Saya tidak ada
masalah dengan rokok. Yah, asalkan rokok itu tidak dinyalakan tentunya. Hehe.
Sama seperti
banyak perokok yang mencoba merokok pada usia remaja, saya pun pernah
bereksperimen dengan benda itu. Tapi entah apakah karena saya memang tidak
terlahir untuk menjadi perokok atau karena amandel saya dulu rajin bengkak,
pastinya saya kemudian merasa tidak tahan merokok. Sungguh saya sangat
bersyukur karenanya.
Di kemudian hari
saya malah menjadi anti rokok. Saya tidak mau dekat-dekat dengan perokok dan
beruntung selama 20 tahun terakhir ini bekerja ditempat-tempat yang bebas asap
rokok.
Dalam pergaulan
memang mau tidak mau saya bertemu dengan perokok. Tapi umumnya mereka cukup
sadar diri untuk tidak merokok dekat-dekat dengan orang yang anti rokok seperti
saya.
Yang repot
adalah kalau saya pergi clubbing dengan teman-teman ke café, bar atau diskotik.
Manalah bisa saya ngomel karena ditempat-tempat seperti itu sebagian besar
pengunjungnya merokok. Akibatnya begitu keluar dari sana mata saya merah dan
seluruh badan serta pakaian saya berbau rokok karena selama berjam-jam
‘berendam’ dalam ruangan yang penuh dengan asap rokok. Pusing dan mualnya
rasanya melebihi dampak minuman alkohol yang saya minum selama berada di sana.
Tapi bukanlah
karena kesengajaan maka mantan-mantan pacar saya adalah orang-orang
non-perokok. Entah bagaimana, cowok yang tertarik pada saya adalah tipe anak
manis dan alim. Bahkan ketika saya mulai berpacaran dengan orang asing, mereka
pun umumnya tipe cowok yang tidak merokok, walau gaya hidupnya tentu tidak
se-alim para mantan saya yang orang Indonesia.
Dunia baru
terasa terbolak balik ketika saya bertemu dengan si bule ini. Ketika pertama
kali berkenalan lima tahun lalu, dia tidak memberi kesan positif pada saya
walaupun saya berupaya untuk tidak terburu-buru menjatuhkan vonis negatif tapi
tetap saja penampilannya tidak membuat saya bersimpati.
Soalnya dia
tidak mengesankan seorang akuntan yang cukup berhasil dinegerinya. Ok deh dia
memang sedang dalam suasana dan mood liburan tapi bo, rambutnya acak-acakan,
brewokan, kelihatannya sudah tua banget (padahal dia hanya 4 tahun lebih tua
dari saya) sudah gitu juga ber-tato dan berpakaian dengan gaya sejadinya saja
dan parahnya lagi.. aduh, dia juga ngerokok!.
Tidak heran
kalau pada waktu itu saya ogah dekat-dekat dengan dia. Sikapnya kepada saya
juga sama cueknya. Jadi siapa kira kalau saat itu dia sebetulnya naksir saya.
Tapi untung juga saya tidak tahu. Kalau tidak, mungkin saya bisa pingsan
jadinya. Hehe.
Saya bukan orang
yang mudah jatuh cinta. Jadi kalau sampai saya akhirnya menjalin hubungan
dengan seorang lelaki maka bisa dipastikan itu bukan untuk main-main walau
tentunya seperti yang sudah saya tuliskan dibeberapa postingan sebelumnya, saya
jiper kalau suatu hubungan sudah berorientasi kepada pernikahan.
Nah, kebiasaan
merokoknya itu bikin saya puyeng. Bisa saja dia berkumur dengan obat kumur atau
mengulum permen mint tapi dia tetap berbau rokok. Bajunya, rambutnya, mukanya,
badannya. Aih…, saya beberapa kali sampai menolak untuk dicium atau dipeluk
begitu saya mengendus bau tembakau busuk itu.
Paling jengkel
rasanya kalau saya bertandang ke kamar hotelnya atau rumah sewaannya dan begitu
masuk… srenggg!!. Aroma tembakau busuk menyambut saya. Blah!
Belum lagi
puyengnya saya memikirkan dampak tembakau itu pada dirinya. Sejauh ini memang
tidak ada keluhan. Tapi bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
Yah, setahun
terakhir ini dia memang berusaha untuk berhenti. Cuma ya.., kalau ada dengan
saya, dia bisa berhenti merokok. Tapi begitu balik lagi ke negerinya, kebiasaan
itu muncul lagi.
