“Saya paling sebal kalau ketemu orang
yang permintaan pertemanannya baru saya terima dan dia langsung nanya-nanya
punya anak berapa, tinggalnya dimana, kerjanya dimana..”
“I just dislike it when somebody whom I
just accepted his/her friend request and that person asked me questions such as
how many kids do I have, where do I live, where do I work..”
Itu status seorang teman facebook saya.
That was my facebook friend’s status.
Saya kira masalahnya terletak pada pola pikir mayoritas
orang Indonesia tentang keramahan. Bagaimana pun juga Indonesia di kenal dengan
keramahan orang-orangnya.
I think the problem lies on most
Indonesian’s mindset about hospitality. After all, Indonesia is well known for
the people’s friendlieness.
Tambahan lagi
orang Indonesia itu rasa kekeluargaannya sangat kuat jadi ya dikombinasikan
dengan keramahan tadi membuat kalimat pembuka percakapan modelnya seperti ini “Anaknya sudah berapa? Sudah menikah?
Tinggal dimana?”
Furthermore, Indonesian have
strong family bond so combine it with their hospitality make most conversation
opening line would be like this “How many children do you have? Are you
married? Where do you live?”
Jarang ada yang berpikir bahwa orang yang ditanya belum
tentu senang ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan demikian.
They rarely thinks such questions would make somebody feels annoyed.
Ini contoh dari pengalaman saya; ada seorang teman facebook
yang setiap kali saya nge-like atau mengomentari statusnya, dia akan merespon
dengan mengirimkan pesan ucapan terima kasih disertai dengan pertanyaan “Apa kabar? Kapan menikah?”
Here’s taken from my own experience;
I have a facebook friend who, after I liked or commented his status, he
responded by sent me a message to thank me but also added with these questions “How are you? When will you get married?”
Pertanyaan apa kabarnya sih masih masuk akal tapi pertanyaan yang selalu diulang ‘kapan nikah’ bikin saya lama-lama jadi heran
dan kesal. Ngapain sih lu nanya-nanya?
Urusan amat, emang apa hubungannya gue sudah nikah atau kagak sama elu?..
The how are you question is
acceptable but the same question of ‘when will you get married’ finally made me
wonder and also annoyed. Why keep asking
me that question? Fuck off, it has nothing to do with you whether I am married
or not.
Sekali saya pernah blak-blakan bilang ke dia kenapa selalu
nanya begitu dan bahwa itu tidak ada urusannya dengan dia. Sesudahnya dia
memang tidak lagi bertanya tapi kemudian terulang lagi. Jadi deh sejak itu saya
tidak pernah lagi nge-like atau mengomentari status-statusnya.
I once told him bluntly why he kept
asking that question and how it has nothing to do with him. He did stop asking
after that but then it happened again. So, eversince then I stopped liking or
commenting his statuses.
Sudah sukur saya tidak bertindak drastis dengan menendangnya
keluar dari daftar teman saya dan memblokirnya tapi ya patut disayangkan bahwa
gara-gara dia tidak bisa membedakan mana pertanyaan yang netral dan mana yang
melanggar batas privasi orang lain, akhirnya dia saya masukkan dalam kategori
teman yang saya cuekin.
It’s a good thing that I didn’t take
drastic action by kicking him out of my friendlist but it’s such a shame that
just because he can’t make a difference which question is neutral with ones
that violating people’s privacy have made him ended up in my list of friend
whom I ignore.
So, beberapa waktu lalu saya mengetahui bahwa ada orang yang di
belakang punggung saya menyebarkan berita tentang hubungan saya dengan pacar
saya.
Some time ago I found out that a guy
has spread the news about my relationship with my boyfriend and he did this
behind my back.
Hal ini betul-betul bikin saya jengkel dan tersinggung.
It really upset and offend me.
Yang bikin saya kesal dan tersinggung adalah karena dia
mengambil kesimpulan tanpa mengkonfirmasi secara pribadi kepada saya atau
kepada pacar saya. Dan dengan seenaknya dia menyebarkan berita itu kemana-mana.
The thing that upset and offend me is
because he made a conclusion and spread this conclusion around without
privately confirmed it to me or to my boyfriend.
Perlu diketahui dan tolong diingat bahwa tidak semua orang
senang kalau hubungannya dijadikan headline kemana-mana. Ada orang-orang
tertentu yang memilih untuk diam dan bertindak hati-hati ketika mereka baru memulai
suatu hubungan.
Let it be known and please put into your consideration that not all people are please when their relationship is made as
headline. Some people choose to be discreet when they just start a relationship.
Ada beberapa alasan kenapa saya memilih untuk tidak
mempublikasikan hubungan saya dan pacar saya.
There are some reasons why I choose
not to go public about my relationship with my boyfriend.
Pertama adalah karena orang tua saya tidak memberi dukungan
ketika saya memberitahu mereka tentang pacar saya sehingga saya memutuskan
untuk menyembunyikan hubungan kami.
First is because my parents are not
supportive when I told them about my boyfriend so I decided to be completely
quiet about our relationship.
Kedua adalah karena proses saya putus dengan mantan pacar
saya terhitung sulit. Dia menolak untuk menerima dan mengakui bahwa saya sudah
minta putus dari dia.
Second is because it took quite a
painful process to breakup with my former boyfriend. He refuses to accept and
admit that I have asked for a breakup.
