Minggu lalu saya sempat dibuat kebat-kebit dengan satu orang
karena pesan whatsapp, sms, email dan telpon saya tidak dijawab.
Last week somebody drove
me nearly crazy for not replying my whatsapp and text messages nor my email and
phone calls.
Padahal saya sangat membutuhkan konfirmasinya karena hari
Minggu dia akan bertugas.
I needed her
confirmation badly because she would be on duty on Sunday.
“Ini orang kemana sih?” pikir saya gemas “Apa dia lagi sibuk
banget, pelupa, kagak punya pulsa, kagak mikir ini perlu dibalas, nganggap ini
ga penting atau dia lagi marah ke saya? Ngambek? Ngediemin saya? Atau lagi
keluar kota? Keluar negeri? Keluar angkasa? Hpnya rusak atau dicolong? Atau
lagi sakit? Koma di ruang ICU?”
“Where the hell is she?”
I thought agitatedly “Is she very busy, forgetful, running out of mobile credit, does not
think it needs to be replied, consider it unimportant or is she upset to me?
Turn icey to me? Don’t wanna speak to me? Or is she out of town? Go overseas?
Go outer space? Is her cellphone broke down or stolen? Or is she ill? Coma in
the ICU?”
Saya senewen kayak orang gila sampai akhirnya saya berdoa
dan saya dengar suara Tuhan menjawab lembut “Dia akan datang hari Minggu,
jangan khawatir, Keke”
I was so damn nervous
that I finally prayed about it and I heard God gently answered me “She will be
there on Sunday, don’t worry, Keke”
Itulah yang terjadi.
It really happened.
Saya menghampirinya dan tanpa menunjukkan atau mengatakan
keheranan serta kedongkolan saya atas diamnya dia, saya berkata “saya tidak
bikin print outnya. Mudah-mudahan kamu sudah print sendiri di rumah”.
I went to her and
without showing or saying my curiosity and upsetness for her silence, I told
her “I didn’t make any print out so I hope you have printed it at home”
“Oh iya” dia menengok sejenak ke saya “Aduh, mana semalam
yahoo susah dibuka” lalu dia kembali mengobrol dengan orang yang berdiri
didepannya.
“Oh yes” she looked at
me for a second “Man, yahoo was having trouble to login last night” she then
resumed her conversation with the person infront of her.
Tidak ada kata terima kasih atau maaf diucapkannya.
There was no thank you
nor sorry from her.
Tanpa berkata apa-apa saya juga meninggalkannya. Kembali ke
ruang kerja saya. Membawa sejuta pikiran. Tersenyum sendiri saya ketika sebaris
kalimat muncul dibenak saya “Manusia Read Only”.
I too left her without
saying a word. Went back to my office. Taking millions of thoughts in my head.
I smiled quietly when a line popped in my mind “Read Only Person”.
Satu lagi pengalaman.
Another experience.
Pengalaman untuk dituliskan di blog.
An experience to be
written in the blog.
Bukan untuk mendiskreditkan orang. Semata untuk berbagi
pengalaman. Supaya mereka yang membaca blog ini bisa belajar dari pengalaman
saya.
Not to discredit anyone.
Just sharing the experience. So whoever reads this blog can learn from my
experience.
*
* * * *
“Dulu ibu saya selalu nyuruh saya buat nulis ucapan terima
kasih” tiba-tiba terdengar suara Andre dari belakang.
“My mom used to ask me
to write thank you letters” suddenly I heard Andre’s voice from my back.
Kaget, saya menoleh dan melihat dia berdiri dibelakang saya.
Surprised, I looked back
and saw him stood behind me.
“Aduh, kirain kamu lagi nonton tv” kata saya.
“Man, I thought you were
watching tv” I said to him.
Dia menunduk, mencium saya dan berbisik “Saya lapar. Mau
roti pakai selai kacang?”
He bowed down, kissed me
and whispered “I’m hungry. Wanna peanut butter sandwhich?”
“Mau banget” saya menciumnya “Terima kasih”
“Yes, please” I kissed him
“Thanks”
Saya memperhatikan dia membuka lemari makan, mengambil roti,
selai kacang, mentega dan pisau.
I stared at him while he
opened the kitchen cabinet, took the bread, peanut butter, butter and knife.
“Apa maksudmu tadi dengan ibumu selalu nyuruh kamu nulis
ucapan terima kasih?” tanya saya karena tiba-tiba teringat pada ucapannya.
“What do you mean your
mom always told you to write thank you letters?” I asked him as I suddenly
remember the things he said earlier.
