Lewat lagu Papa Don’t
Preach, Madonna bercerita tentang seorang gadis muda, yang mungkin masih duduk di bangku sekolah
menengah atas, dalam keadaan bingung dan tertekan karena hubungan dengan
pacarnya telah kebablasan hingga menciptakan kehamilan.
Through her
song Papa Don’t Preach, Madonna told
a story about a young girl, whom I assumed is in highschool, confused and
distressed for having her relationship with her boyfriend has gone too far that
it makes her pregnant.
Gadis ini tahu dia telah melakukan kesalahan, dia tahu dia
telah melakukan apa yang ayahnya telah nasihatkan untuk tidak dia lakukan dan
dia tahu ayahnya akan menjadi amat sangat kaget, sedih serta marah kalau dia
mengatakan tentang kehamilannya.
This girl
knew she has done wrong, she knew she has done something which her father has
told her not to do and she knew her father will be very shocked, sad and angry
when she tells him about her pregnancy.
Tapi dia memutuskan untuk tetap memberitahu ayahnya. Hanya
saja dia minta agar ayahnya tidak mengkhotbahinya karena yang dibutuhkannya
adalah dukungan, pengertian dan nasihat.
But she
decided to let him know. She just asks him not to preach on her because what
she needs are support, understanding and advice.
* * * * *
Perkara khotbah ini ternyata bisa menciptakan berbagai
reaksi.
Preaching
can create many reaction.
Khotbah yang luar biasa bisa merubah hati dan hidup banyak
orang.
Powerful
preaching can change many people’s hearts and life.
Tapi bukan berarti setiap khotbah bisa memberikan hasil
positif sekali pun hal-hal yang dikhotbahkan adalah benar.
But it
doesn’t mean every preaching can give positive outcome though it speaks about
good things.
Saya mengambil ilustrasi dari lagu Madonna untuk memberi
gambaran tentang bagaimana mengkhotbahi orang (walau pun tujuannya baik)
memerlukan akal budi dan kebijaksanaan supaya penyampaiannya dilakukan dengan
cara, pada waktu dan sikon yang tepat.
I used
Madonna’s song as an illustration to give the picture about how preaching to
somebody (though it is well meant) needs common sense and wisedom to make it
done in the right way, in right time and in right situation.
Pengalaman saya bisa dijadikan contoh; yaitu ketika
orang-orang di tempat kerja saya (yang peduli dan sayang pada saya) mendatangi
saya dan langsung ‘mengkhotbahi’ saya.
Take my
experience as an example; which happened when the people at work (who care and
love me) came to me and preached on me.
Karena dilakukan dengan memakai cara yang tidak tepat,
menyampaikannya pada saat yang sangat tidak tepat dan kata-katanya pun juga
tidak tepat, … saya marah dan tersinggung karena saya mengganggap mereka
melanggar privasi saya.
Since it
used wrong method, bad timing and incorrect words, … it made me angry and
offended because I felt they have crossed my privacy.
Nah, saya juga punya pengalaman bikin orang kesal ketika
saya ‘khotbahi’. Itu terjadi sewaktu saya masih jauh lebih muda dan pengalaman
saya belum sebanyak sekarang.
So, I have
the experience of making people upset when I preached to them. it happened when
I was much younger and had less experience.
Niatnya tetap baik tapi dalam kemudaan, kenaifan dan tidak
berpengalaman, saya malah membuat orang kesal. Sejak itu saya berhati-hati
untuk mengkhotbahi orang.. dari pada nantinya jadi tulalit.. hehe.
Well meant
but in my youthness, naivety and inexperienced, I ended up making that person
upset. Since then I rather not preach on people.. or I would make another
error.. haha..
* * * * *
Ketika saya setuju untuk menjadi ketua persekutuan pemuda di
tempat kerja saya, keputusan itu saya ambil untuk dua alasan; pertama karena
selama sekian bulan tidak ada seorang pun dari anak-anak muda itu yang mau
menjadi ketua dan alasan kedua adalah karena saya gemas melihat kegiatan mereka
yang menurut penilaian saya kurang greget sehingga dengan menjadi ketua mereka,
saya akan bisa melakukan perubahan.