Selain itu saya tahu mantan pacar
saya cemburuan dan posesif, sementara pacar saya orangnya tegas, keras dan bisa
jadi emosional. Gawat kan kalau dua lelaki ini bertemu dan ribut gara-gara
memperebutkan atau mempertahankan saya.
Besides, I know that my former boyfriend is somebody who gets jealous easily and a
possessive too while my boyfriend is firm, tough and can get emotional. It is
not good if these two men met and got into a quarrel about keeping me as a
girlfriend.
Saya berharap waktu akan mendinginkan dan mendamaikan hati
mantan pacar saya sehingga ketika pada akhirnya dia mengetahui tentang
identitas pacar saya, dia sudah bisa menerimanya.
I was hoping time would cool and calm
my former boyfriend’s heart so when he finally knows my boyfriend’s identity,
he can accept it.
Ketiga adalah karena saya juga perlu waktu untuk menyelidiki
isi hati saya. Sungguh-sungguhkah saya kali ini dalam menjalani suatu hubungan?
Maukah saya menjalani komitmen? Seberapa besar dan dalam cinta saya untuk pacar
saya? Sanggupkah saya menjadi pendampingnya seumur hidup? Maukah saya
menanggung segala resiko dan konsekuensi dari pilihan saya? Bagaimana saya bisa
menjadi pasangan yang dapat mengisi dan melengkapi untuk diri pacar saya dan
menjadikan dia sebagai seorang yang dapat mengisi serta melengkapi diri saya
sementara belum lama ini hati saya sempat ciut ketika melihat kepribadian kami
demikian bertolakbelakang.
Third is because I also needed the
time to search my own heart. Am I really serious about this relationship? Will
I make the commitment? How big and deep is my love for my boyfriend? Will I
able to be his lifetime partner? Am I willing to take all the risk and
consequences of my choice? How can I be his completing partner and make him
completes me while not too long ago I freaked out when I saw how contrast our
personalities are.
Jadi ketika anda mengetahui atau mengendus adanya hubungan
istimewa di antara orang yang anda kenal tapi mereka tidak bicara apa pun
tentang hal itu, hormatilah diamnya mereka itu dan hargailah hal itu sebagai
bagian dari privasi mereka.
Kalau mereka adalah orang-orang yang dekat dengan anda
dan anda sangat gembira serta bersemangat karenanya, bicaralah secara pribadi
pada mereka untuk meminta konfirmasi, untuk menyatakan kegembiraan serta
dukungan anda dan juga coba cari kepastian apakah hubungan mereka boleh
dipublikasikan atau mereka memilih untuk merahasiakannya.
Tidak selalu saya tersinggung atau kesal ketika orang
melanggar privasi saya, apalagi kalau saya tahu hal itu dilakukannya tanpa
sengaja, tanpa berniat untuk membuat saya jadi susah atau ketika dia menyadari
perbuatannya telah menyakiti hati saya dan dia segera minta maaf.
It is not always offend or upset me
when somebody violates my privacy, especially when I knew it was done
unintentionally, not meant to bring any trouble for me or when the person apologized
right away after he/she realized I was hurt.
Tapi karena tidak ada permintaan maaf dari orang itu, saya
pun mengeraskan hati dan mengambil tindakan-tindakan yang tidak pernah saya sesali.
But since I never get any apologize
from that guy, I have no remorse that I have done some things to make things even.
Nah, supaya jangan sampai hubungan kerja atau kekawanan
dengan orang lain jadi tegang atau malah jadi rusak gara-gara melanggar
privasi, ada hal-hal yang perlu diingat;
So to prevent work relationship or
friendship become tense or ruined only because of violating one’s privacy, pay
attention to these stuff;
ð Ketok pintu sebelum masuk ke kamar seseorang dan tanya
apa boleh masuk.
ð Knock the door before you enter somebody’s room or ask
if it is okay for you to enter it.
ð Jangan sembarangan
memindahkan, mengambil atau bahkan menyentuh barang yang ada di rumah atau
kamar seseorang.
ð Don’t just move, take or
even touch something in somebody’s house or room.
ð 'Kapan
menikah’ dan ‘Kapan punya anak’ masuk dalam teritori privasi yang peka.
ð 'When are you going to get married’ and
‘When are you going to have children’ are in sensitive area of privacy.
ð Agama,
orientasi seksual, kondisi fisik, penyakit juga harus dihormati sebagai bagian
dari privasi seseorang.
ð Keligion,
sexual orientation, physical condition, illnesses have also be respected as
parts of somebody’s privacy.
ð Masa lalu atau problem seseorang.
ð Somebody’s past or problem.
ð Hubungan pribadi seseorang.
ð Somebody’s personal relationship.
ð Keluarga, perceraian, kehilangan anak
atau tanggal/tahun lahir seseorang.
ð Somebody’s family, divorce, lost of a
child or birthdate.
Jangan sembarangan bertanya, berkomentar atau menasihati
orang untuk hal-hal yang saya tuliskan di atas itu. Apalagi kalau kita tidak
dekat dengan orang itu. Niat kita mungkin baik tapi orang lain bisa menganggap kita
lancang mencampuri urusan orang.
Don’t ask questions, commenting or
advising somebody on the above stuff. Especially if we are not close with that
person. Perhaps well meant but it could be perceived as not knowing to mind
one’s own business.
Setiap orang punya pengertian dan batasan yang berbeda
mengenai privasi. Jadi lebih baik berhati-hati.