Hari Selasa datang dan pergi selama empat tahun ini.
Tuesday come
and go in these four years.
Tapi dia tetap menjadi hari libur saya.
But it is
still my day off.
Saya bekerja sebagai tenaga administrasi di kantor gereja.
Karena itu tidak mungkin saya libur setiap hari Sabtu atau Minggu.
I work as
administrator in church office. That is why there is no way I can get days off
every Saturday or Sunday.
Jadi saya selalu masuk pada hari-hari dimana sebagian besar
orang bisa libur.
So I am all
present on the days when most people can have their days off.
Tapi hari libur saya yang beda sendiri ini bikin sebal
teman-teman saya karena ketika mereka ingin jalan-jalan, saya tidak bisa ikut.
However, my
unusuall day off has upset my friends because when they wanted to go traveling,
I can never able to join them.
Ya, saya juga
sebal karena saya jadi sering tidak bisa ikut jalan-jalan dengan mereka.
Well, it
upset me too for not able to go traveling with them.
Yang paling nyebelin adalah tidak bisa jalan-jalan dengan
pacar.
The most
upsetting is, not able to go traveling my boyfriend.
Dalam kurun waktu delapan tahun saya pacaran dengan mantan
saya, Andre, enam tahun kami lewatkan dengan pacaran jarak jauh karena saat itu
dia masih tinggal dan bekerja di negerinya. Jadi selama enam tahun itu kami bertemu paling
banyak hanya tiga kali dalam setahun.
Of my eight
years relationship with my ex, Andre, six years were spent in form of long
distance relationship because at that time he was living and working in his
country. So in those six years we could only meet three times a year at max.
Pada saat-saat demikian kami berdua biasanya pergi traveling
bareng selama seminggu atau dua minggu.
So during
those time we usually went traveling for one or two weeks.
Hal itu masih bisa saya lakukan karena saya masih bekerja
sebagai guru TK. Dua kali setahun sekolah tentu saja libur panjang dan itu
adalah kesempatan untuk Andre mengajak saya pergi traveling.
I could do
that because I was working as kindergarten teacher. Twice a year school closes
on long holiday and those were the time when Andre could take me go on
traveling.
Ceritanya jadi berbeda setelah saya berhenti bekerja sebagai
guru TK.
It became a
different story after I resigned my post as kindergarten teacher.
Ini bikin Andre frustrasi karena kami tidak bisa lagi pergi
traveling jauh-jauh dan paling lama hanya tiga hari.
This
frustrated Andre because we can’t make long distance traveling and we can’t go
longer than three days.
“Sudah kita jarang ketemu, sekalinya ketemu kita tidak bisa
lama-lama pergi liburan” keluhnya “Akhir minggu pun kamu tetap kerja”
“We rarely
meet, once we can get together, we can have only short time to go traveling” he
complained “You even work on the weekend”
Yah, apa boleh buat, resiko jabatan. Yang penting kan
quality time. Biar pun cuma tiga hari tapi bukan berarti kita tidak bisa
menikmati liburan bareng itu. Justru kami jadi kompak dan masing-masing
berusaha untuk jadi rekan jalan yang enak supaya traveling menjadi saat yang
menyenangkan.
Well, what
can I say, it’s occupational hazard. What’s important is quality time. Though
it is only three days traveling, it doesn’t mean we can’t enjoy it. Infact it
has made us a good team as each of us tried to be a fun traveling companion to
make our traveling time enjoyable.
Nah, empat bulan lalu hubungan kami berakhir dan ada banyak
konsekuensi. Satu diantaranya adalah saya kehilangan teman jalan.
Well, we
broke up four months ago and there are many consequences. One of them is I have
been missing my traveling companion.
Andre pasti tidak keberatan untuk tetap jadi teman jalan
saya tapi saya lebih suka kalau bisa jalan-jalan bareng pacar. Ya, aneh juga
dong kalau punya pacar tapi setiap traveling kok bareng mantan pacar.
Andre
definitely doesn’t mind to remain my traveling companion but I prefer to go
traveling with my boyfriend. Well, it would be pretty weird to have a boyfriend
but whenever I am going traveling, my traveling company is my ex-boyfriend.
Tapi sepertinya pilihannya memang terbatas, pergi traveling
sendiri atau dengan Andre.
But it seems
I ran out of option, it is either go on my own or have Andre as my traveling
companion.
Dengan teman?
Going
traveling with friends?
Bukan pilihan.
Not an
option.
Karena rata-rata teman saya tipe cheerleader, dalam artian
semangatnya cuma awalnya saja. Belakangan pada mundur dengan kasih alasan ‘ga
bisa cuti’, ‘ga ada waktu’, ‘ga punya duit’.
