Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, April 14, 2016

Remember Gethsemane

Getsemani adalah nama sebuah taman di Israel.

Gethsemane is the name of a garden in Israel.

Di taman inilah pada suatu malam Tuhan Yesus datang bersama tiga orang muridNya.

One night Jesus came to this park with three of His diciples.

Yesus tahu dalam waktu beberapa jam lagi Dia akan menggenapi misi besar untuk menyelamatkan manusia.

Jesus knew in few more hours He would fulfill a great mission to save mankind.

Itu suatu beban yang berat dari suatu misi yang luar biasa besar. 

That was a huge burden of a great mission.

Malam itu Dia pergi ke Getsemani untuk berdoa. 

That night He went to Gethsemane to pray. 

Sebelum Dia pergi untuk berdoa, Dia sudah mengatakan kepada ketiga murid yang ikut denganNya kalau hatiNya sedang merasa sangat sedih dan Dia minta mereka untuk berjaga bersamaNya. Lalu Dia pergi memisahkan diri dari mereka untuk berdoa. Ketika Dia kembali, Dia mendapati mereka tidur. Mereka tidak hanya tidak menemaniNya berdoa, mereka malah juga tidur.

image: www.123rf.com

Before He went to pray, He told His three diciples who came with Him, that He was exceedingly sorrowful and He asked them to watch with Him. After that He went to pray. When He returned, He found them were all asleep. Not only that they didn’t go with Him to pray, they all fell asleep.

Yesus membangunkan mereka dan minta supaya mereka tetap bangun paling tidak satu jam saja.

Jesus woke them up and told them to stay awake for at least an hour.

Dia pun berdoa lagi dan beberapa saat kemudian Dia kembali melihat tiga muridNya itu sudah molor lagi.

image: www.123rf.com
He went to pray again and few moments later He found the diciples were asleep, again.

Kali ini Yesus tidak lagi membangunkan mereka. Dia pergi dan berdoa.. benar-benar sendirian karena tidak seorang manusia pun mau menemani dan berdiri dipihakNya.

This time Jesus didn’t wake them. He went and prayed.. totally alone because nobody was willing to accompany and stood by His side.

Matius 26:36-44.

Matthew 26:36-44.

*  *  *  *  *

Malam itu taman Getsemani menjadi saksi dari seorang yang sedang berbeban berat. Dia tidak sendiri karena ada tiga orang yang menyertainya tapi kenyataannya walaupun dia tidak sendiri, sebenarnya dia sendiri.

That night Gethsemane garden bore witness of someone who was heavily burdened. He was not alone because there were three people with him but the truth is though he was not alone, he actually was all alone.

Orang-orang yang selama tiga tahun ada bersama dengannya, melewati hari-hari bersama, bekerja bersama, tinggal bersama.. tapi ketika dia dalam kesusahan, mereka bahkan tidak bisa dan tidak mau berusaha untuk setidaknya tetap bangun selama satu jam untuk menemaninya berdoa.

Those are the people who have spent three years with him, spent the days together, worked together, lived together.. but when he was in trouble, they couldn’t and didn’t even try to at least stay awake for an hour to pray with him.

Pernahkah berada dalam situasi seperti itu?

Have you ever been in that situation?

Situasi ketika ada banyak orang disekelilingmu yang secara rutin bertemu denganmu selama lima, enam atau bahkan tujuh hari dalam seminggu tapi ketika kamu berada dalam kesulitan, dalam masalah, dalam kesusahan, dalam kesedihan.. kamu mendapati kenyataan pahit bahwa ternyata tidak seorang pun dari mereka yang berdiri di sisimu.


The situation where you are surround with many people whom you regularly meet five, six or even seven days a week but when you are in trouble, in hardship, in pain, in sorrow.. you find this bitter truth that none of them stand by your side.

*  *  *  *  *

Seorang teman saya menulis status seperti ini ‘kasih tahu ke saya alamat atau password emailmu kalau kamu beneran teman saya’.

A friend of mine wrote this status ‘give me your email address or password if you are truely friends with me’.

Alis mata saya terangkat tinggi dan sambil menggeleng-gelengkan kepala saya mengomentari statusnya.

I raised my eyebrows high and as I shook my head I wrote my comment.

