Mengenali seseorang tidak berarti hanya mengenali nama dan
mukanya.
Knowing somebody is not just about recognizing the name and how that person looks like.
Mengenali seseorang berarti mengenal
kepribadian, sifat, kelebihan dan kelemahannya.
Knowing
somebody means knowing the person’s personality, characters, advantages and
flaws.
Orang-orang dibawah ini adalah mereka yang harus kita kenali
karena tidak ada pilihan selain harus menerima bahwa mereka ada dalam kehidupan
kita.
There are people whom we have to know simply
because we have no choice than to accept them in our lives.
Orang Tua
Parents
Tidak ada satu pun dari kita yang bisa memilih orang-orang
seperti apa yang akan menjadi orang tua kita. Tidak seperti kalau kita mau
membeli kue atau minyak wangi yang disediakan testernya supaya kita bisa
memilih mana yang sesuai dengan selera dan tipe kepribadian kita.
None of us can choose what kind of people who
would become our parents. It is not like when we want to buy cookies or perfume
and the seller provides some tester so we can choose which one that fits with
our taste and personality.
Kakak dan/atau Adik
Brothers and/or Sisters
Tiba-tiba saja mereka ada dan kita harus menerima kenyataan bahwa
mereka dan kita menjadi saudara karena berasal dari satu orang tua.
So there they are and we have to accept the
fact that they are related to us since we all came from same parents.
Saudara tiri pun sama saja kasusnya. Orang tua yang berpisah
dan kemudian menikah lagi dengan orang lain umumnya meminta atau mengharapkan
anak-anaknya dapat menerima ayah, ibu atau saudara tiri mereka.
Stepbrother or stepsister faces the same
situation. Separated or divorced parent who later remarried usually ask or
expect their children to accept their step-father, step-mother or
step-siblings.
Guru
Teacher
Ketika anak pertama kali bersekolah, umumnya reaksi mereka
adalah takut, cemas atau skeptis. Hal ini karena mereka harus bertemu dengan
orang-orang yang asing untuk mereka.
When a child enrolls in school for the first
time, their generally have anxieties of fear, worry and skeptical. It is
because they have to meet complete strangers.
Untung-untungan menemukan guru yang baik. Saya pernah
menjadi murid dan saya juga seorang guru. Saya bisa mengatakan tidak semua guru
itu adalah orang-orang yang baik apalagi jaman sekarang dimana guru menjadi
tidak lebih dari sebuah profesi tanpa diikuti panggilan hati.
It’s a matter of luck to find good teacher. I used to
be a student and I am a teacher. I can tell that not all teachers are good
people especially these days when teacher is nothing but proffesion and not
something people do based on a call.
Teman Sekelas
Classmates
Dua puluh, tiga puluh atau bahkan lima puluh anak berkumpul
dalam satu ruang kelas adalah contoh nyata sekumpulan individu yang tidak punya
pilihan kecuali harus menerima nasib menentukan mereka harus menempati kelas
yang sama. Bisa saling cocok atau tidak, itu urusan belakangan.
Twenty, thirty or even fifty children are
gathered in one classroom is real example of individuals who have no choice but
to accept they are destined to occupy same class. whether they can get along
well among them or not, that’s a latter matter.
Atasan
The Boss
Kita semua memerlukan pekerjaan. Demi sekian ratus ribu atau
sekian juta, kita harus bisa menerima individu macam apa pun yang posisinya menjadikan
dirinya sebagai atasan kita. Sebagian besar adalah tugas kita untuk menyesuaikan diri dengan atasan kita.
We all need jobs. For the sake of income, we have
to accept whatever type of individual whose position makes him/her our
boss. Most of it becomes our obligation to make ourselves fitted in with the boss personality and characters.
Rekan Kerja
Colleagues
Rekan kerja itu beda dengan teman sekelas.
Colleague is different with classmate.
Kalau kita merasa tidak cocok dengan teman sekelas, kita
bisa cuekin dia. Tapi dengan rekan kerja, demi kelancaran pekerjaan, perasaan
pribadi harus disingkirkan.
We can ignore our classmate when we feel
we’re not in same tune. But with colleague, for the sake of work, we have to cast
aside our personal feelings.
Tuhan
God
Yang satu ini memang bukan manusia tapi tetap saja harus
kita kenali dan pelajar seperti apa kepribadian dan sifat-sifatnya.
