Buat sebagian besar orang istilah Fair Play lebih dikenal dalam urusan pertandingan olahraga.
For most of us Fair Play is known as a term related to
sport match.
Tapi sebetulnya Fair
Play dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
But actually Fair Play can be applied in life on
daily basis.
*
* * * *
Beberapa waktu yang lalu seorang senior saya mengatakan ada
penilaian pada karyawan dan mengenai saya.. mm.. yang diberitahukan kepada saya
hanyalah yang negatif.
A little while ago a
senior informed me that there was employee evalutatio and when it came to me..
mm.. only the negative outcome that was revealed to me.
Seharusnya saya tidak heran karena memang begitulah cara
yang diterapkan ditempat ini.
It shouldn’t
surprise me since it is how it works in this place.
Tapi tak urung spontan terlontar juga dari mulut saya “Ga
adil dong, masa cuma yang negatifnya aja”
www.123rf.com |
Still I couldn’t
help not to spontaneously exclaimed “It’s not fair, howcome it is just the
negative one”
Beliau tidak bisa menjawab, hanya mengatakan sesuatu yang
kedengarannya seperti; hal itu bisa jadi masukan supaya saya bisa menjadi
manusia yang lebih baik.
He couldn’t answer
it. He could just come up with something that sounded like; it would be a good
feed back for me so I could make myself a better person.
Ah, harusnya hal
itu tidak perlu bikin saya heran.
Ah, it shouldn’t
surprise me.
Saya mendengarkannya bicara. Mempelajari apa yang tidak
terucap dan akhirnya saya mengerti. Ini adalah omongan yang disampaikan satu
atau dua orang mengenai hal-hal yang pernah terjadi dimasa lalu. Barang basi
yang dibawa kembali ke permukaan. Oh la
la.. bikin saya kepingin ngakak. Susah payah saya harus memasang muka
serius.
I listened to him.
Trying to grasp the hidden meaning and finally I got it. This was what one or
two people told him about things in the past. The corpses that brought back to
the surface. Oh la la.. I almost
burst out my laugh. Hardly put on a serious face.
Kalau ini merupakan suatu penilaian maka ini adalah
penilaian yang paling menggelikan karena yang disampaikan ke saya hanya yang
negatifnya. Kemana yang positif? Apakah sama sekali tidak ada kebaikan dan
kelebihan dalam diri saya? Ok deh, mengharapkan pujian mungkin terlalu muluk
tapi kenapa mereka begitu sulit untuk mengakui bahwa dalam diri saya ada
hal-hal baik? Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang saya kerjakan dengan baik?
Apa semua itu tidak masuk hitungan?
If this is an
evaluation then it’s the most ridiculous one because why is it I was only told
about the negatives? Where is the positive? Is there nothing good in me,
nothing at all? Ok so it would be too much to expect praise from them but why
is it so hard for them to admit that there are good things in me? How about the
work I did well? Don’t they count?
Ah, harusnya hal
itu tidak perlu bikin saya heran.
Ah, it shouldn’t
surprise me.
Karena memang seperti itulah mereka.
Because that’s the
way they are.
*
* * * *
Manusia mana pun, besar atau kecil, tua dan muda, presiden
atau babu.. kalau telinganya lebih banyak mendengar hal-hal negatif tentang
dirinya dan jarang bahkan hampir tidak pernah mendengar hal-hal positif
mengenai dirinya, kira-kira bagaimana efeknya?.. ha, googling deh sana, ada begitu banyak artikel mengenai topik ini.
Any human, big or
small, old and young, president or maid.. if negative stuff are mostly what
he/she hears and rarely even almost no positive things about him/her, what
impact shall bring on him/her?.. well, do some googling, there are many
articles on this topic.
Fair play harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Fair play should be
applied on daily basis.
*
* * * *
Seorang sahabat datang menemui saya dan diantara begitu
banyak hal yang kami obrolkan, ada satu pengalaman yang bikin kami berdua
tertawa tapi juga terheran-heran karena mirip sekali.