When I
agreed to be head of youth fellowship in my workplace, I made that decision for
two reasons; first is because after months passed none of those young people
wanted to be appointed as its head and reason number two is because I itched to
see their activities that in my opinion is lack of breakthrough so being the
head of it enable me to change it.
Tidak pernah saya bayangkan jabatan itu akan membuat saya
menjadi pemimpin sharing dalam pertemuan persekutuan pemuda ini. Haih..
Never did
it cross my mind that position would make me speaker in their gathering. Yay..
Kebayang ga sih, orang yang dulu pernah memilih kabur dan
menutup telinga ketika dikhotbahin.. menjadi orang yang harus berkhotbah?..
hehe.. saya sendiri heran sekaligus geli..
Can you
imagine it, the person who once ran off and turned deaf ear when she was
preached to.. turn to become the person who preaches?.. lol.. I myself amazed
and tickled by it..
* * * * *
Apa yang akan saya katakan pada anak-anak
muda ini?
What would I tell to these
young people?
Dua kali saya memimpin sharing. Setiap kali saya ditunjuk
untuk memimpin sharing, setiap kali itu pula saya mengajukan pertanyaan
tersebut pada diri saya sendiri.
I have
become the sharing speaker twice. Everytime I was appointed as sharing speaker,
I asked myself that question.
Tema dan materinya sudah diberikan kepada saya tapi buat
saya intinya adalah ‘apa yang akan saya sampaikan pada
anak-anak muda ini?’
Theme and material have been given to me but for me the
whole thing is about ‘What would I say to these young
people?’
Saya tidak ingin menjadi pembicara yang membicarakan tentang
hal-hal omong kosong.
I do not
want to become a speaker who speaks about nonsense things.
Saya tidak mau menjadi pembicara yang hanya bicara karena
menunaikan tugas.
I do not
want to become a speaker who is just doing her duty.
Menjadi yang tertua di antara mereka membuat saya memiliki
lebih banyak pengalaman serta pemikiran yang lebih luas.
Being the
oldest among them make me having more experience and broaded mind.
Yang harus saya lakukan adalah membagikannya kepada mereka.
What I
should do is share those things to them.
Anak-anak muda ini memiliki enerji, semangat, ketulusan dan
idealisme yang tinggi dan dapat dikatakan belum banyak terkontaminasi oleh
dunia yang jahat ini. Buku kehidupan mereka belum terisi oleh banyak coreng
moreng komplikasi kehidupan.
These young
people have high energy, spirit, sincerity and idealism which are less
contaminated by this wicked world. Their books of life are not yet filled with
many scribbles of complicated life.
Ketika saya berusia 20an, bahkan 30an.. saya tidak pernah
membayangkan kehidupan saya akan melewati hal-hal yang telah saya lewati.
When I was
in my 20s, even in my 30s.., I never knew my life would have passed the things
it has passed.
Demikian pula anak-anak muda ini.
So do these
young people.
Segelintir dari mereka telah mengalami banyak kesukaran
sejak dari usia muda. Yang lain baru mengalaminya. Sisanya bahkan belum bisa
membayangkan apakah ada yang bisa menjadi lebih sukar dari apa yang mereka
hadapi saat ini.
Few of them
have had tough times in their younger years. Others just have gone through it.
The rest can’t even imagine what possibly be worst than what they are facing
today.
Kadang saya memandangi mereka, memikirkan mereka ketika saya
sedang menyusun materi yang akan saya sampaikan dalam acara sharing dan bertanya-tanya
apakah yang akan mereka hadapi tahun depan atau lima tahun mendatang atau
sepuluh tahun kemudian?
Sometimes I
looked at them, thought about them when I was working on the material I was
going to tell them in the sharing and wondered what would they face next year
or in another five years or ten years later?
