“Ini buat auntie” Kenzie mengulurkan gelang berwarna hijau
itu pada saya.
“This is for your, auntie”
Kenzie handed me a green bracelet.
“Bagus betul” saya memperhatikan gelang itu sebelum
memakainya “Gelang auntie tambah banyak deh”
“It’s beautiful” I studied
it before I put it on my wrist “Now I’ve got one more for my collection”
“Itu aku buat sendiri” dengan bangga Kenzie mengamati gelang
pemberiannya yang terpasang dipergelangan tangan kanan saya bersama dengan tiga gelang lainnya.
“I made it myself” Kenzie
stared proudly at his bracelet that was in my right wrist along with tiga other
bracelets.
“O ya?” wah, semakin berharga gelang ini “Hebat kamu bisa
bikin gelang”
“Really?” it added more
value on the bracelet “Awesome.. you could make a bracelet”
“Klara yang ngajarin” Santi nyengir.
“Klara taught him how to
make it” Santi grinned.
“Keren” puji saya sambil menatap Klara yang tampak cuek
“Kamu belajar sendiri bikin gelang?”
“Cool” I praised her “Did
you learn it yourself?”
“Belajar dari teman sekelas” jawabnya.
“A classmate taught me” was
her reply.
“Gelang yang dulu masih ada?” Kenzie menyela.
“Do you still have the
bracelet I gave you?” Kenzie interrupted.
“Masih” jawab saya “Auntie suka pakai. Tapi hari ini lagi
pakai gelang yang lain”
“Yes, I still have it” I
replied “I wear it too. But today I wear my other bracelets”
Klara dan Kenzie adalah anak-anak Santi, sahabat saya dari
masa kuliah. Persahabatan selama dua puluh empat tahun membuat kami telah
menjadi seperti saudara.
Klara and Kenzie are Santi’s
children. She is my best friend in college. The twenty four years friendship
has turned us more like sisters.
Dan bagi anak-anaknya, saya adalah auntie mereka.
And to her children, I am
their auntie.
Saya menyayangi mereka seakan mereka adalah darah daging
saya sendiri.
I love them as if they were
my own flesh and blood.
Kebersamaan kami menjadi saat yang amat berharga karena hal
itu tidak terjadi setiap hari. Kami tinggal berjauhan. Mereka di Jakarta dan
saya di Bogor. Dalam setahun saya hanya bisa mengunjungi mereka 2-3 kali dan
untuk itu saya harus mengambil cuti.
The time we were together
has always been precious because it can’t happen everyday. We live far away
from each other. They are in Jakarta and I am in Bogor. I can only visit them
2-3 times a year and it has always on my leave day.
Kenzie yang paling sering protes. Kenapa saya tidak bisa
datang lebih sering. Kenapa saya tidak bisa tinggal lebih lama.
Kenzie is the one who
protests oftenly. Why can’t I come more often. Why can’t I stay longer.
Ketika hari Minggu (9/6) saya datang untuk menginap di rumah
mereka, Kenzie memberikan sebuah gelang pada saya.
When I came to spend few
days at their house on Monday (June 9th) Kenzie gave me a bracelet.
Gelangnya sederhana. Terbuat dari plastik.
It is not a fancy bracelet.
Made from plastic.
Sudah setahun ini saya jadi penggemar gelang. Jenis yang
saya sukai adalah yang terbuat dari kayu, berwarna hitam atau coklat, dengan
ukiran gaya etnik atau yang polos.
I have been into bracelet
for a year. The ones I like are black or brown wooden beads with ethnic carved on it.
Saya bukan jenis orang yang suka aksesoris. Saya senang
pakai gelang model begini karena ketularan Andre.
I am not into accessories. The
reason I like wearing bracelet is because Andre passes me his liking in wearing
those kind of bracelet.
Tadinya saya memakai gelang hanya seminggu sekali, setiap
hari Minggu. Dan dari yang hanya satu gelang menjadi 2-3 gelang sekaligus saya
pakai di pergelangan tangan kanan saya.
I used to wear bracelet once
a week, every Sunday. At first I wore only one bracelet but then I wear 2-3
bracelets on my right writst.
Tapi sejak Kenzie memberikan gelang itu, saya memakainya
setiap hari dan hanya gelang itu saja.
Kenzie took this photo of me with his classmates |
But after Kenzie gave me
that bracelet, I have been wearing it everyday and only that bracelet.
Dengan memakainya, dengan melihat atau merasakannya
melingkari pergelangan tangan kanan saya membuat saya merasa kehadiran Kenzie.
By wearing it, seeing or
feeling it on my right wrist has made me feel Kenzie’s presence.
Saya menyayangi anak-anak Santi tapi terjalin keakraban yang
istimewa antara Kenzie dan saya.
I love Santi’s children but
there is a special bond between me and Kenzie.
Saya merindukan mereka, terutama Kenzie, setiap kali saya
kembali ke rumah setelah menginap di rumah mereka.
I miss them, mostly Kenzie,
everytime I return home after spent few days at their place.
Tidak sengaja saya menemukan cara untuk mengurangi rasa kangen
itu ketika melihat gelang pemberian Kenzie.
I found the solution to ease
that feeling when I saw the bracelet Kenzie gave me.
Sekalipun gelangnya sangat sederhana tapi pemberinya membuat
gelang itu menjadi lebih berharga dari gelang mana pun yang ada di dunia ini.
Eventhough the bracelet is
so modest but the giver has made it more valueable than any bracelet in this
world.
Kenzie memenangkan tiga gelang seperti itu dari permainan di
Time Zone. Satu diberikannya pada Santi, satu pada Klara dan satu lagi pada
saya.
Kenzie won three bracelets
when he played a game in Time Zone. He gave one to Santi, one to Klara and one
to me.
Dia tidak menyimpannya, dia tidak membawa pulang dan
kemudian menaruhnya begitu saja untuk kemudian melupakannya. Dia khusus
memberikannya pada ibunya, kakaknya dan pada saya.
He didn’t keep them, he
didn’t bring them home and placed it anywhere and forgot all about them. Se
specifically gave it to his mother, his sister and to me.
Dia memberikannya pada tiga orang yang dia sayangi.
He gave them to the three people
whom he loves.
Jadi gelang itu punya arti istimewa bagi saya. Biar pun
sederhana dan kelihatan murah tapi Kenzie memberikannya dengan tulus, penuh
kebanggaan dan rasa sayang.
It is what makes it special
to me. The bracelet may look simple and cheap but Kenzie gave it with all his
sincerity, pride and love.
Memilikinya berarti memiliki dirinya.
Having them means having a
piece of him.
No comments:
Post a Comment