.. Penjernih..
“Sekarang tidak usah repot masak air lagi” Andre menunjuk ke
sudut dapur “Saya beli water purifier. Air masuk ke situ dan bisa langsung kita
minum”
“No more boiling drinking water” Andre pointed
to the kitchen corner “I bought a water purifier. Put the water in it and we
can drink it”
Oh gitu ya? Saya menatap alat penjernih air itu dengan rasa
skeptis.
Oh
is that so? I stared it skeptically.
Soalnya biar katanya air dari mata air di gunung, air yang
sudah dijernihkan.. bla.. bla.. bla.. sori say, buat saya air minum yang aman
adalah air yang di masak sampai mendidih.
No
matter it is said the water came from mountain spring, purified water.. bla..
bla.. bla.. sorry hun, the safe drinking water is the one that has been boiled.
Andre tahu minum air yang tidak di masak akan bikin saya
batuk dan akhirnya bisa jadi sakit tenggorokan.
Andre
knew drinking water that is not boiled makes me cough which eventually gives me
sore throat.
“Mudah-mudahan yang ini bisa benar-benar aman buat
tenggorokan kamu”
“I
hope this thing purifies the water and makes it really safe for your throat”
Saya cuma nyengir karena saya toh akan tetap masak air.
I
just grinned because I still prefer to boil the water first before I drink it.
Saya berpendapat itu satu-satunya cara untuk membunuh segala
kuman dan bakteri dalam air.
In
my thinking it is the only way to kill all the germs and bactery in water.
Demikianlah malam itu saya berdiri di depan alat penjernih
air itu sambil berpikir..Air yang dijernihkan hanya membuat air menjadi kelihatan
bening tapi belum tentu otomatis membebaskan air itu dari kuman dan bakteri.
So
that night I stood infront of the water purifier and did some thingking.. Water
purifier makes the water looks clear but not automatically makes it free of germs
and bactery.
“Saya sudah terlalu kenal kamu dan saya yakin bukan urusan
air saja yang lagi kamu pikirkan sekarang ini” Andre tersenyum “Soalnya kamu
tidak akan kelihatan begitu serius”
“I
have known you well and I am sure this water stuff is not the only thing you
have in your mind right now” Andre smiled “You wouldn’t look this serious if it
were just the water”
Saya menghela napas “Yah, saya sedang berpikir bahwa agama
dan pendidikan hanya bisa memoles manusia agar kelihatan cling tapi tidak
membunuh kuman dan bakteri dalam dirinya”
I
sighed “Yeah, I was thinking that religion and education can only make people
polished but not killing the germs and bactery within”
“Ada yang meresahkan hati kamu?” dia menarik saya dalam pelukannya
“Mau ceritakan pada saya?”
“Something
troubles you?” he pulled and hugged me “Wanna tell me what that is?”
“Bukan sesuatu yang meresahkan” saya tersenyum “Hanya
sesuatu yang membuat saya heran”
“It
is not troubling me” I smiled “It is just something that puzzles me”
Dia diam saja jadi saya ceritakan tentang seseorang yang
saya temui hari Minggu (20/7). Sepanjang hari itu dia tidak menegur saya.
Awalnya tidak saya perhatikan karena begitu banyak orang yang datang dan saya
juga sibuk. Tapi kemudian saya menyadarinya.
He
didn’t say anything so I told him about a person I met on Sunday (July 20th).
This person didn’t say a word to me. At first I didn’t notice it because there
were so many people came and I was busy. But later I realized it.
Saya berdiri didekatnya dan bahkan didepannya tapi dia bukan
saja tidak mau menegur saya, dia tidak mau memandang saya.
I
stood closed to her and even infront of her but it was not only she didn’t say
a word to me, she didn’t want to look at me.
“Ada masalah antara kamu dengan dia?” tanya Andre “Atau
mungkin kamu bikin dia marah?”
“Is
there a problem between the two of you?” asked Andre “Or maybe you pissed her
out?”
Saya spontan tertawa geli “Masalah apa?.. oh, ya, mungkin
gara-gara dia di minta untuk mencantumkan rincian pengeluaran dari acara yang
diadakannya”
I
laughed spontaneously “What problem?.. oh, yeah, probably because she was asked
to write the details of the event expenses, the event she organized”
“Atas permintaan kamu?”
“Under
your request?”
“Bukan! Itu bukan wewenang saya. Teman saya yang minta dan
dia juga yang bicara langsung ke orang itu”
“No!
It is not my authority to do such thing. My friend asked for it and he has
spoken to her”
Saya menceritakan bagaimana orang itu bersikukuh menolak
rincian pengeluaran dicantumkan dalam warta mingguan kantor sehingga teman saya
akhirnya terpaksa harus menghubungi senior kami untuk memintanya bicara
langsung pada orang itu.
I
told him how that person persistently refused to put the details of the expenses
on our weekly bulletin that it made my friend had to call our senior to ask him
to speak to that person.
“Lantas?” tanya Andre.
“And?” asked Andre.