A bestfriend of mine
came to see me and of all the things we talked there was one experience that
made us laughed but amazed at the same because it was quite similar.
Dia seorang guru dan dia bercerita tentang evaluasi yang
sedang dilakukan di sekolah tempatnya mengajar.
She is a teacher and
she told me about an evaluation held in the school where she works.
Lalu pada suatu hari datanglah seorang penilik ke kelasnya
untuk menilai bagaimana performasinya saat sedang mengajar.
So one day a
supervisor came to her class to evaluate her performancy as a teacher teaching
in class.
“Hari ini baru gue terima hasil penilaiannya, Ke” katanya
emosi “Elu tahu ga, disitu ditulis gue ga pake alat peraga padahal hari itu gue
khusus bawa sekantong plastik gede kain dan pernak pernik yang berkaitan sama
tema pelajaran. Mending kali kalau ditulisnya alat peraga gue kurang banyak
atau gue kurang maksimal pake alat peraganya. Ini ditulisnya gue kagak pake
alat peraga, titik”
“I received the
evaluation report today, Keke” she said, emotionally “You know what, it is
written there that I didn’t use any visual display where infact I specially brought
a big plastic bag of cloth and other paraphernalia related to that day’s
teaching theme. It would be make sense if it was written that the ones I
brought was not enough to be made as visual display or I didn’t use them at
max. It is written there that I didn’t bring any visual display, period”
“Sinting!” rutuk saya. Spontan. Sebal.
“Insane!” I swore.
Spontaneously. Pissed.
“Nah, elu aja bisa ngomong gitu” dia tertawa. Geli, getir
dan ironi “Sudah gitu, Ke, kagak ditulis performansi gue waktu ngajar baik atau
nggak. Kalau memang ada standar penilaian, ya harusnya dicantumin dong”
“Tell me about it”
she laughed. Tickled, bittered and irony “What’s more, Keke, there is nothing
written about my teaching performancy. I have no idea if it is good or not. If
there is evalution standard then it should be mentioned in there”
Saya geleng-geleng kepala. Prihatin.
I shook my head.
Concerned.
Kami berdua bersahabat karena Tuhan yang mempersatukan kami.
Dia bukan orang yang mudah untuk bisa menemukan sahabat, dia menutup diri walau
punya pergaulan luas dan orangnya ramah. Ada miripnya dengan saya.
We became
bestfriends because God brought us together. She is not the type who easily
finds a bestfriend, she is a reserved person though she mingles with anyone and
she is a friendly person. Similar to myself.
Kami berbagi pikiran, isi hati, rahasia. Kami saling
menguatkan, mendukung dan mendoakan.
We share thoughts,
things in our hearts, secrets. We strengthen, support and pray for each other.
Lucunya hari itu kami mengalami hal yang sama.
Funny thing is we
had same experience on that day.
Saya menceritakan padanya tentang hal yang saya tulis
diatas.
I told her about the
things I wrote above.
“Itu sih omongan beberapa orang” katanya “Bukan penilaian
secara global. Yang namanya penilaian itu harus adil, jujur dan transparan”
“That is personal
opinion from few people” she said “Not a global evaluation. When it comes to
evaluation, it should be fair, honest and transparent”
Kami berdua sama-sama mendapatkan penilaian yang tidak adil,
tidak jujur dan tidak transparan.
We both got unfair,
dishonest and untransparent evaluation.
Raport sekolah adalah contoh penilaian yang adil, jujur dan
transparan. Kalau nilai ujian memang bagus, ya angkanya terlihat jelas memang
bagus. Kalau jelek, ya yang tertulis juga jelek. Standar penilaiannya pun
dicantumkan.
School report is an
example of a fair, honest and transparent evaluation. If the exam grades are
good, it is shown that way. If not, then it is also there for anyone to see.
Evaluation standard is also written in there.
