Mana yang lebih saya sukai; cowok lokal atau orang luar?
Yang saya sukai dari orang asing adalah mereka lebih
mandiri. Maksudnya begini, karena budaya
barat tidak terlalu mengagungkan laki-laki maka laki-laki tidak menerima
perlakuan istimewa sejak mulai dari bayi.
Jadi, cowok non Indonesia yang pernah saya pacari atau yang
sedang saya pacari saat ini punya sikap sama; Tidak minta dilayani oleh
perempuan.
Si bule, misalnya, kalau dia pengen minum kopi (contoh
sederhana), ya dia pergi sendiri ke dapur, bikin sendiri tu kopi. Tidak pernah
dia ngomong ke saya, ‘eh, say, kayaknya ngopi enak ya’ (Trik basi cowo
Indonesia. Pengen sesuatu tapi minta orang lain yang bikinin/beli). Abis ngopi,
dia bawa gelas kopinya ke dapur dan cuci sendiri.
Dia juga tidak kagok pergi ke pasar, belanja, masak, sampai
ke cuci dan setrika baju, nyapu, ngepel. Kenapa bisa begitu? Bukan karena dia
tinggal sendiri tanpa pembantu. Tapi karena dari kecil, orang-orang barat sudah
dibiasakan dan dididik untuk mandiri, semua harus bisa dikerjain sendiri.
Beda dengan orang Asia. Dari kecil, seorang anak melihat
bagaimana ibunya melayani ayah. Mulai
dari ngambilin nasi dan lauk saat si ayah mau makan (seakan si ayah tidak punya
tangan dan kaki saja) sampai menyediakan handuk dan pakaian ganti saat si ayah
mau mandi.
Saya dibesarkan dalam keluarga yang memakai setengah gaya
bule. Ayah saya tipe orang yang melakukan segalanya sendiri tanpa meminta
dilayani. Bahkan dia yang mengurusi istri dan anak-anaknya.
Jadi dalam otak saya, pengertian tentang seorang istri
adalah menjadi seorang pendamping. Bukan (menjadikan dirinya / dijadikan
sebagai) pembantu dari suaminya.
Orang tua saya memang menjalani masa dua puluh tahun pertama
dari empat puluh dua tahun usia pernikahan mereka dengan penuh pertengkaran
tapi mereka selalu saling mendampingi. Disaat yang satu lemah, yang lain maju
untuk menggantikan. Mereka menjadi rekan dalam menjalani kehidupan.
Saya memang lebih cocok berpasangan dengan orang barat atau
orang Asia yang dibesarkan dengan gaya barat atau lama hidup di negeri barat
sehingga tidak lagi memiliki 100% kepribadian orang Asia.
Kalau dengan cowok Indonesia yang dibesarkan dengan gaya
‘ayah dilayani sampai ke urusan disendokin nasi dan lauk oleh si ibu’, waduh,
terus terang aja, saya rada ngeri karena rata-rata mereka mempunyai gambaran
bahwa perempuan yang dipacari atau dinikahinya harus berlaku seperti itu pula
kepada mereka.
Saya ngeri karena merasa tidak sanggup, tidak punya
kepribadian dan tidak punya cukup kesabaran untuk berlaku seperti itu. Jadi
lebih baik dari awal saya sudah mengibarkan bendera putih deh. Nyerah duluan.
So kalau ketemu sama cowok kayak gini, mau kayak apa baiknya dia, saya milih
mundur ah… hehehe…
Ya tapi bukan berarti orang barat lebih baik dari orang
Asia. Dari semua orang barat yang pernah saya kenal, ada juga yang brengsek.
Jadi berteman atau berpacaran dengan mereka pun tetap perlu lihat-lihat juga
mana yang cocok, yang baik, yang tulus dan yang tidak.
Dari sekian banyak orang asing yang pernah dekat dengan
saya, baru si bule ini, yang bisa
mengimbangi saya. Karena sekali pun saya seorang yang kokoh dan mandiri,
tapi saya mencari orang yang sama kokoh
dan mandirinya supaya tidak ngerepotin saya
dengan tuntutan harus melayani dia (hehe) dan bisa menopang saya di saat
saya lemah.
