“Besok” kata saya sambil tertawa tertawa melihat muka
frustrasi oma ini karena sudah menunggu selama hampir satu jam.
“Tahu begini tadi berangkat dari rumah ga usah pagi-pagi
banget” gerutu si oma itu.
“Ya, kita sudah tahu memang berangkatnya tidak pernah bisa
persis jam 9” saya memahami frustrasinya si oma “jadi besok-besok, sampe sini
jam 8.45 aja supaya nunggunya jangan kelamaan”.
“Iya Ke, tapi saya di didik datang minimal setengah jam
lebih awal”
“Itu prinsip kita berdua tapi orang di sini ga
kayak gitu” saya nyengir “berangkat di jadwal jam 9 tapi orang-orangnya baru
bermunculan jam 9. Jadi jangan harap jam 9 teng langsung bisa berangkat”
Di lain waktu, seorang teman di tempat kerja bercerita
tentang anaknya yang tidak bisa tepat waktu. Kalau ada acara jam 9, pasti
berangkat dari rumah jam 11. Lha, jam berapa sampai ke tempat tujuan? So
telatnya pasti lebih dari 2 jam kalau sudah begitu.
Sewaktu masih menjadi guru, perkara acara terlambat terjadi
saat pelaksanaan upacara bendera saat memperingati hari kemerdekaan dan saat
acara perlombaan. Telatnya bisa lebih dari setengah jam. Kebayang dong gimana
uring-uringnya kami karena harus berdiri (kadang di bawah teriknya matahari)
demikian lama tanpa penjelasan dari panitia. Segala gerutuan dan sumpah
serampah sudah sampai di ubun-ubun kalau sudah demikian.
Ya, betul sih tidak semua orang Indonesia seperti itu tapi
rata-rata demikian. Kalau tidak, pasti tidak akan ada istilah ‘jam karet’. Bisa mulur semulur-mulurnya dari waktu yang telah ditentukan.
Saya kira segala sesuatu terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan
tepat waktu bisa terbentuk dari didikan keluarga. Bisa juga dari lingkungan
sekolah atau pekerjaan. Tentara, misalnya, di didik dengan disiplin tinggi.
Termasuk disiplin dalam hal waktu.
Tapi entah kenapa pada orang-orang tertentu, naluri ‘jam
karet’nya melampaui kebiasaan tepat waktu yang diterapkan oleh keluarga,
sekolah atau tempat kerjanya.
Anak dari teman di tempat kerja saya itu misalnya, sekalipun
teman saya adalah orang yang selalu tepat waktu tapi anak-anaknya setelah
dewasa justru menjadi penganut ‘jam karet’. Heran juga saya jadinya karena saya
yakin pastilah sejak kecil mereka terbiasa mengikuti pola kebiasaan dan didikan
orang tua yang selalu tepat waktu tapi begitu mereka bertumbuh dewasa, mereka
mengembangkan kebiasaannya sendiri yang bertolak belakang dari yang mereka
dapatkan dari orang tuanya.
Kebiasaan buruk memang lebih mudah untuk dijalani, lebih
menyenangkan dan lebih seru dari pada kebiasaan baik. Tapi hasil akhirnya nanti
bagaimana dan seperti apa?
_________________________
“What time time are we going to leave?” an aquitance of
mine, an old lady, sighed.
“Tomorrow” I laughed at seeing her frustration after
spending nearly an hour of waiting.
“If I knew it would be this late I wouldn’t leave my house
so early” she grumbled.
“We all know it is never be 9 am sharp” I understood her
frustration “so next time better get here at 8.45 am or make it 9 am so you
don’t have to wait this long”
“But I was taught to come at least half hour early of my
appointment time”
“We both are taught that way but not the people in this
place” I grinned “it is scheduled at 9 am but the people get here at 9 am and
don’t expect it to you are all be able to leave right away”
Another time, another acquaintance of mine told me about her
daughter who can’t be on time. So if she has a 9 am appointment, it is always
take her 2 hours to get ready so she is leaving at 11 am.
Back then when I worked as a teacher, this disability to be
punctual went to major events such as the commemoration of independence day
event or the children competition events. It would really drive us crazy to
have to wait for more than half hour, most of the time we had to stand under
the hot sun. You could hear not only sigh but also grumble and even quiet
swearing.
Not all Indonesian are unable to be punctual but most are.
We even came up with the call of ‘rubber watch’. It could be stretch far from
the appointed time.
I think everything habitual. Parents, schools, work places
and military teach us about discipline. That includes time discipline.
But some people seem more incline to the ‘elastic watch’
habit that making them always come late to school, to work or to any kind of
appointment.
The daughter of my acquaitance for example, her mother is well
known for her punctuality and so she has taught her kids to be punctual but
somehow after they get older, they develop their own habit which is very much
opposite with the one taught by their mother.
No comments:
Post a Comment