“Setiap kali saya menerima hadiah ulang tahun, hadiah natal
atau pemberian dari siapa pun, dia selalu menyuruh saya segera menulis surat
untuk mengucapkan terima kasih” Andre membuka kulkas, mengambil keju dan
menatap saya “Keju?”
“Everytime I got
birthday present, Christmas present or gift from somebody, she always told me
to write thank you letter” Andre opened the fridge, took the cheese and looked
at me “Cheese?”
“Ya” saya nyengir. Roti selai kacang dengan keju.. mmm..
Terima kasih, Tuhanku sayang, sudah sembuhin perut saya.
“Sure” I grinned. Peanut
butter sandwhich with cheese.. mmm.. Thank you, dear Lord, for healing my
stomach.
Dia duduk, mulai mengolesi roti dengan mentega, selai kacang
dan menaruh lembaran keju diatasnya. Saya memperhatikannya. Menunggu dengan
sabar kelanjutan kata-katanya.
He sat down, smeared the
bread with butter, peanut butter and put slices of cheese on each of the bread.
I watched him. Waiting patiently for what he’s got to say.
“Waktu selintas saya baca tulisanmu itu, saya jadi ingat
sama ibu saya” dia menatap saya “Dia selalu mengingatkan saya untuk menghargai
orang. Untuk memberi respon”
“When I slightly read
your writing, I just remembered my mom” he looked at me. “She always reminded
me to appreciate people. To give respond”
Saya tersenyum. Diberkatilah ibunya untuk memiliki
kebijaksanaan seperti itu.
I smiled. Blessed be his
mom for having that kind of wisdom.
“Dia memberikan contoh” Andre memotong-motong roti “Setiap
kali kami pulang setelah menghadiri pesta atau makan malam, dia pasti akan
duduk dan mulai menulis surat untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang
mengadakan acara itu”
image: www.123rf.com |
Dia bangun untuk mengambil piring “Jaman kita dulu alat
komunikasi tidak secanggih sekarang kan jadi kita pakai surat”
He got up to take some
plates “Back then communication gadgets were not as cool as today so we wrote
letters”
“Jaman semakin maju tapi yah, nilai-nilai baik malah
merosot” dia menaruh roti diatas piring dan menyerahkannya ke saya “Merespon
adalah cara sederhana untuk menyatakan penghargaan kita”
“It is getting
sophisticate now but well, good values are degrading” he put the bread on plate
and handed it to me “Giving respond is a simple way to express our gratitude”
“Terima kasih, sayang” saya menciumnya “Kalau saya ga bisa
habisin..”
“Thank you, baby” I
kissed him “If I can’t eat this all..”
“Makanlah sambil kita ngobrol dan kamu ngerjain draft itu”
dia menepuk pipi saya “Kamu harus makan buat bikin badanmu kuat lagi. Saya ga
mau lihat kamu pucat, kurus, jelek, tau, jadi kayak nenek-nenek”
“Eat it while we talk
and you work on that draft” he patted my cheek “You have to eat to make your
body gain its strength. I don’t wanna see pale, skinny, you look ugly, don’t
you know? You look like an old woman”
Saya tersenyum. Alangkah nyamannya mendengar dan melihat
orang memberikan respon. Kalau anda membaca postingan saya yang berjudul Remember Gethsemane, anda akan mengerti
bagaimana perasaan saya ketika saya sakit dan orang-orang di kantor.. yah..
mereka cepat sekali merespon kalau saya melakukan kesalahan tapi ketika saya
melakukan semuanya dengan benar dan ketika saya sakit.. bagi mereka saya
hanyalah mahluk astral.
I smiled. It is so
comforting to hear and see somebody responds. If you read my post, Remember Gethsemane, you will understand
how I felt when I fell ill and the people at work.. well.. they are quick to respond
to my errors but when I do things right and when I fall ill.. to them I am an
invisible creature.
Demikian pula yang saya rasakan ketika orang yang saya
kirimi pesan sms, whatsapp, email dan telpon tidak merespon.
The same feeling when the messages I sent to someone through whatsapp, sms, email and phone were left unresponded.
*
* * * *
“Maaf, smsnya baru dibalas”,
“Sorry,
I just reply your text message”,
“Aduh sori, baru buka whatsapp
sekarang”,
“Man, sorry, I just have checked my whatsapp”,
“Maaf, telpon ga diangkat. Tadi lagi
mandi”
“Sorry,
didn’t answer the phone. I was on the shower”
“Sori, emailnya telat dibalas. Lagi
sibuk banget jadi baru bisa balas sekarang”
“Sorry,
the email wasn’t replied promptly. So wrapped up with work, just got the time
to reply it now”
Itu respon saya kepada pengirim pesan-pesan yang terlambat
saya balas atau pada orang yang menelpon saya tapi telponnya tidak terjawab
oleh saya.
