Dite, kakaknya, berhenti mengerjakan soal-soal yang saya berikan, menertawakan adiknya tapi juga bingung. ‘We-ha-i-te-e’, apaan tuh?, tanyanya.
“Adikmu lagi menghapal
warna-warna dalam bahasa Inggris” saya menerangkan.
“Terus, ‘We-ha-i-te-e’ itu apa?” Dite penasaran.
“Warna apa hayoo?” saya
sengaja membuat dia berpikir.
“Oooh” sesaat kemudian Dite
tersenyum setelah dia berhasil menebak rangkaian huruf-huruf yang
disenandungkan adiknya tadi adalah sebuah kata untuk satu warna dalam bahasa
Inggris.
I'm holding Joan |
“Iya dong, pasti bisa” Dio
menengadahkan mukanya untuk memandang saya.
“Pasti!” saya memeluknya. Anak lelaki kecil berusia 7 tahun itu pun merangkul lengan saya.
Dua kali seminggu mereka
datang untuk les bahasa Inggris. Sudah setahun ini saya melihat bagaimana
perbendaharaan kosa kata, pengertian dan tata bahasa mereka semakin lama
semakin bertambah dan semakin baik. 80 adalah nilai terendah mereka dalam
bahasa Inggris. Dio yang tidak diunggulkan di antara mereka pun sudah dua kali
mendapat nilai 100.
“Kalian tahu ga, bu Keke
belajar bahasa Inggris pertama kali waktu di kelas 1 SMP. Umur bu Keke waktu
itu 13 tahun” beberapa kali saya berkata demikian untuk memberi semangat kepada
mereka “sekarang Dio yang kelas 1 SD sudah belajar pelajaran yang bu Keke
dapetin waktu umur 13 tahun. Jadi kalian lebih beruntung dan lebih pintar dari
bu Keke”
“Jadi kalau bu Keke bisa,
Dio juga pasti bisa ya, bu?” Dio dengan lugunya bertanya.
“Yap” jawab saya.
Dan Dio yang oleh ibunya
dikatakan angin-anginan dalam hal belajar menunjukkan semangat serta ketekunan
dalam belajar bahasa Inggris. Nilai-nilainya membuat kami semua gembira
tentunya.
Tapi saya memang betul-betul
mengagumi anak-anak jaman sekarang yang telah mengetahui pelajaran bahasa asing
dari usia sangat muda. Bahkan ada yang sudah dapat berkomunikasi dengan lancar
menggunakan bahasa itu karena sekolahnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar.
Sementara saya sendiri baru
mendapatkan kemampuan dan keahlian demikian setelah setidaknya mempelajari
bahasa Inggris selama lebih dari 10 tahun. Penguasaan akan bahasa yang satu ini
tidak datang walau nilai pelajaran bahasa Inggris saya selalu yang paling
tinggi dari mata pelajaran lainnya dan tidak juga melalui korespondensi saya
dengan teman-teman di luar negeri.
Pekerjaan saya di perusahaan
asing, banyak bertemu dengan orang-orang asing dan kemudian memiliki hubungan
pribadi dengan beberapa dari mereka memberi kesempatan bagi saya untuk lebih
memperbaiki dan menyempurnakan bahasa Inggris.
Hanya saja saat ini kontak
saya menjadi lebih terbatas dengan orang asing, apalagi kalau Andre sedang
tidak berlibur di sini, wah, saya kehilangan native speaker untuk menjadi lawan
bicara.
Jalan keluarnya ya saya
sengaja membuat blog dalam dua bahasa atau menulis status di facebook dalam
bahasa Inggris untuk melatih diri sendiri. Kalau tidak begitu, setiap kali
hendak menulis atau bicara dalam bahasa itu, saya harus berpikir agak lama
untuk menyusun suatu kalimat atau menemukan satu kata.
Anda orang asing yang ingin
berkunjung ke Indonesia? Jangan khawatir soal bahasa. Rata-rata orang Indonesia
bisa berbahasa Inggris walau tentunya kefasihan itu tidak sama tapi setidaknya
lumayanlah untuk bisa mengobrol atau sekedar berkomunikasi.
Tapi jangan di kira karena
mentang-mentang saya mengajar les bahasa Inggris dan menjalin hubungan dengan
orang asing lalu otomatis saya fasih sekali bicara dalam bahasa itu. Tidaklah..
hehe… mungkin jauh lebih baik dari kemampuan rata-rata tapi tidak sefasih
native speakernya. Mungkin kalau saya tinggal selama bertahun-tahun di luar
negeri, saya bisa fasih. Eh, tapi saya punya teman yang sudah lebih dari 10
tahun tinggal di Amerika dan bahkan sudah menikah dengan orang sana tapi bahasa
Inggrisnya kayaknya kok masih ga beda-beda banget sama waktu dia masih tinggal
di Indonesia. Hehe… jadi ga jamin tinggal di luar negeri trus kemampuan
berbahasa Inggris otomatis jadi lebih ok.
