Ada kunjungan yang menyenangkan; kunjungan yang diharapkan; kunjungan yang tidak diharapkan dan kunjungan yang tidak menyenangkan.
Kunjungan yang menyenangkan adalah ketika hari Kamis (7/7) tiba-tiba muncul Nico.
“Wah, Nik, tumben nih” saya senang melihat muka kecil yang sudah saya kenal itu tiba-tiba mengintip dari balik pintu ruangan TU (Tata Usaha). Ruang kerja saya yang sementara itu sudah saya juluki ‘kandang’. Bukan karena mirip kandang yang bau, kotor atau berantakan. Hm. Biar pun saya tomboy tapi saya senang bebenah, lho. Jadi ruangan di mana pun saya berdiam pasti bersih, rapi dan jelas-jelas tidak akan bau.
Saya menjulukinya ‘kandang’ karena disitulah menghabiskan sebagian besar kerja saya dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Tidak seperti saat menjadi guru TK yang membuat saya harus kasak kusuk ke sana kemari, di tempat ini saya lebih banyak ‘ngedon’ dengan manisnya di dalam ruangan.
Hari Kamis itu Nico pun menemani saya selama Martha, neneknya, yang bekerja sebagai koster gereja membersihkan ruangan ibadah, ruang konsistori, ruang wanita, wc dan juga kandang… eh, maksudnya ruang TU.. hehe.
Kami mengobrol. Bernyanyi. Bercanda. Bermain game di komputer. Semua itu berlangsung sambil saya tetap duduk manis di kursi saya. Sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan. Nico duduk di depan saya. Menghadapi komputer.
Biarpun cuma seekor… eh, seorang… dan yang seorang ini pun kecil mungil. Hehe. Tapi kehadiran Nico sejenak bisa mengusir kekangenan saya pada anak-anak itu. Saya menyukai tempat di mana saya bekerja sekarang ini. Tapi rasanya kebahagiaan saya akan lebih lengkap kalau saya bisa membawa anak-anak itu berikut emak-emaknya ke sini. Hehe.
Pertemuan lain yang menyenangkan adalah saat saya bertandang ke sekolah hari Rabu (13/7).
“Bu, aman” teteh menelpon saya sekitar jam 10.45 Rabu pagi, mengisyaratkan bahwa kepsek pergi. Jadi segera ‘terbang’lah saya segera ke sekolah. Di sana saya bertemu Yohana dan anaknya, teteh, wali kelas TK B serta suaminya yang sedang bebenah ruangan kelas.
Kami mengobrol sambil tetap kasak kusuk. Berfoto. Makan. Bercanda.
Sungguh suatu kunjungan yang menyenangkan bagi semuanya walau saya tidak bisa berlama-lama di sana karena harus berkunjung lagi ke rumah Evelyn.
“Bu, mau ke sini jam berapa? Semua sudah ngumpul nih” begitu kata Ogut saat menelpon saya.
Ok. Ok. Saya ke situ. Kembali ‘terbang’lah saya menuju rumah Evelyn di mana sudah berkumpul emak-emak mantan murid saya. Ada Gege (Grace) dan anaknya Manuel, mamanya Stevany dengan Stevany serta adik bayinya yang ndut banget, lalu Ogut minus Nico, Apin minus Justin & Chelsea, Jhunsan dan nyokapnya, tak ketinggalan Kim serta emaknya.
With the moms of Kim, Justin, Stevany, Nico & Evelyn |
With Grace & Nico's mom |
Saya tinggal lebih lama di sini karena suasana lebih ramai dan tidak terganggu dengan kesibukan harus merapikan ruangan seperti di sekolah tadi. Jadi kami bisa berkonsentrasi pada satu dengan lainnya dan tentunya pada makanan minuman yang terhidang. Kalau sudah ngumpul dengan emak-emak, urusan logistik terjamin dah.. hehe.
Nah, kunjungan yang tidak saya harapkan dan tidak menyenangkan adalah kunjungan om tante saya (adik-adik bokap) di rumah sakit saat bokap di rawat dari hari Selasa sampai Jumat (5-8/7). Dasar apes, kebetulan hari Kamis (7/7) itu saya juga sedang menengok bokap.
