Minjem judul lagu orang lagi nih buat dijadikan judul
postingan blog. Tapi seperti postingan sebelumnya, yang satu ini juga tidak ada
hubungan apa pun dengan lagu berjudul di atas yang di tahun 1990an pernah beken
dinyanyikan oleh Taylor Dayne.
Another song
title for my blog post. But just like the previous one, it has nothing to do
with the song. Now this one is the title of Taylor Dayne’s song that was quite
popular in the 1990s.
‘Send Me A Lover’ ..
Kirimkan aku seorang kekasih..
Yang menjadi inspirasi tulisan saya kali ini adalah seorang
teman di Facebook yang rajin banget masang share bergambar sepasang kekasih
yang dihiasi kata-kata romantis. Melihat hal ini membuat awalnya saya berpikir
mungkin dia sedang jatuh cinta atau sedang berada di awal hubungan pacaran
dengan seseorang.
The one who
inspired me to write this post is a Facebook friend because she has put lots
and lots of shares on her wall that made me think she was in love or at the
beginning of a romance.
Tapi selang berapa waktu kemudian (setelah membaca
jawabannya atas komen-komen dari teman-temannya untuk share-share tersebut)
tahulah saya bahwa sebetulnya belum lama ini hubungannya dengan kekasihnya
bubar dan sejak itu dia tidak menjalin hubungan dengan siapa pun.
But a little
while later (after read her replies to her friends comments on her shares) I
knew that she just broke up with her boyfriend and has not been in any
relationship with any man since that.
Entah dia sedang patah hati atau ingin memberi kesan pada mantannya
kalau dia segera mendapat pengganti atau memang share-share tersebut murni
cetusan isi hatinya yang merindukan punya kekasih lagi, memiliki seseorang yang
mencintainya.. entahlah mana yang benar tapi normal saja asal semua masih dalam
batas wajar.
Either this
because she is broken hearted or wanting to show her ex that she has soon found
another lover or those shares are purely talk about her inner feelings that she
wants to have a boyfriend, to have someone to love her.. I don’t know which is
true but I think it is normal as long as it is not crossed the line.
Yang mulai terasa agak keluar jalur kewajaran adalah ketika
saya melihat sepertinya dia menjadikan hal ‘Send
Me A Lover’ ini menjadi ‘Desperately
Hunting for a Lover’.
What I see is
she seems to make this ‘Send Me A Lover’ into
a ‘Desperately Hunting for a Lover’.
Saya pernah mengatakan padanya untuk tidak berkonsentrasi
pada hal tersebut. Dia harus berpikir ke lain hal; dia toh sehat, tidak cacat,
punya pekerjaan, punya dua orang anak, punya orang tua. Jadi berkonsentrasilah
pada apa yang dia miliki dan bukan pada apa yang tidak dimilikinya.
I told her
once that she should focus not on it and think about other things such as she
is healthy, she has a job, two kids, parents. Focus on the things she has and
not the things she doesn’t have.
Tapi dia tetap pada alam pemikirannya, bertahan pada apa
yang dirasakannya.
But she
persistently holds on to her mind.
Saya harap hal ini tidak permanen. Yah, mudah-mudahan..
I just hope
this is temporary. Well, hopefully...
Manusia memang banyak macam. Ada orang-orang tertentu yang
tidak bisa hidup tanpa pasangan. Tapi ada juga yang bisa santai-santai saja
sekalipun sedang single.
There are
many kinds of people. Some feel insecure about being single while others just
completely unbothered.
Memiliki pasangan memang menyenangkan karena orang itu
menjadi pelengkap, mengisi yang kurang atau tidak ada, yang
mengasihi-melindungi-menguatkan. Jadi wajar saja ada rasa kehilangan ketika
tidak memiliki pasangan.
Having a
partner is nice because that person fills the empty spots,
loves-protects-empowering. It makes sense to feel a great loss when losing a
partner.
Tapi memiliki pasangan juga bisa membuat hidup jadi rumit
dan memusingkan kepala bila ternyata orang itu brengsek atau ketika sedang
berada dalam proses saling mengenal dan menyatu.
But having a
partner can make life complicated and bring headache if that person is not a
good one or when the couples are going through the process of getting to know
each other.
Saya sudah merasakan semuanya; hidup sebagai seorang lajang,
punya pasangan, memiliki hubungan yang membahagiakan, menjalin hubungan yang
membawa lebih banyak keresahan.
I have
experienced it all; being single, had a partner, been in a loving relationship,
had a partner who brought nothing but more restlessness to my mind.
Bagaimana kesimpulan akhirnya? Hehe. Saya lebih suka hidup
melajang.
What is the
conclusion? Well, I would rather live as a single.
Tiap orang tentunya beda. Ada banyak hal yang membuat
seseorang merasa dirinya lebih tepat untuk hidup melajang sementara orang lain
merasa tidak mungkin hidup tanpa pendamping.
Everyone has
different opinion, of course. There are reasons why someone thinks living
single is more suitable for her / him while others think it is impossible to
live like that.
Hanya saja jangan memilih hidup berpasangan karena di dorong
oleh motivasi yang tidak tepat. Misalnya takut dianggap tidak laku, nanti tua
tidak ada yang mengurus, tidak mau kesepian, demi berbakti pada orang tua atau
karena alasan-alasan lain yang tidak benar.
Just don’t
have a partner for wrong reasons such as not wanting to be seen as unable to
find a partner, to be called old bachelor or old maid, fearing not to have
anyone to care you when you are old, worry to get lonely, obeying the parents
or for other wrong reasons.
Saya pikir entah pilihan pribadi jatuh pada hidup melajang
atau berpasangan, yang terutama adalah menemukan jati diri dulu karena menurut
pendapat saya, memiliki kepribadian yang kokoh dan sifat-sifat yang sudah
berkembang menjadi lebih baik jauh lebih penting dari pada sampai nangis-nangis
darah saking ngebet pengen punya pacar atau mengorbankan badan serta hati demi
pasangan yang tidak tepat.
Whether the
choice is to remain single or having a partner, in my opinion the important
thing is to find one’s true self because it is better to have a strong
personality and improved characters than spending time thinking to get a
partner or sacrificing both physic and mind for the wrong one.
Akan lebih baik bila kita tidak membiarkan diri
berlarut-larut dalam pemikiran atau keinginan ‘Send Me A Lover’. Tapi memilih untuk berpikir dan melakukan
hal-hal positif.
It would do
us much good when we don’t dwell in the ‘Send
Me A Lover’ mindset and chose to do positive things instead.
No comments:
Post a Comment