Anyway, saya juga tidak
rajin mengumbar bicara dalam bahasa Inggris. Hanya sekali-sekali saja dan itu
juga saya pilih lawan bicara yang mengerti bahasa itu dengan cukup baik.
Dan… psst, gini-gini otak
saya bisa blank juga kalau kondisi fisik lagi kurang sehat, capek atau setiap
kali saya lagi marah.
“I don’t feel like talking
in English now” lagi ga mood buat ngomong
pake bahasa Inggris, kata saya pada Andre kalau sudah demikian. Biasanya
dia mengerti dan tidak banyak tanya. Tapi kadang dia protes.
“Then how do we communicate
if you don’t feel like talking in English?” gimana
kita berkomunikasi kalau kamu lagi ga mood buat ngomong pake bahasa Ingggris?
Hehe.
Tapi lebih parah kalau saya
lagi marah. Entah marah ke dia atau karena sebab lain. Yang pasti otak saya
buntu kalau sudah seperti itu. Nah, bikin pusing aja kan kalau dia nanya kenapa
atau minta penjelasan. Yang muncul di otak saya malah berbagai kata makian
macam f**ck, SOB, b**ch, d*mn.
Gawat kan…
Paling kalau sudah begitu
saya cuma ngomong “for crying out loud, leave me alone, honey. Don’t ask, don’t
talk to me” biarin gue sendiri dulu.
Jangan nanya, jangan ajak gue ngomong.
Yah, untungnya sudah ada
saling pengertian sehingga tidak terjadi perang dunia.. hehe..
___________________________
‘W-h-i-t-e’, Dio
leaned himself on me as he hummed those words.
His brother, Dite, looked up to him with puzzleness on his
face as he laughed ‘W-h-i-t-e’,
what’s that?” he asked.
I laughed. First at seeing Dio and then on his brother’s
question.
“Your brother is memorizing colors in English” I answered
his question.
“Well, what color is that?” I left him to figure it out.
“Ah” the smile on his face showed that he found the word.
“You can do it” Joan, the eldest of these threesome
encouraged her youngest brother.
“You bet I can” Dio looked up to me.
“Yes, you can” I hugged this 7 year old boy. He hold my arm.
They come to my house twice a week for their English
tutoring. It has been a year now and I see how they make impressive improvement
and progress on their English vocabulary and grammar. So far 80 is their lowest
English test. Even the under dog Dio has been getting 100 for his English
tests.
“Do you know that when I was in school, English was taught
in junior highschool. So the things that Dio learns in his English class was
taught to me when I was 13 years old. You guys are luckier and smarter than me”
sometimes I told them this to encourage them.
“So if you could excel in English, so can I, right?” Dio
asked.
“You bet!”
And Dio who, according to his mother, shows little interest
in studying has seriously and enthusiastically learned English. His progress
and improving grades make us all happy and surprised.
I actually admire kids for their ability to know foreign
language(s) in such young age. Some even become fluent because they study in
school that put English as its main language.
Me? I have achieved that level of skill after I learned
English for more than 10 years. I got it not only from school nor through my
foreign pen-friends.
My work in foreign companies allowing me to meet and work
with foreigners on daily basis. And I had personal relationship with some of
them. It is all giving me the chance to work on my English.
I don’t have regular contact with them at the moment, especially
when Andre is not visiting. I don’t have my native speaker to practice my
English.
I am doing self practice by writing bilingual blog or write
English status on facebook. Otherwise my English would go rusty and it would
make me think when I had to speak on that language or when trying to find an
English word.
Are you a foreigner planning to go to Indonesia? Language
should be something that worries you because most of Indonesian know English
though their level of fluency may vary but at least you can communicate with
them in that language.
However, don’t think that I speak English fluently all because I tutor English and having a relationship with a native speaker. Maybe it is above the average level but not fluent. If I have live abroad I probably can speak it fluently.
I don’t speak English all the time or with anybody. I speak
it only to the people I know understand English quite well.
Psst, my mind usually go completely blank when I feel tired,
unwell or when I am upset.
“I don’t feel like talking in English now” I would let Andre
knows that my mood was not good and it makes my brain unable to work perfectly
when it comes to speaking in English. He understands and asks no question. But
sometimes he protested.
“Then how do we communicate if you don’t feel like talking
in English?”
Haha.
Worst is when I am angry. My brain completely having
malfunction at times like that. the only words fill in my mind are the swearing
ones such as f**ck, SOB, b**ch, d*mn.
Now that is bad.
And all I could say to him is “for crying out loud, leave me
alone, honey. Don’t ask, don’t talk to me”.. well, I'm glad we both have some sort of understanding so there has been no fights sofar..
No comments:
Post a Comment