Terus terang saja hati saya sudah beku terhadap kakak dan adik-adik bokap. Ini bermula setelah melihat dan mendengar reaksi mereka terhadap bokap saat bokap sakit serta harus operasi prostat tahun lalu.
Sulit bagi saya untuk melupakan (apalagi memaafkan) bagaimana bantuan yang mereka berikan disertai dengan kecurigaan dan penghinaan terhadap bokap. Sejak itu pula hati saya beku terhadap mereka. Bukan berarti saya tidak mengenal bagaimana adat keluarga bokap tapi tidak pernah saya duga bahwa mereka bisa bersikap dan berkelakuan demikian terhadap saudara sekandung mereka sendiri seperti itu pada waktu saudara mereka itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan mereka.
Setelah bokap sembuh dari prostat, mereka pernah datang mengunjungi kami di rumah. Saya memilih untuk pergi sehingga tidak harus bertemu dengan mereka. Tapi kunjungan di rumah sakit itu di luar dugaan. Jadi saya tidak bisa menghindar.
Sebetulnya bukan mereka saja yang saya hindari. Saya tidak lagi mencantumkan nama keluarga bokap. Syukurlah di akte lahir yang tercantum hanya nama saya. Tidak ada nama keluarga bokap. Tapi dulu saya pernah membubuhi nama itu dibelakang nama saya.
Segera setelah saya mengetahui bagaimana hati mereka terhadap saudara kandung sendiri, saya membuang nama keluarga bokap supaya saya tidak lagi ada kaitan dengan mereka.
Sejak itu pula semakin yakinlah saya untuk memproklamirkan nama Keke Muliawati Yohanes sebagai nama saya. Itu adalah gabungan dari 2 nama saya dan nama bokap (bukan nama keluarganya, lho). Itulah yang menjadi nama saya sampai saya mati.
Bagaimana dengan kunjungan-kunjungan yang anda terima atau yang anda lakukan?
Saya harap kunjungan-kunjungan yang anda lakukan atau yang anda terima adalah kunjungan-kunjungan yang menyenangkan dan diharapkan.
__________________________________________________________________
I was thinking about the visits I made and received in the past 2 weeks that at the end I could sort them in some types of visits.
There is the kind of visit that pleasant and there is the unpleasant one. There is the kind that you look forward while there is other that you prefer to void.
The pleasant visit example is when Nico came on Thursday (July 7th).
“Hey, what’s up, Nick?” I was surprised to see his tiny face peeking to my room. He came in, full of smile, to the room that I have dubbed ‘pen’. Not because it is dirty, messy or smelly like a chicken pen but because I spend most of my working time in there unlike my former job as kindergarten teacher that made me moved around. Well, ‘pen’ in English can also be referred as a playground. The room however is my playground and my workplace at the same place.
So Nico accompanied me while waited for his grandmother cleaned the rooms as she works as church cleaners. We had fun. He played games on the computer as we chatted, sang, joked & took photos.
The pleasant visit I made when I went to see the cleaning lady, Yohana and B class teacher in school on Wednesday (July 13th).
“It’s clear here” the cleaning lady called me that Wednesday morning. A hint used to say that headmaster isn’t in school so it’s safe for me to visit them there. Well, I don’t want to meet headmaster so I’ve asked them to call me if she is not in school on Wednesday.
I went there and met them. We talked, joked, ate as we moved around, tidying the classrooms. It was nice to meet them though I couldn’t stay long because…
“Where are you?” Nico’s mother called me on my cellphone “We are already here”
The visit that I didn’t expect came on Thursday (July 7th) when I was in the hospital. Visiting my dad who was hospitalized for hernia surgery.
I was stunned to see how they gave help but with lots of suspicion and how they said mean things to my dad. I just can’t get it how could they become so hostile and mean toward their own brother. It is unforgettable and unforgiven for me. It is why I decided I didn’t want to meet them. I don’t want to have anything to do with them anymore. I even got rid my dad’s family name and fixed on Keke Muliawati Yohanes which 2 are my names and one is my dad’s first name. It is and will always be my name until the day I die.
How about the visits you make or receive? Are they the pleasant ones? Or the ones you wish not to make or to have? Well I hope the people who visit you make you happy and the people whom you visit don’t find your visit annoying.
No comments:
Post a Comment