“I work at home
and you know I live all alone in my apartment” dia setengah mengeluh kepada
saya “it is hard to live alone sometimes. I smoke because I feel lonely”. Saya kerja dirumah dan kamu tahu dong saya
kan tinggal sendiri. Kadang ga enak hidup sendiri. Saya ngerokok karena saya
berasa kesepian.
Ya, dia tidak
bekerja kantoran. Dulu ya. Kemudian dia berhenti dan memilih bekerja di rumah.
Perusahaan atau orang perorangan yang pernah memakai jasanya ternyata memang
tetap memilih dia untuk menjadi akuntan mereka sekalipun dia tidak lagi
bergabung dengan perusahaan keuangan manapun.
Bekerja di rumah
jelas lebih santai. Tapi..
“I wake up in
the morning, have breakfast by myself, and I feel alone. So I smoke” dia
nyengir “I take a break from work at noon and I realize how lonely my place is,
so I smoke. When I go out and return home, take a shower, have dinner, watch tv
and the evening feels so long and I feel lonely again. So I smoke”. Saya bangun pagi, sarapan sendiri dan berasa
kesepian so rokok jadi pelarian. Tengah hari saya berhenti kerja dan nyadar
apartemen sepi banget so saya ngerokok (buat ngusir rasa sepi itu). Kalau saya
balik ke apartemen, saya mandi, makan malam, nonton tv dan saya berasa kesepian
lagi so lagi-lagi saya ngerokok.
“When I’m here,
I know I have you and I don’t feel lonely. Eventhough you don’t spend every
night at my place but I know I will be able to see you everyday”. Kalau lagi ada disini, saya tahu ada kamu
dan itu bikin saya ga berasa kesepian. Sekalipun kamu ga nginap ditempat saya
setiap malam tapi setidaknya saya tahu saya bisa ketemu kamu setiap hari.
Sampai disini
saya tidak bisa memberi saran terbaik. Karena baru sekali ini saya dengar ada
orang merokok karena merasa kesepian.
Indramayu |
Ya, saya tahu
bagaimana rasanya tinggal sendiri. Saya tinggal di mess pabrik sewaktu bekerja
di kota Indramayu beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya satu-satunya
perempuan yang tinggal disitu, selain beberapa orang perempuan lokal yang
bekerja sebagai pembantu di mess saya dan mess karyawan laki-laki.
Rasa sepinya
memang luar biasa. Apalagi lokasi pabrik tidak berada tepat di kota Indramayu.
Jadi selepas jam kerja, ya langsung balik ke mess. Saya tidak berani nongkrong
berlama-lama di pabrik atau pergi ke mess laki-laki sekalipun mereka yang
tinggal disana adalah rekan kerja yang punya hubungan kerja serta pertemanan
yang sangat baik dengan saya. Rasanya kurang pantas saja buat saya sebagai
satu-satunya karyawan perempuan yang tinggal di mess pabrik untuk berbuat
seperti itu. Begitulah pikiran saya pada waktu itu.
Jadi saya
mengerti rasa yang digambarkan si bule tentang bagaimana perasaan sunyi sepi
saat berada didalam rumahnya. Walau keadaannya masih jauh lebih baik dari sikon
saya pada waktu saya tinggal di mess pabrik karena dia toh tinggal di kota dan
ada sambungan internet langsung kerumahnya.
Saya tidak
mengusir rasa sepi itu dengan merokok. Tapi ada hal lain yang sempat saya pilih
untuk menjadi cara saya melarikan diri dari rasa sepi. Tidak usahlah saya
ceritakan apa yang saya lakukan tapi dalam topik ini, kami memiliki kesamaan.
Akhir-akhir ini
ada beberapa hal yang menghadirkan sikon dilematis bagi saya yang membuat saya tidak tentram.
_____________________________
I don’t have any problem with cigarette. As long as it is
not being lit.
Just like any other smoker who started smoke in their
adolescent years, I had my experiment time with it during that period. I don’t
know if it was because I am not born to be a smoker or was it my tonsils that
swelled easily, one thing for sure is I discontinued my relationship with
cigarette. How grateful I am for that.