Because most
of my friend is cheerleader type, it means they got excited only at the start. They
back off with excuses such ‘cannot take a leave’, ‘don’t have time’, ‘don’t
have money’.
Pret!
Blah!
Saya paling kagak suka dengan orang-orang kayak gitu.
People like
that just make me sick.
Kalau memang ga bisa, dari awal ngomong, bray. Masing-masing kita kan bisa ngukur
kemampuan, tenaga dan sikon sendiri. Jadi ngapain bilang iya kalau sudah tahu
kagak bakal bisa atau kagak mau jalan? Takut bikin saya marah atau kecewa? Eh,
gue kasih tahu nih, gue lebih kecewa dan marah berat ke orang yang awalnya bilang
mau tapi kemudian enteng aja ngebatalin rencana jalan.
If you can’t
go, say so from the start, pal. Each
of us can measure our own capability, energy and situation. So why the hell say
yes when you know you can’t or won’t go? You don’t want to make me upset or
angry? Well, let me tell you this, it makes me more upset and angry when
somebody tells me he/she can go but later just cancel it, just like that.
Ga punya duit? Ngomong dong, kan traveling bisa di atur
supaya bisa ngumpulin duit dulu. Jangan malu atau gengsi ngaku duit ga cukup.
Don’t have
the money? Why don’t you just say so? Traveling time can be made after we have
enough money. Don’t be embarrassed or have too much pride to admit that you
don’t have the money.
Waktu bulan Mei saya traveling ke Ambon bareng Dessy,
mahasiswa yang magang di kantor saya, mau tahu ga berapa biayanya? Tiket
pesawat sekali jalan saja lebih dari sejuta. Nah, begitu kami berdua bikin
rencana untuk ke Ambon, dari setahun sebelumnya saya nabung. Saya ngirit
sejadi-jadinya karena jangan kira gaji saya seabrek-abrek. Gaji saya masih
dibawah UMR dan saya kerja buat kasih makan orang tua saya juga. Tapi karena
saya niat buat traveling ke Ambon, saya bela-belain nabung dan atur
pengeluaran. Akhirnya duit tabungan ditambah duit hadiah ulang tahun dari Andre
serta beberapa teman dan duit THR bikin saya bisa mewujudkan rencana jalan ke
Ambon.
When I went
to Ambon in May with Dessy, the intern in my office, do you know how much it
cost? One way plane ticket was more than one million rupiah. Once we made the
plan to travel to Ambon, for a year I saved my money. I lived on scraps as I
don’t make a fortune. My salary infact is below minimum wage region and I work
to feed my parents as well. But once I made up my mind about going to Ambon, I
saved my money and watched my expenditures. Finally my saving along with money
I received as birthday gift from Andre and few friends and my annual Christmas
bonus have made me able to travel to Ambon as planned.
Ga bisa cuti? Buset, saya tidak pernah mendadak kalau bikin
rencana jalan karena saya harus perhitungkan waktu saya juga, apalagi kalau
saya mau ngajak orang. Saya pasti ngajaknya dari jauh-jauh hari, sebulan atau
minimal dua minggu sebelumnya.
Can’t take
any leave? Oh please, I have never made last minute traveling plan as I have to
calculate my own time, let alone if I have others to company my traveling. I
definitely will give one month prior notice or two weeks.
Sejauh ini teman jalan saya yang paling enak, fleksibel,
sama nekad dan gilanya dengan saya ya cuma Andre dan Dessy.
Fatahilah Museum, Jakarta |
So far my
most fun, easy going, strong willed and as crazy as myself traveling companion
are just Andre and Dessy.
Saya punya beberapa rencana jalan tapi belum tahu mana yang
mau saya wujudkan lebih dulu.
I have made
few traveling plans but don’t know yet which one will I go to.
Untuk yang dekat sih dananya ada. Traveling ke Ambon tidak
bikin saya jadi bangkrut. Tabungan saya masih bersisa dan selama enam bulan ini
saya kembali menabung karena saya punya target traveling lagi.
I have the
budget for the short distance destination. I didn’t get bankrupt after returned
from Ambon. I still have some money in my saving and I have saved some in the
past six months as I have another traveling plans.
Untuk yang jauh masih terbentur pada duit dan apa saya akan
jalan sendiri atau mengajak Andre? Saya tidak takut traveling sendiri tapi
kalau bisa ada teman, traveling jadi lebih asyik. Kalau dengan Dessy, saya
harus menunggu sampai dia datang ke Bogor bulan depan.
The long
distance ones have made me bumped into money and whether I will travel on my
own or with Andre? I am not afraid to go on my own but it is much fun to have
traveling companion. Dessy will definitely be my traveling company but I have
to wait next month after she arrives in Bogor.
Yah, kemana nantinya saya traveling pasti akan saya bikin
jadi postingan di blog ini.
No comments:
Post a Comment