‘Kalau mau ngetes siapa yang benar-benar teman kamu, tunggu sampai kamu dalam keadaan sakit, tidak punya uang, tidak punya apa-apa buat dikasih ke mereka.. siapa pun yang tetap berada disisimu pada waktu kamu lagi dalam keadaan terpuruk, itulah yang benar-benar teman kamu’

‘If you wish to know who your true friend is, wait until you are sick, you lost all your money, you have got nothing to offer to them.. whoever stands by your side when you are at your lowest point, is your true friend’

Itu teori lama tapi sudah terbukti kebenarannya.


That’s an old theory that has been proved.

Saya tidak mengatakan padanya bahwa pengalaman saya baru-baru ini sekali lagi membuktikan kebenaran teori itu.

I didn’t tell him that my recent experience has once again proved how right that theory is.

Statusnya, peristiwa di taman Getsemani dan pengalaman saya menginspirasi saya untuk menuliskannya sebagai postingan dalam blog ini.

His status, Gethsemane garden and my experience inspired me to write a post for this blog.

*  *  *  *  *

Selama tiga minggu saya sakit diare. Dalam kurun waktu itu dua kali saya tidak masuk kerja. Sekali tidak masuk hitungannya masing-masing selama tiga hari. Jadi dua kali tidak masuk itu totalnya enam hari.

I had diarrhea for three weeks. During that time I was off work twice. Each time I was off it consisted of three days. So in total it makes six days.

Pada hari ketiga saya sakit, saya memaksa diri masuk kantor dan tetap masuk selama dua hari berikutnya karena mengingat pekerjaan yang belum selesai dan karena mengetahui bahwa sekalipun sepertinya ada tim tapi sebetulnya saya sendiri. Dikitari oleh orang tapi sebenarnya saya sendiri.. seperti yang dialami Yesus di Getsemani.

On the third day that I got sick, I forced myself to go to the office and kept coming for the next two days because I had unfinished work and because knowing that despite there is a team but in reality I am alone. Surrounded by people but I am actually all alone.. just like what Jesus experienced in Gethsemane.

Di hari berikutnya.. saya tidak kuat untuk pergi ke kantor. Lagi pula pekerjaan sudah beres semua. Jadi saya memberitahu senior-senior saya bahwa hari itu saya tidak masuk dan kemudian dokter pun memberikan saya satu tambahan hari istirahat. Dengan satu hari libur saya menjadikan total tiga hari saya tidak masuk kantor.

The next day.. I was not in the condition that I could drag myself back to work. Beside, all work was done. So I informed my seniors that I couldn’t come to work that day and later the doctor gave me one more day off. With my day off, it made three days that I was off work.

*  *  *  *  *

Kalau mau ngetes siapa yang benar-benar teman kamu, tunggu sampai kamu dalam keadaan sakit, tidak punya uang, tidak punya apa-apa buat dikasih ke mereka.. siapa pun yang tetap berada disisimu pada waktu kamu lagi dalam keadaan terpuruk, itulah yang benar-benar teman kamu’

If you wish to know who your true friend is, wait until you are sick, you lost all your money, you have got nothing to offer to them.. whoever stands by your side when you are at your lowest point, is your true friend’

Ketika saya tidak masuk itu dan setelah saya kembali masuk kerja, pertanyaan ‘Gimana kamu sekarang, Ke? Sudah sembuh? Sakit apa kamu?’ datangnya cuma dari segelintir orang.

During my absence and after I got back to work, the question ‘How do you feel now, Keke? Have you recovered? What made you ill?’ came from a very few people.

Saya terheran-heran saat itu melihat sebagian besar orang yang berada disekitar saya, mereka yang saya temui secara rutin setiap minggu, mereka yang bahkan tahu saya sakit.. bungkam. Saya tidak tahu apakah karena mereka terlalu sibuk, lupa, tidak tahu, menganggap ringan semua itu atau memang murni tidak peduli.

I was amazed at that time seeing most of the people whom I meet regularly every week were, those who knew I was sick.. were quiet. I don’t know if it is because they were too busy, forgot, didn’t know, didn’t take it seriously or simply because they just didn’t care.

Seminggu kemudian saya kembali tidak masuk selama tiga hari. Hari itu bertepatan dengan hari Paskah, tanggal 27 Maret.

A week later I was off work again for three days. It was Easter Day, 27 March.

