..Kepedulian..
Seorang teman saya pernah dengan garang menulis di status
facebooknya menanggapi reaksi tidak menyenangkan dari orang-orang terhadap
sikap tegasnya membela perempuan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.
My friend
was once wrote a quite fierce facebook status to respond some people’s unpleasant
reaction when she defended women who are the victim of domestic violence.
Rupanya ada orang-orang yang menganggap pembelaannya untuk wanita-wanita teraniaya
itu sebagai tindakan yang berlebihan, sesuatu untuk mencari perhatian.
I assumed there were people thought she was over reacted, she just wanted to get attention when she defended those abused women.
Bukanlah hal aneh kalau orang menunjukkan sikap skeptis
ketika melihat atau menerima suatu kepedulian yang dilakukan oleh seseorang.
It is not a
strange thing when people or a person being skeptical upon seeing or receiving
kindness from somebody who cares.
Lalu apakah kita akan berhenti peduli ketika diperhadapkan
dengan respon skeptis seperti itu?
So will we
stop to care when we bump into such skeptical reaction?
Semuanya tergantung seberapa besarnya rasa kepedulian yang
ada dalam diri kita.
It is all
depend on how big that careness in us.
Kalau kepedulian itu bagaikan api yang membakar, membara di
dalam hati.. dia akan menjadi pendorong dan sejuta komentar negatif dari siapa
pun tidak akan membuat kita mundur.
If the
feeling is like a burning fire, raging inside.. it makes it the best motivator
and a million negative comment will not make us back away.
Karena kalau yang berkomentar itu tidak merasakan apa yang
kita rasakan, bagaimana kita bisa berharap apalagi menuntutnya untuk bisa
mengerti, menerima atau mendukung apa yang kita lakukan..
If people don’t feel what we feel, how can we hope let alone demand them to understand, accept or support us?
*
* * * * *
..Kepedulian..
Hari Selasa (22/7).. saya keluar untuk menjemur kain pel
yang sudah saya cuci setelah dipakai untuk mengepel lantai rumah.
Tuesday
(July 22nd).. I went outside to hang the cloth I just washed after
used it to mop the floor.
Saat itulah terpandang oleh saya lampu jalanan di dekat
rumah saya.. astaga! Lampu itu masih menyala!
It
was then that I looked up and saw the streetlight near my house.. oh geez! It
hasn’t turned off.
Jadi saya keluar untuk mematikannya.
So I
got outside to turn it off.
Saya lupa sejak kapan saya jadi petugas yang mematikan lampu
jalan itu karena tidak pernah ada surat pengangkatan dan juga tidak pernah ada
upacara peresmiannya.. hehe..
I
can’t remember when I become person in charge to turn off that streetlight
because there is no appointment letter and it is never be made official
either.. hehe..
Dulu sekali.. mungkin lebih dari setahun lalu.. tugas untuk
menyalakan-mematikan lampu-lampu jalan dilakukan oleh satpam yang menjaga di RT
saya. Tapi tugas itu mulai berantakan setelah satpam itu berhenti dan ada kurun
waktu sekitar 2-3 bulan tanpa satpam.
Back
then.. probably more than a year.. the task to turn on/off the streetlights was
done by security guard in my neighborhood. But the job has since been abandoned when
the guard quited his post and for about 2-3 months there wasn’t any guard.
Pada waktu itu entah siapa yang menyalakan lampu-lampu jalan
setiap sore tapi siapa pun yang melakukan itu, esok paginya dia tidak
mematikannya.
At
those time I didn’t know who turned the streetlights on every evening but whoever
did that, that person didn’t turn them off on the next morning.
Saya tidak peduli ketika itu karena berpikir itu bukan
tanggung jawab saya.
I
didn’t care at that time because I thought it wasn’t my responsibility.
Sampailah pada suatu hari ketika saya pulang siang dan saya
kaget melihat lampu-lampu itu masih menyala. Itu artinya tidak ada seorang pun
yang tergerak hatinya untuk mematikannya ketika melewati lampu-lampu itu.
Until
one day I got home in the afternoon and I was surprise to see those streetlights were still very much on. It means nobody was moved to turn them off when
he/she passed them.
Tidak seorang pun peduli.
Nobody
cared.
Saya mencoba untuk tidak peduli.
I
tried not to care.
Tapi kemudian saya berpikir lampu yang menyala sepanjang hari
adalah suatu pemborosan listrik dan tentunya akan membuat lampu itu cepat
rusak. Kalau dia mati belum tentu bisa cepat di ganti dan itu artinya tidak
akan ada penerangan di jalan. Lagi pula, harga lampu kan tidak murah.
But
later I thought it would be electric waste to let a lamp goes on the whole day
and it would shortened the light bulb’s life. It wouldn’t nice to have the street
dark without light if the light bulb can’t work while they don’t quickly
replace it with a new one. Besides, light bulb is not cheap.
Akhirnya saya memutuskan setiap pagi saya akan mematikan
lampu jalan mana pun yang masih menyala ketika saya melewatinya dalam perjalanan menuju
tempat angkot. Dan kalau kebetulan saya pulang malam serta melihat lampu jalan
belum ada yang menyalakan maka saya akan berhenti sebentar untuk menyalakannya.
Bahkan berapa kali saya keluar dari rumah ketika melihat lampu jalan belum
dimatikan atau dinyalakan.
