Big city |
Sayangnya selama 8 tahun terakhir ini kaki saya seperti terantai di Bogor. Ga jelek-jelek banget sih tapi sekarang ini badan rasanya mulai gatal karena ingin mencari pengalaman baru di kota yang berbeda. Semakin jauh, semakin baik.
Di Jakarta dulu saya cenderung menganut pola hidup dan pola pikir ‘elu-elu, gue-gue’. Mandiri dan individualis. Lingkungan kota besar cenderung membentuk orang untuk punya kepribadian seperti itu.
Kemudian saya dan orang tua pindah ke Bogor. Kotanya lebih kecil. Lebih ramah. Lebih terbuka. Suasananya mendorong orang untuk tidak bisa lagi bersikap individualis. Bogor telah merubah kami.
Saya mencintai Jakarta tapi saya lebih mencintai Bogor.
Pekerjaan sempat memberi saya kesempatan untuk tinggal selama kira-kira 6 bulan di kota Indramayu. Memang bukan langsung dikotanya tapi perbedaannya sangat terasa. Kota itu lebih kecil dari Bogor.
Entah mengapa rasanya semakin kecil suatu kota, semakin enak untuk ditinggali.
Kota besar memiliki banyak pesona dan fasilitasnya lebih lengkap serta lebih banyak dibandingkan dengan kota kecil. Tapi rasanya kota kecil memiliki manusia-manusia yang lebih menyenangkan untuk diajak bersosialisasi.
Tentunya kita juga harus mengerti bahwa karena mereka tidak bersikap individualis maka mereka lebih spontan, serba ingin tahu, tidak ragu untuk menolong sehingga mungkin membuat kita sedikit terkaget-kaget karena tidak terbiasa. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika tinggal diantara orang-orang seperti mereka.
Tetangga-tetangga saya di Bogor ini sebagian besar adalah orang pendatang. Ada yang dari Jakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Medan dan Aceh. Ada yang dari kota besar. Ada yang dari kota kecil.
Tapi kami semua berkumpul di kota Bogor dan sepertinya sebagian besar bersikap ramah, terbuka dan saling membantu. Hal-hal yang tidak saya jumpai di Jakarta. Tapi bukan berarti ini pukul rata. Mungkin hanya mewakili lingkungan tempat saya tinggal dulu.
Kalau anda tinggal di Jakarta atau kota besar lainnya, mudah-mudahan saja tetangga-tetangga anda bukan tipe individualis. Mudah-mudahan juga diri anda sendiri juga bukan tipe individualis.
_______________________________________________
Which town do you prefer to live in? Bogor or Jakarta? Sometimes people ask me that question after they discovered that I was born and raised in Jakarta and moved to live in Bogor since 1998.
The more we move from one town to another, the more experience we can get. It is why there was time when I job hunt in different town. I didn’t want just to travel between towns. I wanted to stay in various towns.
But somehow it seems my feet are chained to live in Bogor in the past 8 years. It isn’t that bad. But I have been feeling restless lately as that long time desire to live in different town has return to me. I want to live far away from home.
My ‘mind your own business’ way of life and thinking was pretty much the typical of most big city inhabitants. It forms us to be individualistic.
My parents and I moved to Bogor. The town is smaller and the people are friendlier and warmer. You can’t stay individualistic in such environment. Bogor has changed us.
I love Jakarta but I love Bogor more.
Work has once given me the chance to live in Indramayu. The town is smaller than Bogor. I don’t know what does small town have but it seems the smaller a town is, the nicer it is.
Indramayu |
But if you’re used to live in big town, you need to understand that small towns inhabitants are less individualistic, making them spontaneous people, want to know other people’s business and willing to lend a hand at your call. I know it took sometime for me to get used to such attitude.
My neighbors in Bogor are mostly come from different towns. Jakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Medan and Aceh. Some came from big home town or small town but in Bogor we don’t apply individualistic attitude. The thing that I didn’t find in my neighborhood when we lived in Jakarta.
Well, not all people in big town are individualistic but they did in my former neighborhood.
No comments:
Post a Comment