“Ayo Kak, besok ikut aja deh. Nanti malamnya kita wisata
kuliner, terus nanti saya tunjukin ada kuburan yang bentuknya seperti selimut
dan si babe sudah ngijinin kakak ga masuk hari Sabtunya kok”.. hari Kamis (30/1) masih juga saya dibujuk-rayu untuk ikut..
“Come on, sis, come with us
tomorrow. We will go on culinary trip in the evening, I will show you a grave
that looks like blanket and our senior has allowed you to skip work on
Saturday”.. Thursday (Jan 31st) I was once again asked to join them
Tapi saya tetap berkeras-kepala menolak untuk ikut kegiatan
pemuda.
But I stubbornly kept refused to
join the youth outing trip.
Ada alasan-alasan yang membuat saya ogah ikut. Saya sudah
menuliskannya dalam postingan berjudul ‘The Youth and I’.
I had my reasons. I have written
about them in my post under the title ‘The Youth and I’.
Dan lagi pula, saya sudah punya rencana sendiri untuk hari
Jumat, 31 Januari itu.
And beside, I had my own plan for
that Friday, January 31st.
“Mau jalan?” tanya Andre. Dia ada di Bogor dari Kamis malam.
“Wanna go out?” Andre asked me.
He has arrived in Bogor since Thursday evening.
“Ga ah”
“Nope”
Hari Kamis itu saya pergi belanja sepulang kerja. Sampai rumah,
saya mengganti seprei ibu saya dan mencucinya bersama pakaian saya, handuk bokap
dan beberapa printilan kecil lain.
That Thursday I went grocery shopping after
work. At home I changed my mom’s bedsheet, washed it along with my
clothes, dad’s towel and other small stuff.
Berhubung besoknya tidak ada keharusan untuk bangun pagi
maka saya bisa berpuas-puas mengobrol dengan orang tua saya.
Since I didn’t have to get up
early in the morning, I spent hours talking with my parents.
“Gong Xi Fa Cai” jam 12 malam saya terima sms itu. Andre
“Selamat tahun baru Imlek, sayang”
“Gong Xi Fa Cai” a text from
Andre at 12 midnight “Happy Chinese new year, honey”
Saya tersenyum. Dia tidak pernah lupa memberi ucapan selamat
tahun baru Imlek sejak dia tahu saya masih berdarah cina dari pihak ayah
saya.
I smiled. He never forgets to
wish me happy chinese new year since he found out I have Chinese descent from
my father’s side of family.
“Menikahlah dengan saya” katanya minggu lalu “Dan kita akan
mempunyai keturunan yang unik, yang punya darah Amerika keturunan
Skotlandia-Jerman-Perancis dari saya dan darah Cina-Indonesia dari kamu”
“Marry me” he said last week “And
we will have unique offsprings who have my American blood of
Scottish-German-French descent and your Chinese-Indonesian descent”
Selama hampir 6 tahun kami bersama, itu bukan pertama
kalinya dia mengajak menikah dan bukan pertama kalinya juga ajakannya saya
tolak.
In our nearly 6 years of relationship,
that was not the first time he asked me to marry him and was not the first time
I said no either.
Saya merasa cukup bahagia dan puas dengan jenis hubungan
kami yang mengambang seperti ini. Yang kami miliki adalah hari-hari dimana kami
bersama. Besok? Siapa yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada hari
esok?
I feel happy and content enough
with our relationship. What we have is the days when we can be together.
Tomorrow? Who can tell?
“Kayaknya elu bakal nikah sama orang lain nantinya” kata seorang
teman beberapa waktu lalu.
“It seems you would marry someone
else at the end” said a friend not so long ago.
“Kita orang Tionghoa” kata seorang ibu tua pada saya
beberapa hari lalu “Jangan pernah lupa itu. Jangan dibuang. Kamu harus kembali
ke akar kamu”
“We are Chinese” said an old lady
to me few days ago “Never forget it. Don’t forsake it. You must return to your
root”
Saya memikirkan semuanya bersama dengan beberapa hal lainnya
pada malam itu.
I thought about it all along with
other stuff on that evening.
Tapi besoknya saya bangun dan merasa bahagia. Ada satu hari
libur.
But the next day I got up and
felt happy. One day off.
Saya minta ayah saya untuk memotong rambut saya.
I asked my father to give me a
haircut.
Dan sisa hari itu saya lewatkan bersama Andre.
And I spent the rest of the day
with Andre.
Apa yang akan terjadi besok.. saya teringat lagi pada
hal-hal yang saya pikirkan pada malam sebelumnya. Pada banyak pertanyaan tanpa jawaban.. ah, biarlah
itu urusan besok.. apa yang akan terjadi, terjadilah kalau memang sudah
ditetapkan harus demikian adanya..
No comments:
Post a Comment