Maafkan kalau saya berpendapat manusia itu kadang mirip
kerbau ketika sampai pada hal keyakinan.
Forgive me if in my opinion, human sometimes
is bull like when it comes to their belief.
Anda menjadi muslim karena orang tua anda muslim, saya
menjadi kristen karena orang tua saya kristen, orang lain menjadi budhist
karena orang tua mereka budhist, menjadi hindu karena orang tuanya hindu,
menjadi ateis karena memiliki orang tua yang ateis, menjadi individu yang
percaya dengan tahayul karena demikianlah orang tuanya.
You are moslem because your parents are
moslem, I am christian because my parents are christian, other people become
budhist because their parents are budhist, while others are hindus because
their parents are hindus, becoming atheist for having atheist parents,
superstitious ones for having superstitious parents.
Manusia itu seringkali mem-beo tanpa berpikir. Mempercayai suatu
kepercayaan tanpa benar-benar mengenali Tuhan dalam agamanya itu. Mengikuti
segala aturan atau pengajaran yang agamanya tanpa mempertanyakan apa hal itu
benar atau tidak, datang dari Tuhan atau diperalat oleh manusia-manusia
tertentu yang memiliki tujuan tersembunyi.
Humans are often become blind believer.
Believing something without really know the God in their belief. Following the
rules and teaching without questioning if it is right or wrong, comes from God
or being used by certain people with hidden intentions.
* * *
* *
Kita belajar mengenali orang untuk berbagai alasan.
We learn to know people for various of
reason.
Kita belajar mengenali orang karena kita mengasihi mereka
atau demi kelancaran pekerjaan, untuk keuntungan yang bisa kita dapatkan dari
mereka atau untuk alasan lain.
We learn to know people because we love them
or for the sake of work, to gain profit from them or for other reason.
Mempelajari seseorang sebetulnya bisa membuka wawasan kita
karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Learning to know somebody is actually a mind
opener for us because every individual has his/her positive and negative sides.
Ketika kita belajar untuk mengenali orang lain, kita juga
sebetulnya belajar untuk mengenali diri sendiri karena sisi-sisi dalam diri
orang lain itu membuat kita bisa melihat sisi-sisi dalam diri kita.
When we learn to know other people, we
actually learn to know ourselves because every part in them make us recognize
our own sides.
Selama dua bulan ini seseorang menjadi dekat dengan saya,
seseorang yang sangat menyayangi saya.
In the past two months I have become close
with somebody, somebody who loves me dearly.
Kami sedang dalam masa saling mengenali satu dengan lainnya.
We are in the period of getting to know each
other.
Semakin saya mengenalnya, semakin saya melihat kelebihan dan
kekurangannya.
The more I know him, the more I see his good
sides and his flaws.
Kelebihan dalam dirinya membuat saya melihat kelemahan dalam
diri saya dan semakin menyadari bahwa saya membutuhkan dirinya, membuat saya
makin mencintainya serta mengagumi dan menghormatinya.
His advantages have made me see my flaws and
it makes me realize how much I need him, makes me love, admire and respect him
more.
Kekurangan dalam dirinya membuat saya menyadari bahwa
kelebihan dalam diri saya ada untuk melengkapi dirinya dan itu tidak mengurangi
rasa sayang, kagum dan hormat saya padanya.
His flaws make me realized that my advantages
are meant to complete him and it doesn’t make me lost my love, admiration and
respect for him.
* * *
* *
Setiap manusia membuat sesamanya bahagia dengan kelebihan
yang dimilikinya dan membuat sesamanya tidak bahagia dengan kekurangannya.
Every man makes others happy with
his/her advantages and makes them unhappy with his/her flaws.
Tapi ketika kita hanya berfokus pada kelemahan sesama kita,
segala yang baik dalam dirinya akan tertutup dari mata kita.
But when we focus only on other people’s
flaws, it shut our eyes from seeing their good sides.
Dan itu menutup mata kita untuk melihat bahwa diri kita pun
penuh dengan kekurangan.
And it shut our eyes from seeing our own
flaws.
Itu menghalangi kita untuk belajar mencintai, menerima,
bersabar, mengampuni, bersikap adil dan saling melengkapi.
That is what makes us can’t learn to love,
accept, have patience, to forgive, be fair and complete each other.
No comments:
Post a Comment