“Dio sekarang sudah kelas tiga” protes Dio ketika saya
mengatakan dia masih kelas dua.
3 years ago Dio was in kindergarten I tutored him reading |
“I’m in third
grade now” Dio protested when I said he was still in second grade.
O iya betul. Saya melihat buku bahasa Inggrisnya. Dia sudah
kelas tiga. Hehe..sori, habis rasanya baru kemarin dia masuk SD. Ternyata itu sudah
tiga tahun yang lalu.
Second grader Dio, with his brother |
Oh yes that’s
right. I looked at his English book. He is in third grade. Hehe.. sorry, it felt like
yesterday he entered elementary school. Well, that was three years ago.
*
* * * * *
“Hei Keke, apa kabar?”
“Hey Keke,
what’s up?”
“Hai Josh.., baik.. gimana kabar kamu?”
“Hi Josh..,
good.. how are things with you?”
“Ok. Saya kepingin kamu ada disini. Saya dan papa kemarin ke
sekolah” dan dia pun berceloteh tentang sekolah barunya, guru-gurunya,
teman-temannya.. sampai rasanya seperti saya berada disana bersamanya..
“Okay. I wish
you were here. Dad and I went to school yesterday” and he went on talking
endlessly about his new school, his teachers, his friends.. it made me felt as
if I were there with him..
“Hai say..” akhirnya
saya mendengar suara Andre “Puyeng ga dengerin cerita Josh?”
“Hi, hun..”
finally I heard Andre’s voice “Did Josh give you headache with his school
story?”
Saya tertawa “Dia baru masuk SD kan?”
I laughed “He’s
a freshman in elementary school, right?”
“Ya, coba bayangkan.. Josh sudah kelas satu SD. Rasanya baru
kemarin saya ganti popoknya”
“Yes, imagine
that.. Josh is a first grader. It seems like yesterday when I changed his diaper”
“Itu sudah tujuh tahun yang lalu”
“That was
seven years ago”
“Ya” Andre menghela napas panjang “Bikin saya berasa tua”
“Yeah” Andre
took a deep breath “Makes me feel old”
Saya tertawa “Kakek sayang, cepetan balik ke sini kalau gitu.. ntar
kita dugem sampai pagi di Hardrock supaya kamu jadi muda lagi”
I laughed “My dear gramps, hurry return here then.. we’ll go clubbing till morning breaks at Hardrock
to make you feel young again”
“Gaya” dia ngakak “Ngajakin dugem sampai pagi. Eh nenek..,
siapa tuh yang kemarin malam saya telpon jam 8.. eh, sudah molor”
“Yeah right”
he laughed loudly “Asking me go clubbing till morning break. Please gran.., who
has gone to bed when I called yesterday at 8 pm”
Saya ikut ngakak “Lagi ga enak badan, tahu.. makanya saya
cepat-cepat tidur”
I laughed
along “I didn’t feel good, y’know.. that is why I went to bed early”
“Nenek-nenek kan memang harus cepat tidur” dia cekakakan.
“Grannies should
go to bed early” he giggled.
“Papa ngecat rambutnya yang ubanan!” tiba-tiba terdengar seruan Josh.
“Dad dyed his gray hair” Josh’s sudden exclaimed was heard over the phone.
“Jangan cerita dong, Josh” saya dengar Josh terkikik.. “Kan
kejutan buat Keke”
“Don’t tell
her” I heard Josh giggled “It should be a surprise for Keke”
“Kamu apain rambutmu?” tanya saya pada Andre.
“What did you
do to your hair?” I asked Andre.
“Lihat saja nanti kalau saya sudah pulang” dia tertawa tapi
kembali terdengar Josh berseru dikejauhan..
“You’ll see
yourself after I get back” he laughed but I heard Josh exclaimed again..
“Papa cukur jenggotnya!”
“Dad shaved
his beard”
“Oh?.. kamu cat rambutmu dan jenggot kapten Haddock-mu itu
kamu cukur juga?.. saya kira..”
“Oh?.. you
dyed your hair and shaved your captain Haddock’s beard too?.. I thought..”
“Saya ke sekolah Josh.. kedengarannya mungkin konyol.. tapi
ayah teman-temannya kelihatannya masih muda. Saya jadi terlihat seperti
kakeknya Josh ketika berada di antara mereka”
“I went to
Josh’s school.. it sounds silly.. but his friends’s fathers look young. I
looked like Josh’s grandfather when I was among them”
Saya terheran-heran mendengar pengakuannya “Jadi kamu..”
His confession stunned me “So you..”
“Lagi pula saya tidak ingin kelihatan seakan-akan 20 tahun
lebih tua dari kamu” suaranya melembut “Kamu lihat saja nanti. Saya kelihatan
lebih muda, lebih keren dan lebih ganteng. Kamu pasti bakal jatuh cinta lagi
sama saya”
“Beside, I
don’t want to look as if I were 20 years older than you” his voice softened
“You’ll see. I look younger, cooler and cuter. You’ll be in love with me again”
Saya tersenyum “Saya tetap mencintaimu sekalipun kamu
kelihatan 20 tahun lebih tua dari saya”
I smiled “I
still love you though you look 20 years older than me”
“Tapi saya kan tidak 20 tahun lebih tua dari kamu dan saya juga tidak mau kelihatan seperti itu”
“But I’m not
20 years older than you and I don't want to look like that either”
Wah, kenapa dia jadi tidak pede begini?
Geez, what’s
making him so insecure?