Those are my respond to
anyone who sent me messages that I couldn’t reply promptly or to anyone who
called me but the call left unanswered.
Respon yang sederhana dan jujur itu biasanya menenangkan
kegelisahan orang.
Simple and honest
respond usually enough to calm down people’s anxiety.
Ada respon yang bikin saya senyum-senyum sendiri.
There is a respond that
made me smiled.
Sekali waktu saya menghubungi seseorang lewat sms dan telpon tapi tidak
pernah direspon. Jadi saya hubungi istrinya. Ternyata, yah, sama aja mentoknya.
I once contacted somebody
through text message and phone call but got no respond. So I tried to reach his
wife. Well, it was the same dead end.
Tepat ketika saya sudah menyerah, saya menerima sms ini.
Right at the time I have given up, I received this text message.
Sederhana dan jujur sekali tapi saya sangat lega karena dia
sudah konfirm dan yang paling penting adalah karena dengan respon itu dia tidak
membuat saya mengajukan seribu pertanyaan seperti pada contoh kasus pertama
yang saya tulis diatas tadi.
Simple and so honest but
I was so glad to have her confirmation and most importantly is her respond made
me not having thousand of questions just like in the first case that I have
written above.
Yang pasti saya tidak merasa tidak dihargai seakan saya ini
mahluk astral.
One thing for sure is I
don’t feel being unappreciated as if I were an invisible ghost.
*
* * * *
Jangan mengira ‘manusia read only’ itu adalah orang-orang
yang rendah pendidikannya, tingkat intelegensianya rendah atau dari golongan
masyarakat bagian bawah.
Don’t assume the ‘read
only people’ are low educated, low in intelegence or come from low level of
society.
Rata-rata yang saya temui adalah mereka yang pendidikannya
jauh lebih tinggi dari saya, jauh lebih pintar dan dari golongan menengah ke
atas.
The ones I met are
mostly have high level of education, higher than mine, smarter than me and come
from middle to high level in the society.
Mereka yang serba biasa saja malah lebih punya pikiran dan
kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Truth is the average
ones are more mindful to other people’s feelings.
Benar kata Andre, semua bergantung dari kebiasaan yang
ditanamkan oleh orang tua pada anak dan tentunya kembali pada anak itu sendiri
apakah kebiasaan itu akan dia bawa terus atau hilang ditengah jalan.
Andre is right,
everything depends on the values instilled by parents to a child and certainly
it depends on the child whether he/she will keep the values or lost in along
the way.
*
* * * *
Tapi memang ada orang dengan tipe kepribadian tertentu yang
terlahir dengan pembawaan untuk menjadi ‘manusia read only’. Jadi bukan karena
mereka tidak punya kepekaan atau tidak bisa menghargai perasaan orang lain.
However, there are
people born having this type of personality that turns them into ‘read only
people’. So it is not because they are insensitive or can not appreciate other
people’s feelings.
Contohnya seorang senior saya yang menjawab pesan sms atau
whatsapp dengan cara menelpon.
Take my senior as an
example, he answers text or whatsapp messages by calling the sender.
Kenapa begitu? Karena dia merasa lebih enak kalau ngomong
langsung. Mungkin karena dia tidak sabaran kalau harus ngetik jawaban
panjang-panjang.
Why? Because he feels
comfortable to talk directly. Maybe he is impatience to type long answer.
“Kamu tuh kayak anak-anak saya” katanya sekali waktu sambil
nyengir lebar “Pada bisa ngetik pesan panjang-panjang. Saya ga bisa, tau.
Enakan nelpon”
“You are just like my
kids” he said, grinned broadly “They can type long messages. I can’t, y’know.
It is better to call”
Nah, karena sudah ada pemberitahuan seperti itu saya jadi
tidak berpikir negatif kalau dia tidak ada respon darinya untuk sms atau pesan
whatsapp saya.
Since he has let me know
why he is unresponsive toward my text or whatsapp messages, it prevents me of
having negative thoughts.
Tapi kadang-kadang saya juga suka kesal karena dia tidak ada
bunyinya. Di telpon juga tidak menjawab. Kalau sudah begitu, saya akan mengirim
pesan whatsapp singkat “Bapaaaakkkk!!”
image: www.123rf.com |
Pasti deh dia akan menelpon dan begitu saya mengangkat
telpon yang terdengar adalah “Apa, bawel?” atau “Bawel, bawel, bawel” dan saya
cekikikan mendengarnya.