Sepanjang hari Paskah itu saya bedrest. Saya lebih banyak tidur karena dengan istirahat dan tidur, perut saya terasa lebih enak dan obat jadi bisa bekerja maksimal.

I spent all Easter Day resting on bed. I was asleept most of the time because resting and sleeping made my stomach felt better and the medicine could work maximumly.

Hp sengaja saya matikan suaranya karena memang tidak mau terganggu atau terbangun dengan suara telpon.

I deliberately silent my cellphone for not wanting to be bothered or awakened by its ring.

Jadi lewat pesan sms dan whatsapp saya tahu kalau orang-orang di kantor rupanya mau datang ke rumah untuk menengok saya.

So it was through text and whatsapp messages I knew that people in the office wanted to come to my house to visit me.

Tapi hari itu kondisi saya tidak memungkinkan untuk menerima kunjungan. Lagi pula, pikir saya, ngapain baru sekarang heboh mau nengokin saya? Waktu saya pertama kali tidak masuk selama tiga hari itu dianggap apa ya?

But I was not in the condition to receive any visitors on that day. Beside, I thought, why make such as fuss now? When the first time I was absent for three days, that didn’t ring the bell?

Selama hampir lima tahun bekerja ditempat ini, jumlah absen saya bisa dihitung dengan jari. Seringkali dalam keadaan sakit pun saya tetap memaksa diri masuk kerja. Jadi kalau sekali saya tidak masuk karena sakit, apalagi kalau itu sampai lebih dari sehari.. haloooo.. itu kan berarti saya benar-benar tepar.

For almost five years working in this place, my absence days can be counted by fingers. There were times when I dragged myself to work though I was ill. So when I was off work because I was ill, especially when it was for more than one day.. well,.. helloooo.. it would mean wouldn’t it be a sign that I really ill?

Kalau kali karyawan disini ada seratus orang, satu orang sakit.. yah, masih ada sembilan puluh sembilan yang harus diperhatikan jadi satu orang tidak penting bangetlah buat diperhatikan. Tapi karyawan administrasi di tempat kerja saya ini kan cuma saya satu-satunya jadi kalau sampai saya tidak masuk lebih dari sehari karena sakit… haloooo.. apa saya ini sejenis mahluk halus yang tidak kelihatan?

If there were a hundred people working in this place.. well, there are ninety nine others to be given attention so the unpresence of one person may considered unimportant to be noticed. Geez, I am the only administration staff in this place so when I was absent for more than a day because I was ill.. helloooo.. am I sort of an invisible ghost?

Ataukah saya ini seorang yang demikian menyebalkan hingga orang tidak peduli ketika saya sakit?

Or have I been such a badass that people didn’t care when I was ill?

Ah, rasanya sih ga tuh. 

Nah, I don’t think so. 

Saya juga bukan tipe orang yang kalau sakit akan memperdengarkan keluhan panjang pendek sampai orang bosan ngedengerinnya dan ogah berada dekat-dekat dengan saya atau menjadi mati rasa ketika mendengar saya sakit. Saya tidak pernah mengumbar kesusahan saya.

Neither am I the type of person who would raise my voice to groan when I am sick until people get bored and can’t stand to be around me or become ignorant when they heard I was ill. I never exploit my hardship.

Selama beberapa hari jadilah misteri kenapa tiba-tiba orang-orang itu mendadak heboh dengan absennya saya (heboh yang telat).

For few days it became a mystery why did those people suddenly make my absence a fuss (a too late kind of fuss).

Kemudian saya mengetahui kalau ternyata seorang rekan saya mengatakan bahwa saya tidak masuk karena saya ke rumah sakit.

Later I found out that a colleague said I was absent because I went to the hospital.

Oooohhhh… Jadi kata ‘rumah sakit’ yang akhirnya bikin mereka ‘ngeh’?

Ohhhh… So it was the word ‘hospital’ that ‘rang the bell’ for them?

Saya geleng-geleng kepala, tidak tahu apa harus tertawa atau menangis karenanya.

I shook my head, not knowing whether to laugh or cry.

Hari Minggu kemarin.. dua minggu setelah hari Paskah, kenyataan pahit itu bertambah dengan fakta yang saya ketahui bahwa pada hari Paskah tersebut setelah mengetahui bahwa saya kembali tidak masuk, seorang senior saya (seorang dari segelintir orang yang setulus hati berdiri dipihak saya) mengatakan pada orang-orang dikantor bahwa mungkin ada sesuatu yang serius yang terjadi pada diri saya dan karenanya saya harus ditengokin.