Finally
I decided I am the one who turning off the street light that I pass by on my
way to angkot shelter every morning. And when I get home in the evening and see
no one turn them on, I am the one who is turning them on. It even happened
several times when I got outside to turn the street light off or on.
Yang repot kalau saya libur karena saya tidak bangun sepagi
biasanya dan kadang begitu bangun saya langsung sibuk dengan pekerjaan bebersih
rumah sehingga saya lupa lampu jalan di depan rumah saya belum dimatikan.
The
thing is I don’t get up early in my off day and once I get up I soon get busy with
house cleaning so I forgot that the streetlight infront of my house is still
on.
Kan ada tetangga yang bisa mematikan lampu itu..mungkin anda akan berkata demikian.. yah, awalnya saya juga berpikir begitu tapi..
There’s
neighbor who can turn it off.. you may say it.. yeah, I thought about that too at first but..
Seperti yang saya tulis tadi di atas, tidak ada yang peduli dan itu
belum berubah sekali pun tetangga-tetangga sekitar rumah telah beberapa kali
melihat saya mematikan lampu itu. Mungkin mereka berpikir itu toh sudah
dilakukan oleh Keke jadi ada Keke atau tidak ada Keke, mematikan lampu adalah
urusan Keke dan bukan urusan mereka.
Just as I
have written it above, nobody cares and it has not changed though my neighbors
have seen me turn the streetlight off. Maybe they thought it has been done by
Keke so whether there is Keke or not, turning off the street light is Keke’s
thing and not their thing.
Awalnya saya kesal dan heran. Tapi kemudian saya pikir kalau
memang hanya saya yang merasa terbeban untuk mematikan atau menyalakan lampu
jalan maka itu artinya kepedulian itu adalah untuk saya dan karenanya sayalah
yang memang harus melakukannya.
At
first it annoyed and puzzled me. But then I thought if I am the only one who
feels obliged to turn the streetlight on or off then it means the care
feeling is given to me and therefore I am the one who is chosen to do the job.
Rasa peduli tidak bersifat menular dan tidak bersifat
instan.
The
feeling of care is not a contagious thing and it is not appear instantly.
Seorang pengemis atau pengamen jalanan misalnya.. ada banyak
orang yang melihat dan melewati mereka tapi ada yang memberi dan ada yang
tidak. Itu artinya ada yang peduli dan ada yang tidak.
Take
a street beggar or musician as an example.. people see and passing them but
some give them money and while others give them nothing.
Lalu apakah orang yang tidak memberi uang adalah orang yang
tidak peduli? Belum tentu.
Those
who just pass and give no money, do they heartless? No.
Tetangga-tetangga saya yang tidak peduli dengan urusan lampu
jalan adalah orang-orang yang telah banyak menolong kami terutama ketika orang
tua saya sakit dan harus masuk rumah sakit.
My
neighbors who don’t care about the streetlight are the ones who helped us
especially when my parents got ill and had to be hospitalized.
Dari situ kita bisa melihat bahwa setiap manusia memiliki
kepedulian yang berbeda-beda.
It shows how each person has different object of care.
Seseorang yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga
bisa tergerak hatinya untuk menolong atau membela orang lain yang dilihatnya
sedang menjadi korban kekerasan yang sama.
A
person who once suffered domestic violence may feel moved to help or defend
others whom suffer the same kind of violent.
Seseorang yang pernah mengalami pahitnya dampak peperangan
akan berusaha untuk menciptakan perdamaian.
Somebody
who has endured the bitterness of war will seek ways to create peace.
Seseorang yang pernah kehilangan orang tercinta karena di
tabrak oleh pengemudi yang mabuk akan berusaha meningkatkan kesadaran pengemudi
untuk tidak mengemudi setelah minum minuman beralkohol untuk mencegah supaya
jangan sampai ada orang lain yang akan jadi korban dalam kasus kecelakaan lalu
lintas akibat pengemudi yang mabuk.
Somebody
who lost loved one in auto accident that collided with a drunk motorist may try
to raise people’s awareness about the danger of drive under the influence of
alcohol to prevent more people have to lost their lives in auto accident.
Seseorang yang mencintai gedung-gedung bersejarah mungkin
akan berdemo menentang keputusan dewan kota untuk menghancurkan satu gedung tua
yang oleh dewan kota dinilai tidak punya arti tapi oleh orang itu dinilai
sebagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan.
Somebody
who loves historical buildings may go in a demonstration to protest the city’s
decision to demolish an old building which they consider has no value which the
person sees as historical building that should be conserved.
Kesimpulannya; tidak ada satu manusia pun yang tidak
memiliki rasa peduli. Hanya saja, rasa kepedulian setiap manusia tidak selalu
jatuh pada hal yang sama.
The
conclusion is this; none of us has no feeling of care. It is just that we care
for different things.
Tuhan telah mengaturnya demikian supaya setiap bagian dalam
hidup ini menjadi seimbang. Kalau tidak, apa jadinya kalau semua orang hanya
peduli pada anak yatim dan tidak ada yang peduli pada pengemis, janda-janda,
lansia, anak jalanan, korban kekerasan dalam rumah tangga, pengungsi, hutan,
gedung tua, lampu jalan.. dll..?
God
has made it this way to balance every aspect in this life. Otherwise, what
would happen if all people care only for the orphan children and none cares for
the beggars, widows, elderly people, street children, victims of domestic
violence, refugee, forrest, old buildings, street light.. etc..?
No comments:
Post a Comment