He is definitely calling
me right away and once I picked up the phone he is blurbing out “What is it,
you noisy little thing?” or “Noisy, noisy, noisy” and it makes me giggle.
Nah, asyik kan kalau ketemu sama manusia tipe read only
kayak gitu yang ga bikin hati jadi murang-maring.
So, isn’t it cool to
have a read only person like that who won’t drive me insane.
Atau contoh lainnya; teman saya yang juga tipe manusia read
only pernah bilang ke saya “Kalau ga ada berita dari saya, itu artinya semua
ok”
Or other example; a
friend of mine who is the read only person once told me “If you hear nothing
from me, it means everything is ok”
Kan enak dong kalau sudah dikasih kode kayak gitu jadi saya
ga pegel hati nungguin konfirmasi dari dia.
It is nice to be given
such a code so I don’t have to get pissed waiting for his confirmation.
*
* * * *
Sayangnya tidak semua manusia read only seperti dua contoh
diatas itu. Mayoritas sih tega diam saja biar pun pesan sms atau whatsapp
bertebaran, telponnya menampilkan pemberitahuan ada miscall.
Too bad not all read
only people are like those two in the above examples. Many have the heart to
ignore the text or whatsapp messages, able to stay ignorant though there is
miscall notification.
Efeknya jadi tidak baik.
It creates bad effect.
Kira-kira enam bulan yang lalu kepada seseorang saya
menyampaikan hal-hal yang mengganggu bagi saya dengan keinginan supaya kami
bisa mencari jalan keluarnya.
About six months ago I
let somebody knew about the things that bothered me, hoping we could find some
solution.
Saya menunggu, menunggu dan menunggu.
I waited, waited and
waited.
Tidak ada respon sama sekali.
There was no respond at
all.
Saya kembali menanyakan tapi sepertinya dia menutup telinga terhadap
saya.
I did ask him about it but it seemed he
turned deaf to me.
Sampai akhirnya saya kehilangan kesabaran.
I lost my patience
eventually.
Saya bingung, kecewa, marah, sedih, sakit hati.
It confused, disappointed,
angered, saddened, hurt me.
Bahkan setelah saya mengambil keputusan itu.. saya masih
berharap dia akan merespon..
Even after I made that
decision.. I kept a hope he would respond..
Tapi percuma menunggu dan saya pun membuang semua harapan
dia akan datang, merespon dan meminta saya kembali..
It was no use to wait
and I threw away all the hope that he would come, respond and ask me to go
back..
Justru Andre yang datang, mengatakan bahwa dia masih
menyayangi saya dan minta saya untuk mau kembali padanya.
Instead, it was Andre
who came, telling me that he still loves me and ask me to return to him.
Ketika itu sudah kira-kira tujuh bulan kami putus dan selama
itu dia seperti tidak pernah capek, bosan atau menyerah untuk melepaskan
cintanya pada saya.
At that time we have
broke up for about seven months and during that time he seemed never tired,
bored or given up to let go his love to me.
Yah, pada akhirnya saya melihat sendiri siapa yang
benar-benar mencintai saya.
Well, eventually I saw
it myself who really loves me.
Kamu sendirilah yang menempatkan
saya pada sikon yang bikin saya harus memilih dan saya sudah memilih. Saya
bahagia sekarang.
It is
you yourself who put me in a situation that made me had to choose and I have
made my choice. I am happy now.
*
* * * *
Begitulah kisah manusia-manusia read only.
So there goes the story
about read only people.
Mengajarkan banyak hal. Menyingkapkan rahasia. Memberikan
pengalaman berharga.
Hahai..baca post ini mengingatkan saya kembali ttg manusia read only ini dan segala efek 'rasa' yg diberikannya :D
ReplyDeleteSungguh 'dalem' dirimu menuliskannya. Great content! Salam kenal ^_^
hai.. ini mama aira ya? tq buat komennya. hehehe.. masing-masing punya pengalaman ya sama manusia tipe read only
ReplyDeletebahasa inggrisnya jago, sy cuman punya kuncinya doang; kunci inggris hehehe
ReplyDeletewkwkwk.. dulu jaman sekolah saya bego ampun-ampunan di matematika jadi kompensasinya ke bhs inggris & Tuhan kasih saya otak bhs jadi belajarnya gampang aja. Mau diajarin bhs inggris sama saya?
ReplyDelete