, received the final message of the Elohim and that its purpose is to inform the world about Elohim and that if humans become aware and peaceful enough, they wish to be welcomed by them.
The Raëlian Church has a quasi-clerical structure of seven levels. Joining the movement requires an official apostasy from other religions. Raëlian ethics include striving for world peace, sharing, democracy and nonviolence.[6] Sexuality is also an important part of the Raëlian doctrine. The Raëlian Church has attracted some of its priests and bishops from other religions despite having liberal views of sexuality.[7]
Raël founded Clonaid (originally Valiant Venture Ltd Corporation) in 1997, but then handed it over to a Raëlian bishop, Brigitte Boisselier in 2000.[8] In 2002 the company claimed that an American woman underwent a standard cloning procedure that led to the birth of a daughter, Eve (b. 26 December 2002). Although few believe the claim, it nonetheless attracted national authorities and the mainstream media to look further into the Raëlians' cult status.
The Raëlians frequently use the swastika as a symbol of peace, which halted Raëlian requests for territory in Israel, and later Lebanon, for establishing an embassy for extraterrestrials. The religion also uses the swastika embedded on the Star of David.[9] Starting around 1991, this symbol was often replaced by a variant star and swirl symbol as a public relations move, particularly toward Israel.
Source: wikipediaAda begitu banyak hal yang kita temui atau yang kita lihat dan dengar setiap harinya.
There are many things we discover or see and hear everyday.
Tidak semuanya baik. Tidak semuanya buruk.
Not all of them are good. Neither are they bad stuff.
Kita hanya perlu berhati-hati memilih mana atau siapa yang harus kita percayai tapi ini tidak berarti kita menganggap tidak ada satu pun atau seorang pun yang dapat dipercayai.
We just need to be careful on choosing which one or whom should we trust but this doesn't mean that we conclude nothing or nobody can't be trusted.