Yang melegakan juga adalah tidak seperti orang Asia yang
sangat ‘married minded’, orang barat tidak membebani dirinya dengan target
nikah. Mereka tidak merasa diuber-uber umur, tidak dibayangi oleh kewajiban
untuk menikah supaya orang tua bisa bahagia dan lega, tidak merasa khawatir
siapa nanti yang akan merawat dirinya bila sudah tua tapi belum menikah dan
tidak punya anak.
Saya adalah orang Asia yang memiliki pemikiran dan prinsip
seperti itu. Dan saya dianggap aneh oleh sesama bangsa saya sendiri, tapi tidak
oleh orang barat.
Saya pikir saya tidak akan bahagia bila saya berhubungan
dengan seorang lelaki yang memiliki target menikah. Karena hal itu membuat
hubungan tidak santai, tidak enjoy, tidak bisa berhubungan untuk waktu yang
lama.
Anyway, hal lain yang saya sukai dari orang asing adalah
mereka lebih mesra kepada pasangannya. Mereka tidak ragu dan malu untuk
menunjukkan afeksi seperti bergandengan tangan, berpelukan sampai berciuman
didepan publik. Orang tua saya seperti itu. Jadi saya pun terbiasa menunjukkan
rasa sayang saya dengan cara demikian dan itu tidak terbatas pada pacar, pada
teman pun demikian walaupun harus saya pilah pilih juga karena takut ada yang
merasa tidak nyaman atau malah jadi salah ngerti.
Jadi agak aneh bagi saya bila melihat sepasang kekasih ragu
atau takut untuk menunjukkan afeksi secara terbuka di depan publik.
Seorang teman saya malah bersikap agak keterlaluan (menurut
penilaian saya) karena kalau jalan dengan pacarnya, dia bisa nyelonong aja
sendiri di depan, ceweknya ketinggalan berapa langkah dibelakangnya.
Sampai-sampai saya pernah meledeknya,
‘eh, gimana tuh kalau cewek kamu tiba-tiba pingsan, kecebur di comberan
atau disrempet becak?. Kamu jalan aja terus ga tahu apa yang terjadi sama dia..
wah, kalau gue punya cowok kayak elu, sudah lama gue tonjok lu’… hehe.
Setiap kali jalan sama saya, si bule pasti menggandeng
tangan saya. Bahkan biarpun kami harus lewat jalan yang tidak memungkinkan
untuk kami berjalan bersisian sehingga dia jalan duluan, tetap saja tangannya
tidak lepas menggandeng saya.
Ini bukan soal mesra-mesraan orang yang masih pacaran. Ini
gambaran bahwa dia menjaga saya. Dia lelaki dan saat dia jalan dengan
perempuan, apalagi perempuan itu adalah pacarnya, maka dia bertanggung jawab
atas diri perempuan itu. Dan saya bisa merasakan itu lewat genggaman tangannya.
Ya, tentu saja pertanggungjawaban seorang laki-laki kepada
pasangannya tidak bisa dinilai sebatas pada perkara dia menggandeng tangan
pasangannya itu atau tidak saat jalan bareng.
Tapi bagi saya, gandengan tangan itu besar artinya karena
memberi rasa nyaman, diperhatikan dan terlindungi.
Sebagai seseorang yang sebagian besar waktunya harus
dijalani dengan berperan sebagai sosok yang mandiri, tegar dan kokoh, maka
berjalan dengan seseorang yang menggandeng tangan saya memberi rasa bahwa saya
bisa menyerahkan diri kepada orang lain untuk dibimbing, dituntun, dilindungi.
Seakan saya bisa menyerahkan diri saya untuk dikendalikan dan dipimpin oleh
orang itu.
Lagi pula, saya senang merasakan kekuatan dan kemaskulinan
seorang lelaki ketika dia menggandeng tangan saya.
Jadi hal-hal diatas adalah alasan mengapa saya merasa lebih
nyaman dan cocok berhubungan dengan orang asing dari pada dengan orang Asia.
Bukan karena mengejar dollar, bukan karena ingin menjadi warga negara asing,
bukan karena ingin dibawa ke negeri barat, bukan karena maniak bule.
____________________________________
Do I prefer Indonesian or foreign
men?
What I like from western men
is their culture does not see male as superior species over female. Therefore, they don’t get special
treatment from the day they were born.
