Adakah
kesempurnaan itu?
Does
perfection exist?
Pasangan yang
sempurna..
The perfect couple..
“Saya dengar kamu minta putus dari Andre” perkataan Shirley membuat
saya tertegun.
“I heard you broke up with Andre” Shirley’s words stunned me.
Hari Selasa pagi itu saya bertemu dengan Shirley dan
putrinya Lauren.
I met Shirley and her
daughter Lauren on that Tuesday morning.
Dua tahun lalu Shirley pernah menitipkan Lauren pada saya
dan Andre selama kira-kira seminggu. Shirley adalah satu dari sekian banyak
teman Andre yang kemudian menjadi teman saya juga.
Two years ago Shirley left
Lauren in our care for about a week. Shirley is one of Andre’s friends who then
became my friend too.
“Apa yang terjadi dengan kalian?”
“What happened with you
two?”
Saya menunduk. Pura-pura sibuk menolong Lauren membuka
bungkusan mainannya.
I bowed my head down.
Pretend to be busy helping Lauren unwrapped the plastic bag of her toy.
“Saya tahu ini bukan urusan saya” Shirley menyentuh lengan
saya dengan hati-hati “Tapi kalian berdua adalah teman saya dan selama delapan
tahun ini saya bisa melihat bagaimana kalian saling menyayangi”
“I know this is none of
my business” Shirley gently touched my arm “But the two of you are my friends
and for eight years I have seen how much you loved each other”
Saya menghela napas. Keputusan untuk berpisah dengan Andre
adalah keputusan terberat yang pernah saya buat. Menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman kami membuat hal itu terasa jadi lebih
berat.
I took a deep breath. The
decision to break up with Andre is the hardest decision I have ever made.
Facing questions from our friends have made it feels even harder.
“Saya selalu membayangkan hubungan kalian akan langgeng
selamanya. Kalian akan menjadi pasangan yang sempurna” ada nada penyesalan dalam suara Shirley.
“I have always pictured you guys would last forever. You’d make a perfect couple”
Selama beberapa hari terakhir ini saya baru tahu kalau
banyak dari teman-teman kami yang menyesali perpisahan kami. Dan inti komentar
mereka nyaris sama seperti kata-kata Shirley.
In the past few days I
just discovered that many of our friends feel sorry for our breakup. And their
comments basically talk about the same thing of what Shirley told me.
Kalian akan menjadi pasangan yang sempurna..
You two would make a perfect couple..
Apa sebetulnya yang membuat pasangan bisa dikategorikan
sebagai pasangan sempurna?
What makes a couple can
be categorized as perfect couple?
“Andre tampan dan kamu cantik” kata seorang teman saya “Kalian
berdua pasangan yang enak untuk dipandang”
“Andre is handsome and
you are pretty” said a friend of mine “You guys make a beautiful couple”
“Kalian terlihat cocok satu dengan lainnya” itu komentar
lain yang pernah saya dengar tentang kami.
“You two are matched”
that was another comment I heard about us.
“Kalian terlihat amat saling mencintai”
“You guys look so much in
love”
Kalau Andre dan saya dipandang sebagai pasangan yang
sempurna, kalau hubungan kami terlihat sempurna, cinta kami sempurna.. maka
saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan kesempurnaan itu untuk bisa
bersama dengan orang lain yang bila dibandingkan dengan Andre memang kalah
sempurna tapi dia memiliki suatu kekuatan yang membuat saya memutuskan untuk
memilihnya.
If Andre and I were seen
as perfect couple, if our relationship looked perfect, perfect love.. so I have
made a decision to leave that perfectness to be with other person who is less
perfect compares to Andre but he has something powerful that made me chose him.
Lagi pula, saya tidak mencari kesempurnaan..
Besides, I am not looking
for perfection..
* * *
* *
Pendamping yang
sempurna..
The perfect companion..
Belum lama ini saya menghadiri pernikahan seorang teman dan
melihat dia serta suaminya diberkati sebagai suami istri, saya membayangkan diri
saya dan pacar saya sekarang ini yang berdiri di depan sana.
At the wedding reception |
Not so long ago I
attended a friend’s wedding and when I saw her and her husband were blessed as
huband and wife, in my imagination it were me and my present boyfriend who
stood there.
Suatu bayangan yang membahagiakan hati sampai tiba-tiba saya
menggigil ketika teringat pada sejarah panjang kehidupan saya di masa lalu.