Akankah mereka menjadi orang-orang yang lebih dewasa? Lebih
tabah? Lebih sabar? Lebih bijaksana? Lebih bahagia?
Will they
be more matured? Stronger? Have more patience? Wiser? Happier?
Apakah iman dan optimisme mereka akan tetap sekuat saat ini?
Will their
faith and optimism remain as strong as in today?
Ataukah mereka akan menjadi lebih tua tanpa menjadi lebih
baik dari diri mereka sekarang ini?
Or will
they become older without become better from what they are today?
Dan kalau mereka menjadi lebih baik, apakah hal itu disertai
dengan banyak kepahitan?
And if
they become better people, will it come along with lots of bitterness?
Itu sebabnya saya lebih suka memasukkan lebih banyak ilustrasi
dari pengalaman saya atau memakai pengalaman mereka.
It is why I
prefer to use my experience or theirs as the sharing illustration.
Karena kita selalu bisa mengambil pelajaran dari pengalaman
orang lain.
Because we
can always take a lesson from other people’s experience.
* * * * *
Berkhotbah bukanlah hal yang mudah.
To give a
preach is not an easy thing to do.
Ini bukan soal cuap-cuap tentang suatu pokok materi.
It is not
about bubbling over some issues.
Beberapa orang memilih untuk berkhotbah lewat lagu. Madonna
melakukannya. Begitu pula penyanyi seperti Pink dalam lagu Perfect, Miley Cyrus dalam The Climb, John Mayer pada lagunya Say, Michael Bolton
menyampaikannya lewat One Love.
Some people
chose their preaching through songs. Madonna did it. So did Pink in her song
Perfect, Miley Cyrus in The Climb, John Mayer in Say, Michael Bolton spoke
it in One Love.
Pesan melalui kata-kata yang tepat, cara yang tepat dan
sikon yang juga tepat akan memberikan hasil seperti yang kita inginkan.
Delivering
messages using right words, right way and in right time will give expected
outcome.
* * * * *
Saya punya pengalaman lain yang bikin saya berteriak ‘hei, jangan khotbahin gue!’ketika orang
yang tidak saya kenal menaruh komen di sebuah postingan blog ini.
I have
other experience that made me yelled ‘hey,
don’t you preach on me!’ when a stranger put a comment in one of this blog
post.
Tanpa salam pembuka, tanpa kata perkenalan dan tanpa
penjelasan, dia langsung saja menaruh sederetan kutipan dari ayat-ayat alkitab
di kotak komen.
Without
greetings, no introducing and no explanation either, he put quoted verses from
the bible on the comment box.
Tentu saja hal ini membuat saya heran dan kesal. Apa-apaan sih ni orang? Kagak sopan banget.
It
certainly made me wondered and upset. What’s
this dude want? Where’s his manner?
Saya mengirimkan respon saya melalui emailnya. Tapi sudah dua bulan
berlalu dan dia sama sekali tidak membalas. Entah karena dia tidak menerimanya
atau tidak pernah mengecek emailnya atau tidak punya tata krama untuk membalas
email saya itu, memberi penjelasan dan meminta maaf untuk ketidaknyamanan yang
telah dia berikan lewat postingannya itu.
I emailed
him my response. But it has gone two months without any reply from him. I don’t know
is it because he didn’t get the email or he didn’t check his emails or he
doesn’t have the decency to reply my email, to explain and to apologize for the
inconvenient he gave me through his post.
Patut disayangkan..
What a
pity..
* * * * *
Saya lebih suka ‘berkhotbah’ lewat tulisan-tulisan saya.
Mungkin karena buat saya rasanya lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk
membagikan pengalaman, pemikiran dan pendapat secara tertulis.
I rather
‘preach’ through my writings. Maybe because I find it easier and fun to share
my experiences, thoughts and opinions in writing.
Tapi belakangan ini karena harus memimpin sharing, saya
mulai belajar untuk jadi pembicara.. pengkhotbah.. hehe..
But lately
by incharging as sharing speaker, I learned to become a speaker.. a preacher..
lol..
No comments:
Post a Comment