I have even become an anti cigarette. I can’t stand being
around smoker. And lucky enough to have been working in non-smoking work
environment in the past twenty years.
Meeting smokers however is unavoidable. But they usually
keep their habit away from an anti smoker like myself.
It is a different thing though when my friends and I go clubbing.
I surely can’t yell at every smoker I met there because most of the people who
in bars, cafes or nightclubs are smokers. Hours later my eyes would feel dry
and turned red . The nusea caused by inhaling the smoke is worst than getting
high of alcohol.
It is not a coincidence though that the guys who attracted
to me are non-smoker. I don’t know why but it seems they are always the good
behaved ones. Even when I start to date foreigner, they too are that kind a
people. Their lifestyle is a different thing of course.
My world turned upside down when I met my ‘dear’ friend.
When we were introduced by a friend’s friend five years ago, he didn’t give me
positive impression. I tried not to make premature judgement on him but the
image wasn’t a good one.
From my point of view he didn’t give any impression of a
quite successful accountant in his country. So he was in vacationing time and
mood at that time but.. I mean, gosh,.. it seemed he never comb his hair, he
was bearded and whiskered so thick, he looked so old (he is only 4 years older
than me), he has tattoos on his body, it looked like he didn’t care of the way
he dressed and worst of all is he smokes!
No wonder I didn’t want to get around him. His behavior at
that time showed that he didn’t notice me at all. Who would know that he was
feeling attracted to me at that time. But I’m glad I didn’t know because I
probably would faint if I knew it. lol.
I’m not the type of person who falls in love easily so when
I’m in love with someone, it is definitely not for fun, despite the fact that I
am having cold feet when it comes to marriage as I have written about it in my
previous post.
His smoking habit is a constant concern for me over the
years. He rinse his mouth with mouthwash or chew mint candies but the strong
smell of the smoke from his cigarette are all over him, it is on his clothes,
hair, face, body.. sometimes I refused to be kissed or hugs by him because I
couldn’t stand the smell.
The thing that gave me headache is when I got in his hotel
room or rented house and that smell was inside that place. Blah!
It worries me to think the effect of his smoking habit for
his health. He doesn’t have any health problem so far. But will it be like this
forever?
He has been trying to quit smoking this year. He can when he
is around me but the habit resurface by the time he returns to his country.
Union Bay Apartments, Seattle-WA |
“I work at home and you know I live all alone in my
apartment” he sighed “it is hard to live alone sometimes. I smoke because I
feel lonely”
Yes, he is working at home. He used to work in a company but
he quitted few years ago. His corporate and individual clients continue to hire
him as their accountant though he no longer works in the finance company.
Working at home is definitely relaxes him. But..
“I wake up in the morning, have breakfast by myself, and I
feel alone. So I smoke” he grinned “I take a break from work at noon and I
realize how lonely my place is, so I smoke. When I go out and return home, take
a shower, have dinner, watch tv and the evening feels so long and I feel lonely
again. So I smoke”.
“When I’m here, I know I have you and I don’t feel lonely.
Eventhough you don’t spend every night at my place but I know I will be able to
see you everyday”.
I was so stunned to hear this, it made me speachles. I have
never heard someone smokes because he / she feels lonely.
I know how it feels to live all alone. When I worked in a
factory located near the town of Indramayu, I stayed in a small room within the
factory’s compound. I was the only female worker who stayed there. There were
only few maids employed to clean, cook and wash the laundry for the bosses, me
and the male employees. Our rooms were placed quite apart from one another.
The loneliness was nearly unbearable. The factory wasn’t
located in the town. It took about an hour to go to the town. It left me with
no other option than to go straight to my room after work. I didn’t want to
stay in the office after office hour and certainly didn’t want to hang around
at the male residence despite the fact that I had good work relation and
friendship with them. It just didn’t feel right to do so for a woman who was
the only female worker who stayed within the factory’s compound . That’s what I
thought.
From that experience, I understand my ‘dear’ friend’s
feeling of loneliness to stay all alone in his place. His situation is much
better than mine of course because he stays right in the city and there’s
internet line connected to his house. I didn’t have those things when I stayed
at the factory’s residence.
I didn’t smoke to get rid the loneliness. I chose other
thing to get rid it. I won’t tell you what that was. But in this topic, we both
have something in common.
No comments:
Post a Comment