Saya tertawa “Oh, dia menghubungi saya dan memberikan
rincian itu karena senior kami memintanya untuk melakukan hal itu”
I
laughed “Oh, she contacted me and gave that details because our senior asked
her to do that”
“Itu pasti bikin dia kesal setengah mati” Andre nyengir “Dan
mungkin dia melampiaskan kekesalannya ke kamu karena tidak berani melakukannya
ke teman kamu atau senior kalian”
“That
must be pissed her off” Andre grinned “And maybe she put the blame on
you because she didn’t have the guts to declare war to your friend or to your
senior”
“Yap, memang begitulah dia”
“Yep,
that’s so her”
“Lebih baik jauhi saja orang kayak gitu”
“Better
stay away from people like that”
“Ah, kalau dia ngomong ke saya, masa sih saya cuekin dia?”
“Now,
if she speaks to me, would I ignore her?”
“Berhati-hati sajalah menghadapi orang seperti itu” Andre
mencium kening saya “Dia tidak berani menunjukkan kemarahan atau kekesalannya
pada teman kamu dan senior kamu karena pastilah mereka punya posisi yang lebih
tinggi dari kamu dan karena itu dia melampiaskannya ke kamu”
“Be
on your guard when dealing with people like that” Andre kissed my forehead “She
has no guts to show her anger or upsetness to your friend and your senior
because they must have higher position than you and so she threw it to you”
“Atau mungkin sebaiknya kamu bicarakan hal ini ke senior
kamu saja?” dia mendesak ketika dilihatnya saya diam saja.
“Or
maybe you should tell this to your senior?” he went on when he saw me quiet.
“Ah buat apa?” saya kaget “Saya bukan tukang ngadu yang
langsung lari ke dia begitu ada masalah. Lagi juga perkara gitu aja kok dibikin
heboh”
“What’s
that for?” I was surprised “I am not the kind of person who would run to him
whenever I have problem. It’s just a small thing not worth to make such a big
fuss”
Andre menghela napas “Yah, kalau memang bukan perkara serius
seperti katamu tadi, mudah-mudahan akan jadi beres dengan sendirinya”
Andre
sighed “Yeah, if this is not a big deal just like you said then hopefully it
will be okay eventually”
Saya mengangguk. Tidak mengatakan padanya bahwa kira-kira sebulan
lalu orang yang sama ini melontarkan kata-kata yang tidak menyenangkan pada
saya ketika kami sedang membicarakan orang yang kami kenal yang baru saja
meninggal. Dia mengatakan sebaiknya saya rajin ibadah supaya nanti kalau saya
meninggal, akan ada orang yang mendoakan saya.
I
nodded. I didn’t tell him that about a month ago this person said unpleasant
thing to me when we were talking about somebody we knew whom just passed away.
She told me to attend church faithfully so when I die, I shall have people to
pray for me.
Dia adalah satu dari beberapa orang yang tahu saya tidak
pernah lagi ikut ibadah.
She
is among the few people who knew I don’t attend the service.
Tapi sebagai seorang yang lebih tua dan terutama sebagai
pengajar agama, kata-kata demikian seharusnya tidak diucapkannya.
But
as someone who is older and especially for someone in her position as she
teaches about Christianity, such words shouldn’t be spoken by her.
Kata-katanya tidak hanya membuat saya kaget dan heran tapi
juga bisa membangkitkan amarah saya. Kalau saya kemudian tidak mau lagi
menegurnya atau bersikap tidak memperdulikannya (seperti sikapnya pada saya
pada hari Minggu itu), saya tidak bisa seratus persen dipersalahkan.. tapi saya
tidak bersikap seperti itu. Saya padamkan amarah dalam hati dan karena itu saya jadi bisa bersikap biasa saja.
What
she said not only surprised and amazed me but quite brought up the fire in me.
If I then went quiet or ignored her (just like she did to me on that Sunday), I
wouldn’t get one hundred percent blamed for that.. but I didn’t behave like
that. I extinguished the fire within me and it enables me to put a civilized
manner to her.
Saya memandang penjernih air itu dan tertawa kecil.
I
stared at that water purifier and quietly laughed.
“Kenapa?” Andre bertanya.
“What?”
Andre asked.
“Saya lagi mikir seandainya ada alat penjernih jiwa, mau
saya cemplungin orang itu ke dalamnya supaya segala kuman dan bakteri yang
mengotori hati, pikiran atau jiwanya bisa mati semua dan dia keluar sebagai orang
yang berbeda, menjadi orang yang lebih baik”
“I
was just thinking if there were soul purifier, I would throw her into it so all
the germs and bactery that spoiled her heart, mind or soul would be dead and
she came out a different person, a better one”
“Bukan cuma dia” Andre tertawa “Kita semua perlu
dijernihkan”
“Not
just her” Andre laughed “We all need to be purified”
Saya ikut tertawa. Ya, di dalam diri kita terdapat berbagai
macam hal yang meracuni pikiran, hati dan jiwa. Hal-hal yang membuat kita
berpikir atau bertindak tidak bijaksana, hal-hal yang menyakiti orang lain.
image:www.frontiersnova.com |
No comments:
Post a Comment