Saya pernah enam tahun bekerja sebagai guru taman
kanak-kanak. Dalam setahun dua kali saya mengisi raport dan itu bukan cuma
mencantumkan angka atau huruf A, B, C dalam kolom penilaian karena ada kolom
yang khusus disediakan untuk catatan tentang seorang murid dilihat dari
kemampuan motorik, kinestetik, bahasa, seni, kepribadian, sifatnya.
Jadi segala kelemahan dan kelebihannya tercatat. Adil.
So all the good and
the bad were recorded. It’s fair.
Soalnya kalau yang dicantumkan cuma yang baik-baik saja,
orang akan menjadi berpuas diri tanpa mengetahui bahwa dalam dirinya ada
hal-hal jelek yang perlu diperbaiki.
The thing is if it
were just the good ones in it, people would have this satisfaction without
knowing that there are bad things needed to be fixed.
Tapi kalau yang dikibarkan hanya yang jelek-jelek saja, itu
bisa mematahkan semangat orang. Jangan berasumsi bahwa keadaan mental setiap
orang itu sama. Ada yang tahan banting tapi ada yang rapuh. Yang bermental baja
saja masih membutuhkan pujian, pengakuan, dorongan semangat..
But if the bad are the only ones put on the spotlight, it could break one’s spirit. Don’t assume
everyone has same mental condition. Even the toughest one still needs praise,
recognition, support..
*
* * * *
Beberapa bulan lalu seorang teman mengundurkan diri. Itu
adalah klimaks dari suatu permainan yang tidak adil.
Few months ago a
friend resigned. It was the climax of an unfair game.
Dia merasa diperlakukan dengan tidak adil ditempat kerjanya.
He felt he was
treated unfairly in his work place.
Sebaliknya dari bersikap sabar, menerimanya dengan iman dan
membawa perkara itu pada Tuhan, dia memutuskan untuk bertindak dengan bangkit
melawan dengan kekuatan serta caranya sendiri.
At the time where he
should be patient, accepted it with faith and brought it to God, he decided to matters
on his own hand so he fought back using his own power and ways.
Saya mulai terusik ketika mengetahui dia menyerang
orang-orang yang telah berbaik dan bersabar hati menghadapi serta menerimanya.
It annoyed me upon
knowing he attacked people who have shown kindness to him and have patiently accepted him the way he is.
Saya menganggap hal itu sebagai suatu ketidakadilan.
I took it as an
unfairness.
Tapi yang lebih menyedihkan adalah melihat bagaimana ketidakadilan menghasilkan pertandingan
yang tidak adil.
But the saddest
thing is to see how that unfairness has created an unfair game.
Lalu apakah hasil dari suatu ketidakadilan selain membawa
kemarahan dan sakit hati dari banyak orang termasuk akhirnya dirinya juga.
So what is the outcome
of unfairness than bringing anger and heartache for many people including he
himself at the end.
Adakah yang diuntungkan?
Is there any benefit
out of it?
Tidak ada. Semua menderita kerugian.
None. Everyone
suffered a loss.
Adakah yang menang? Mungkin beberapa orang mengira pihaknya
menang tapi buat saya sebetulnya tidak seorang pun menang.
Was there any winner?
Maybe some people thought their side won it but to me no one won it.
*
* * * *
Hari Minggu kemarin semua berjalan baik. Tidak ada
kesalahan. Adakah pujian? Adakah pengakuan tentang hal itu? Adakah penghargaan?
Last Sunday things
went well. No errors. Was there any praise? Any recognition to it? Appreciation?
Tidak ada.
Nil.
Ah, harusnya hal
itu tidak perlu bikin saya heran.
Ah, it shouldn’t
surprise me.
Karena memang seperti itulah mereka.
Because that’s the
way they are.
Saya berusaha melakukan pekerjaan saya dengan baik. Saya
tidak peduli apakah mereka melihatnya atau tidak, mau memuji atau tidak, mau mengakuinya atau tidak.
I try to do my job
the best I can. I don’t give a damn whether they see it or not, whether they give me praise or not, whether they recognize it or not.
No comments:
Post a Comment