Last Sunday.. two weeks after Easter Day, another bitter truth was added by the fact that when I learned that on that Easter Day after one of my seniors (one among the very few people who sincerely stand by my side) knew I was once again off work, he told people in the office that something serious might happen to me and therefore a visit should be made.

Yang terjadi selanjutnya adalah; karena tidak seorang pun yang tahu alamat rumah saya, akhirnya hanya dia serta istrinya yang tetap ngotot langsung menyusuri daerah Ciomas untuk mencari alamat saya. Mereka sampai menelpon orang tua mantan murid saya di taman kanak-kanak yang kebetulan adalah kenalan mereka demi untuk mendapatkan alamat rumah saya.


What happened next is; since no one knew my home address, he and his wife were the only people who insistedly went to Ciomas to find my address. They even called the parents of my former kindergarten students whom they know in their effort to get information about my home address.

Trus gimana reaksi orang-orang lainnya di kantor? Karena tidak tahu dimana alamat rumah saya dan karena saya tidak bisa dihubungi lewat telpon, ya sudah.. semua pulang deh. Lagian itu kan hari Paskah, hari libur. Masing-masing pada punya acara. Ngapain dikorbanin cuma buat berjuang nyari rumahnya si Keke?

So how the others in the office reacted? Not knowing my home address and couldn’t reach me by phone, yeah well.. everyone went home. After all, it was Easter Day. Each of them had plan to spend the day. Why should take all the trouble to find Keke’s house?

Begini, menurut pengertian saya berdasarkan logika satu-tambah- satu-sama dengan-dua; biar pun tidak seorang pun tahu alamat rumah saya, kan ada beberapa rekan saya yang pernah ke rumah saya. Mereka tahu jalan menuju rumah saya. Nah, mereka bisa jadi penunjuk jalan.

Let me put it this way, in my understanding according to one-plus-one-equals-two logic; so though no one knows my home address, there are few of my colleagues who have visited my house. They know the way to my house. So they can show the way to get there.

Kenapa ya tidak ada yang kepikiran ke situ? Ah, suatu misteri lagi...

Why didn’t anyone think of that? Ah, another mystery...

*  *  *  *  *

Getsemani.. Yesus pun sendiri walaupun ada tiga murid berada didekatNya.

Gethsemane.. Jesus was alone though there were three of His diciples near Him.

Ketika Dia ditangkap, diadili dan disiksa, adakah yang berdiri disisiNya? Tidak ada. Semua muridNya lari. 

When He was caught, went to trial and tortured, who was with Him? Nobody. His diciples ran away. 

*  *  *  *  *

Mereka merayakan Paskah tapi saya benar-benar mengalami Paskah.

They celebrated Easter but I really experienced Easter.

Paskah bicara tentang kasih, kasih, kasih, kasih sayang yang begitu besar dari Allah. Kasih yang memberi. Kasih yang berkorban. KASIH.

Easter talks about love, love, love, tremendous love from God. Love that gives away. Love that makes sacrifice. LOVE.

Orang bisa merayakan Paskah tanpa mengalami Paskah.

People can celebrate Eater without experiencing Easter.

*  *  *  *  *

Sakit selama tiga minggu itu tidak saya anggap sebagai suatu kerugian karena lewat sakit itu Tuhan menyatakan kehadiranNya, kasihNya dan kekuatanNya yang luar biasa kepada saya.

I don’t consider those three weeks when I was sick as a loss because God showed me His presence, His love and His amazing power.

Tuhan juga memperlihatkan kepada saya keaslian orang-orang yang ada disekitar saya.

God also showed me the real faces of the people around me.

Menyakitkan dan mengecewakan tapi kalau Tuhan menganggap lebih baik saya tahu, itu artinya hal itu adalah baik untuk saya karena menambah pengalaman saya, memberikan pelajaran berharga dan menjadikan saya lebih dewasa serta bijak secara rohani.

It hurts and disappointing but if God thought it is better for me to know then it means it is good for me because it gives me more experience, it became valuable lesson and makes me spiritually matured and wiser.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1 Korintus 13: 13).

And now abide faith, hope, love, these three; but the greatest of these is love (1 Korintus 13: 13).

No comments:

Post a Comment