What a happy picture it
was until I suddenly shivered when I remembered to my long past.
Kalau kehidupan seorang manusia diibaratkan sebuah buku,
maka buku kehidupan saya penuh dengan coretan dan noda.
If human’s life were pictured
as a book, my book of life is full with scribbles and stain.
Ketika bersama Andre, saya tahu buku kehidupannya juga
seperti itu dan bahkan lebih parah dari milik saya. Itu sebabnya kami berdua
sama-sama tidak pernah merasa nurani terusik.
When I was with Andre, I knew
his book of life is pretty much same as mine and even worse. It is why none of
us ever had our consciousness bothered by that.
Tapi pacar saya yang sekarang ini punya kehidupan yang amat
sangat berbeda dengan kehidupan saya. Dia jauh lebih sederhana dan murni.
But my present boyfriend
has a different life with mine. He is so much simple and pure.
Dia seharusnya didampingi oleh seorang perempuan yang sama
seperti dirinya, yang memiliki buku kehidupan yang masih bersih.
He should be accompanied
by a girl whose book of life is mostly clean just like his.
Tiba-tiba saya merasa kecil dan tidak layak untuk
mendampinginya..
I just felt I wasn’t good
and proper to be his companion..
Saya mengatakan hal ini padanya, setengah untuk
memberitahunya bahwa perempuan yang dia cintai ini memiliki banyak keruwetan
dan setengahnya lagi untuk memberinya kesempatan mempertimbangkan kembali apa
dia mau menerima saya yang amburadul ini.
I told this to him,
partly to let him know that the woman he is in love with has so many complexity
and another part was to ask him to reconsider his willingness to accept me.
Jawabannya membuat saya sadar bahwa cinta tidak mencari
kesempurnaan. Cinta menerima, mengisi dan menutupi ketidaksempurnaan.
The things he said made
me realized love does not seek for perfection. Love is accepting, filling and
covering the imperfection.
* * *
* *
Tempat yang sempurna..
The perfect place..
Ketika terdapat banyak kekurangan pada suatu tempat, apa
yang akan kita lakukan? Bertahan dan berusaha memperbaikinya atau mundur?
When many flaws are found
in a place, what would we do? Stay around and try to fix it or backed off?
Mundur adalah cara termudah.
Backing off is the
easiest way.
Tapi kalau sekali kita melakukannya, kita akan mengulanginya
kembali dan hal itu bisa menjadi satu pola prilaku kita, apalagi kalau hal itu
juga sudah menjadi pola pikir kita.
But once we do that, we
will do that again and it can turn into our behavior pattern, especially when
it has become a mindset as well.
Karena tidak ada satu tempat dimana segala sesuatunya dan
semua manusia yang berada di sana bisa menciptakan atau mendatangkan kebaikan,
kedamaian atau keharmonisan. Akan selalu ada cacat celanya.
Because there isn’t any
place where everything and every human being there can create or bring good
things, peace or harmony. There will always be flaws.
Mereka yang memilih bertahan atau harus bertahan karena
tidak memiliki pilihan, yang pada akhirnya akan belajar untuk bisa menerima dan
mengatasi ketidaksempurnaan.
They who chose to stay or
have no option than to stay are the ones who will learn to accept and overcome
the imperfectness.
* * *
* *
Hidup yang sempurna..
The perfect life..
Kehidupan dan diri saya demikian amat sangat tidak
sempurnanya hingga membentuk saya menjadi seorang dengan kepribadian kuat,
mandiri, keras tapi juga menjadi seorang pencemas, skeptis dan rapuh.
My life and myself are so
very imperfect that it turns me into somebody with strong personality,
independent, tough but also somebody who constantly worry about lots of things,
skeptical and fragile.
Kita tidak bisa berharap kehidupan dan diri kita menjadi
sempurna.
We can’t wish to have
perfection in life and in us.
Saya tidak memiliki rumus paten untuk menghadapi semua itu.
I don’t have any formula
to deal with it all.
Yang saya tahu adalah saya hanya harus terus berjalan,
belajar untuk menemukan kebahagiaan, kedamaian, kemampuan untuk bisa mengatasi,
menerima, menghargai dan mensyukuri segala ketidaksempurnaan itu, terutama
ketidaksempurnaan yang tidak dapat saya rubah.
What I know is I have to keep on walking, learn to find
happiness, peace, the ability to overcome, accept, appreciate and be grateful
all the imperfectness, especially the one that I can’t change.
No comments:
Post a Comment