*
* * * * *
“Oma, nanti oma doakan pokok doa yang ini ya”
“Oma,
pray for this prayer point, ok”
Saya berhenti menulis dan mengangkat muka untuk menatap
teman saya yang berdiri disebelah seorang oma, bicara dengan suara lantang dan
dengan pengucapan kata demi kata sejelas mungkin.
I
stopped writing and looked up to see my friend stood next to an old lady,
speaking loudly with clear articulation on each of her word.
Saya cepat-cepat menundukkan kepala. Suara yang lantang itu
dan muka serius teman saya membuat saya ingin tertawa.
I
quickly bowed my head down. That loud voice and my friend’s serious face
tickled me.
Soalnya saya jadi teringat pada cerita ibu saya tentang
tantenya yang kemampuan pendengarannya sudah sangat menurun karena faktor usia.
It
is because I remembered my mother’s story about her aunt who has hearing problem
due to her age.
“Setiap hari tetangga-tetangga tahu apa saja yang mau dia
masak” ibu saya bercerita sambil tertawa “Tidak ada lagi yang bisa
dirahasiakan”
“Everyday
the neighbors knew what she planned to cook” my mother laughed “There’s no
secret”
“Kok bisa?” tanya saya heran.
“How
so?” I asked, curios.
“Iya itu tante cuma bisa dengar kalau orang bicara ke dia
dengan suara sangat keras. Jadi kita harus berteriak kalau ngomong ke dia”
“She
could hear us if we talked loudly to her. So we had to shout when we spoke to
her”
“Memangnya dia tidak pakai alat bantu pendengaran?”
“Didn’t
she wear hearing aid?”
“Dia tidak mau pakai. Katanya kalau pakai itu, tikus kentut
pun kedengaran”
“She
didn’t want to wear it. She said it made her could hear the mouse fart”
Hehe..
Lain lagi ceritanya dengan ayah saya yang usianya 70 tahun.
It’s
another different thing with my 70 year old father.
Sudah setahun terakhir ini kalau mau bicara dengannya harus
ekstra keras. Ngomong di telpon pun harus keras karena saya pernah menelponnya
dan saya harus mengulangi perkataan saya sampai tiga kali karena dia tidak
menangkap kata-kata saya.
In
the past year we have to speak extra loud to him. We have to speak loudly when
we phone him because I once phoned him and I had to repeat what I have said to
him three times because he didn’t hear the words I spoke to him.
Saya heran karena kami tidak memakai telpon genggam pada waktu melakukan percakapan lewat telpon itu.
I
was amazed because we didn’t use cellphone.
Jadi bayangkanlah kalau bicara lewat telpon yang menempel di
telinga saja tidak kedengaran, bagaimana kalau bicara biasa?
So
picture this, if he couldn’t hear clearly with the phone on his ear then how in
regular conversation?
Sulit untuk saya bicara dengan suara keras karena kami
memang tidak biasa bicara dengan volume tinggi. Tapi ya apa boleh buat. Setiap
kali ayah saya tidak mendengar apa yang saya atau ibu saya katakan padanya,
kami harus mengulanginya lagi dengan suara yang lebih lantang dan ini membuat
ibu saya harus berhenti untuk menarik napas panjang karena sesak napas
sementara saya harus minum air karena tenggorokan saya terasa perih.
It
is not easy for me to speak with loud voice because we are not used to. But we
don’t have any choice. Everytime my father didn’t hear what I or my mother said
to him, we had to repeat it again with louder voice and this made my mother had
to stop to take a deep breath because she felt suffocated while I had to drink
some water as my throat hurt.
“Bagaimana kalau pendengaran saya jadi seperti itu?” tanya
Andre setelah saya menceritakan padanya.
“What
happens if my hearing becomes like that?” asked Andre after I told him that.
“Oh gampang.. saya beli aja toa atau loudspeaker sekalian”
saya tersenyum menahan tawa.
“Oh
that’s easy.. I just need to buy a loudspeaker” I smiled, trying to hide my
laugh.
*
* * * * *
Siklus kehidupan tidak bisa kita atur semudah menekan tombol
pada remote control.
Life cycle can't be set as easy as pushing button on remote control.
Ada orang yang ingin cepat-cepat jadi besar, ada yang tetap
ingin menjadi anak-anak, ada yang tidak takut tua dan ada yang parno menjadi
tua sampai ogah dipanggil oma dan protes disebut sebagai lansia (lanjut usia).
There
are people who can’t wait to grow older, others wish to remain as children,
there those who are unafraid to get old and while others are so paranoid about
ageing, they don’t want to be called oma and protested when referred as senior
citizen.
Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi tua membawa banyak
dampak pada penampilan dan kemampuan fisik.
It
is undeniable that getting older brings lots of impact on physical appearance
and ability.
Yang diperlukan adalah membiasakan diri dan tentu saja harus
bisa menerima kalau tidak mau jadi stress.
What
we need to do is get used with it and accept it if we don’t want to get the
stress.
Kita tidak bisa memutar waktu jadi berhentilah mengenang
tentang masa-masa ketika kita masih muda, kuat, sehat, kulit tidak berkeriput
dan rambut tidak beruban.
We
can’t turn back the hand of time so stop remember the past when we were
younger, stronger, healthier, free of wrinkle and had no single gray hair.
Menjadi tua tidaklah buruk.
Being
old is not that bad.
Saya malah lebih suka berada di antara orang tua karena
mereka punya lebih banyak pengalaman, lebih sabar, lebih melindungi, lebih
membimbing dan lebih bijaksana. Ya, tidak semua seperti itu jadi saya bersyukur
karena sebagian besar orang tua yang saya temui memiliki kualitas seperti itu.
No comments:
Post a Comment