Ketika saya berangkat ke rumah Santi di Jakarta, saya tahu
benar haid saya sedang keluar dan saya tahu benar dari pengalaman sebelumnya
bahwa kelelahan fisik akan meningkatkan intensitas serta kuantitas haid itu.
When
I went to Santi’s place in Jakarta, I knew I was having my period and I knew from
previous experience, physical tiredness increases the intensity and quantity of
my period.
Tapi saya tetap berangkat.
But off I went.
Ayah saya mengatakan saya ceroboh. Andre mengatakan saya kepala
batu. Santi mengatakan saya edan-edanan.
My father said I was reckless.
Andre said I was stone head. Santi said I was insane.
Yah.. saya ini batu, banteng dan api.. pengalaman-pengalaman
hidup selama 10 tahun terakhir ini semakin mengokohkan tiga unsur itu dalam
diri saya.
Yeah.. so I am rock, bull and
fire.. the things happened in the past 10 years have solidly formed those three
elements in me.
Ketika saya memutuskan untuk mengunjungi Santi, saya
memasukkan tanggal 9 Juni dalam form pengajuan cuti dan sejak itu pula saya
seluruh keyakinan saya mengatakan saya akan pergi dan pasti pergi ke rumah
Santi pada tanggal itu. Saya tidak akan mengijinkan apa pun dan siapa pun untuk
menghentikan saya.
When I decided to visit Santi, I
put the date on my leave application form and since then I put all my faith,
believing that I would go and it was a certain thing to go to Santi’s place on
that date. I wouldn’t allow anything and anyone to stop me.
Begitulah cara saya untuk menghilangkan keraguan, kecemasan,
ketakutan dan ketidakpercayaan diri.
It is my way to cast away doubt,
worry, fear and unconfident.
Bukan berarti seluruh penghalang lalu hilang. Akhir Mei,
haid saya datang. Dan biasanya berlangsung selama dua minggu. Aduh.. itu
artinya tanggal 9 haid saya masih sedang mengalir dan bisa jadi sedang mengalir
deras-derasnya.
It doesn’t mean all the barrier
then gone away. End of May, I had my period. And it usually goes for two weeks.
Oh no.. it means on the 9th I would still be having it and it could
be on its peak.
Saya berpikir-pikir. Menimbang-nimbang. Akan lebih mudah
untuk membatalkan rencana. Tapi itu artinya saya menyerah pada keadaan. Maukah
saya melakukannya?
I took time to think about it.
Put some consideration. It would be easier to call the plan off. But then it
would be giving up to circumstance. Would I do that?
Dua tahun terakhir ini saya mendidik diri saya lebih keras
dari sebelumnya. Karena itu saya katakan pada diri saya bahwa saya tidak akan
membiarkan haid ini menjadi semacam trauma yang akhirnya melumpuhkan saya.
I have been hard on myself in the
past two years, harder than before. Therefore I told myself I won’t let this period became sort of trauma that it eventually paralyzed me.
Saya tidak akan membiarkannya menjadi suatu kecacatan.
I won’t let it become a handicap.
Jadi saya berangkat dengan hati ringan. Tentu saja saya
membekali diri dengan pakaian dalam dan pembalut ekstra banyak. Ya iyalah, kita
tidak akan maju ke medan perang tanpa membawa senjata dan perisai, ya kan?
So I left with no worry. I surely
brought extra underwear and sanitary napkin. Well, we won’t go to the battle
without bringing our weapon and shield, right?
Haid itu menyedot tenaga saya tapi tidak mengurangi
kebahagiaan saya karena bisa bertemu dan melewatkan waktu tiga hari, dua malam
bersama Santi serta keluarganya.
The period took my energy but not
lessened my happiness to meet and spent three days, two nights with Santi and
her family.
Kami berteman selama dua puluh empat tahun. Kami bukan lagi
teman. Kami lebih dari sahabat. Kami saudara.
We have been friends for twenty
four years. We are no longer friends. We have become more than best friends. We
are sisters.
Tapi kami tinggal berjauhan. Kesibukan serta beberapa hal
lain membuat kami tidak bisa sering bertemu. Sekalipun Santi diberkahi dengan
kenyamanan dalam hal keuangan tapi suaminya tidak mengijinkan dia pergi tanpa
kawalannya. Itu sebabnya Santi dan anak-anaknya tidak bisa pergi jauh. Kami
berdua membicarakan hal ini dan saya mengalah. Saya yang akan mengunjunginya
walau tentu saja dalam setahun mungkin hanya bisa 2-3 kali.
But we live far away from each
other. Our activities and other things make us can’t see each other oftenly.
Despite being financially well off Santi’s husband doesn’t allow her to go without
him chaperoning her. It is why she and the children can’t go far. We talk about
this and I told her if she can’t visit me then it is me who visit her though it
is only 2-3 times a year.
Saya sudah mengunjunginya tiga kali dan setiap kali saya akan pergi untuk mengunjunginya, selalu ada saja tantangannya. Mulai dari hujan lebat, banjir, sakit sampai
haid.
I have visited her three times
and challenges always appeared in every visit. Rain, flood, illness up to period.
Tapi saya memiliki keyakinan bahwa saya akan bisa melalui
setiap penghalang itu dan saya akan selamat.
Saya selalu mendapatkan apa yang saya percayai.
I always get what I believe.
Sayangnya saya menemui banyak.. banyak sekali orang yang
membiarkan dirinya dilumpuhkan oleh ketakutan, kecemasan, kesedihan, keraguan..
It is a pity that I have found
many.. so many people let themselves to be paralysed by fear, worry, grief,
doubt..
Saya tidak mengatakan saya ini super duper hebat. Dalam diri
saya tetap ada ketakutan, kecemasan, keraguan, kesedihan, ketidakpercayaan
diri.. tapi saya menolak untuk dikalahkan, dilumpuhkan dan dikuasai oleh
hal-hal itu.
I am not saying I am such a super
duper person. I have fear, worry, doubt, grief, unconfident.. but I refuse to
be defeated, to be paralysed and to be controlled by those things.
Seorang kenalan saya belum lama ini diputuskan oleh pacarnya
dan wajarlah kalau dia patah hati tapi isi omongannya mengusik hati saya. Lebih
tepatnya, membuat saya gusar karena dia bicara tentang lebih baik dia mati.
Somebody whom I know recently had
a broken relationship with his girlfriend and so it makes sense for him to have
a broken heart period but his talking started to make me feel uneasy.
It upset me, to be precise, because he talked about better be dead.
Buat saya hal ini keterlaluan. Dia sehat, kondisi tubuhnya
tidak bercacat, dia punya kehidupan yang baik, tidak memiliki anggota keluarga
yang mengalami sakit berat atau kesulitan keuangan.. dan dia bicara tentang
lebih baik mati.. Coy, elu gila apa?
Kayak belum pernah mengalami kesulitan dalam hidup aja. Segitu murahnyakah kamu
menilai hidupmu sendiri? Tidak tahu bersyukurkah kamu untuk hal-hal yang kamu
miliki?
Emosi bisa melumpuhkan kita kalau kita biarkan. Dan emosi bisa mengendalikan kelakuan kita.
Emotion can paralyzed us if we
let it happen. Emotion can drive our behavior.
Diri kita sendiri yang bisa mencegah hal itu terjadi atau
untuk menghentikannya.
It is we who can prevent it from
happening or to stop it.
Asal kita meyakini bahwa kita bisa melakukannya.
Only if we believe we can do that.
No comments:
Post a Comment