All the western men I have dated
or am seeing now have not asked me to serve them.
My dear friend for example, if he
wants to drink coffee, he goes to the kitchen and makes himself a cup of
coffee. He never would say to me ‘hon, a cup of coffee seems nice’ (old
Indonesian men’s trick when they want something but ask their wife/girlfriend
to make or get it for them). After finishing his coffee, he brings his cup back
to the kitchen and washes it.
Same thing when he does house
chores all by himself, washes the dishes, doing laundry, ironing, vacuuming or
mop the floor, goes shopping and cooking. He does it all himself and it is not because he does not have a
maid or because he lives all by himself. It is because the western people are trained to do things by themselves.
It is different with Asian
people. Children grow up seeing how their mothers serve their father. How wives
put the meals on their husbands plates (as if the husbands don’t have their own
hands and legs to do it themselves) and they put clean clothes and towel in the
bathroom when the husbands are going to take a bath.
I happen to grow up in a family
who apply half of the western culture. My father is someone who does it all.
Not asking to be served by his wife. It is even he who serves his family.
So in my mind, the definition of
a wife is someone who stands by her husband. Not somebody (who is made by
herself or by her husband to) acts like a maid to her husband.
It is true that my parents spent
the first twenty years of their forty two years of marriage rowing at each
other but they stand side by side. When one was weak, the other stepped forward
to become the solid rock. They are partners in life.
I find myself go along better
with western men or Asian men who are raised abroad or raised by western values
that makes them don’t have 100% Asian personalities.
I honestly get cold sweat over
men who grew up seeing their mothers served their father in a way that I describe
above. I think since they grew up seeing that kind of scenes everyday, they
unconsciously or consciously want their wives / girlfriends treat them exactly
like their mothers did to their fathers.
I don’t think I can play that
kind of role, don’t have that kind of personality and definitely don’t have
enough patience. I’d rather give up and leave the guy.
It doesn’t mean that every
western men are better than Asian men. I know few of them are jerks. So
precaution is definitely needed when you want to make friends or dating them.
Of all the foreign men I dated,
my dear friend is the one who can balance me up. I know I’m tough and
independent so I look for an equal partner, therefore I don’t have to be
troubled by any obligation to serve him and he can stand like a rock by myside
when I am weak.
Another relieving thing about
western men is unlike the Asians who mostly have ‘married’ minded, they don’t
burden themselves with the thoughts that they should get married before they
turn 30 or 40, nor they think they should marry to please their parents or
worry about get older and not having spouse or children to take care of them.
I am an Asian who have those
thoughts and I am seen weird by my own fellow countrymen, though not by the
westerner.
I think I won’t be happy to have
a relationship with a man who’s into marriage thing because for me it won’t be
enjoyable and fun anymore.
Anyway, another thing I like from
the westerner is they are more affectionate to their partners. They are
hesitate to hold hands, hug or kiss their partners in public. My parents are
like that. So I am accustomed to do the same not only to my partner but also to
my friends though I must be selective to avoid uncomfortableness or
misunderstanding.
Obviously I find it odd and unthinkable
when I see partners don’t feel comfortable to show their affection in public.
A friend of mine is even doing
what I consider as totally absurd behavior because he is always few steps a
head of his girlfriend that I once mocked it by saying ‘how if your girlfriend
faints, fell off to a water duct or get hit by a tricycle? You wouldn’t know
about it and went on walking .. you know, if my boyfriend behaves like that,
I’d give him a big punch on the head’. Lol.
Everytime we take a walk, my dear
friend holds my hand. Even when we can’t walk side by side and he has to walk
infront of me, his hand keeps holding mine.
This is not about courtship
affection. It’s about him guarding me. He is a man and when he is with his
girlfriend, he has the responsibility to guard the girl, especially if she is
his girlfriend. And I can sense it through his firm grasp on my hand.
Surely a man’s responsibility
can’t be measured only through that. But to me, holding hands give me the
feeling of being cared and security.
As someone who spends most of her
time being tough and independent, walking with someone who holds my hand gives
me the feeling that I can entrust myself in his care, guidance, lead, control
and protection.
Besides, I love to feel a man’s
strength and masculinity when he holds my hand as we take a walk.
No comments:
Post a Comment