Hari Kamis (14/8) saya ikut survei ke Gunung Bunder. Nama
resmi tempat itu sebetulnya Gunung Salak Endah. Entah kenapa lebih populer
dengan nama Gunung Bunder. Padahal yang namanya gunung mana ada yang bunder (bundar).
I went on
survey to Mt. Bunder on Thursday (August 14th). The site’s official
name is Mt. Salak Endah. I don’t know why it is more popular with the name Mt.
Bunder. Bunder in English means round and surely there isn’t any round
mountain.
Kami berangkat sekitar jam 8.45 pagi dari kantor. Dibutuhkan
waktu satu jam untuk sampai di lokasi pertama yang akan kami survei.
We left the
office at around 8.45 am. It needed an hour to get to the first location on our
survey list.
Villa Marijo. Tempatnya tidak jelek. Lihat saja foto-foto
dibawah ini. Tapi kami semua sepakat tempat itu kurang luas.
Marijo Villa.
Not a bad place. You can see it in the below photos. But we all agreed it is
not wide enough.
Gunung Bunder menjadi tujuan berikutnya. Kesan awal? Seperti
tidak ada bedanya dengan masuk ke Kebun Raya Bogor. Suasana hutan malah lebih
terasa di Kebun Raya Bogor. Tapi kemudian saya melihat yang belum pernah saya
lihat. Hutan pinus.
Mt. Bunder
was our next destination. First impression? It felt no different with entering
Bogor Botanical Garden. It is even feel more like in real forest in Bogor
Botanical Garden. But then I saw something I have never seen before. Pine
forest.
Sayang kami tidak bisa mengunjungi air terjun dan kawah. Tapi kami kan memang tidak bertujuan untuk
mensurvei tempat-tempat itu.
Too bad we
didn’t go to the waterfalls and crater but we didn’t go there to survey those
places.
Rumah Wisata Pakis Asri adalah tujuan berikut.
Rumah Wisata
Pakis Asri was our next destination.
Kami langsung sepakat tempat ini cocok untuk menjadi tempat
diadakannya acara kebaktian open air hari Jumat, 29 Agustus.
We all agreed
this is the right place to have our open air service on Friday, 29th
August.
Ada satu tempat lagi yang kami datangi dalam perjalanan
pulang. Tapi saya sudah terlalu capek hingga saya tidak turun dari mobil.
Seorang dari kami malah mabok kendaraan.
There was one
more place we went to on our way back to the office. But I was too exhausted
that I stay in the car. One of us even had car sick.
Jadi saya tidak tahu seperti apa tempat itu. Tapi menurut
mereka yang meninjau, tempat itu terlalu terbuka dan berangin.
So I have no
idea how that place looks like. But according to those who went to see it, the
place is in a wide open area and so it is windy there.
Peserta kebaktian open air adalah mereka yang berusia di
atas lima puluh tahun. Tempat itu tidak cocok untuk mereka.
Open air
service will be attended by those whose age are more than fifty years old. That
place does not suitable for them.
Jadi begitulah perjalanan survei kami. Seru. Banyak foto
bagus. Kecuali satu yang di ambil di depan Rumah Wisata Pakis Asri. Menurut
saya sih bagus-bagus saja. Tapi Andre protes setelah melihat foto itu.
So there was
our survey trip. It was fun. There are beautiful photos. Except one that was
taken infront of Rumah Wisata Pakis Asri. I think it is not bad but Andre
protested after he saw it.
“Emangnya ga ada yang lebih cakepan dikit yang bisa kamu
peluk?” katanya “Dari pada monyet jelek itu yang kamu peluk, mendingan meluk
saya dong”
“Didn’t you
have anyone cuter to hug?” he said “Better hug me than hugging that ugly
monkey”
Ya ampuuuunn! Itu kan cuma patung Hanoman..
Dear
goodnesss! That’s just Hanoman statue..
“Makanya cepetan pulang” ledek saya “Hari ini saya meluk
patung Hanoman. Besok-besok ga tahu siapa yang akan saya peluk”
“So hurry
back” I teased him “I hugged Hanoman statue today, who can tell whom will I hug
tomorrow”
No comments:
Post a Comment