Kecintaan saya pada anjing dimulai tahun 1980an sewaktu ayah
saya menghadiahi saya seekor anjing spaniel. Anjing itu kami miliki dari tahun
1983 sampai tahun 1989.
My affection
for dogs started in the 1980s when my father gave me a Tibetan spaniel. We had that
dog from 1983 to 1989.
Kesedihan melihat anjing itu sakit dan kemudian meninggal
membuat kami agak kapok memelihara anjing lagi.
The sorrow
watching the dog got ill and later died made us felt we didn’t want to have
another dog.
Kemudian kami pindah ke Bogor tahun 1998 dan kami menemui
lingkungan yang amat sangat berbeda dengan lingkungan tempat tinggal kami di
Jakarta. Di Bogor ini kami tinggal di kompleks perumahan yang ternyata banyak
anjingnya. Pada waktu itu seorang tetangga memelihara 3 ekor anjing.
We moved to
Bogor in 1998 and we found out that our neighborhood is so much different with
the one we lived in Jakarta. There are many dogs here. We even had a neighbor
who owned 3 dogs.
Dan anjing-anjing itu kadang membawa atau diikuti oleh
anjing-anjing dari blok lain sehingga akhirnya blok tempat tinggal kami selalu
ramai dengan kehadiran berbagai macam anjing.
And those
dogs seemed to have brought other dogs so our block had always had many dogs.
Lama-lama kami, terutama saya dan ayah saya, bersahabat
dengan anjing-anjing ini. Di depan pagar rumah, kami menaruh kaleng berisi air
untuk minum anjing-anjing itu dan kami selalu menyisihkan makanan untuk mereka
tanpa peduli apakah mereka anjing peliharaan atau anjing liar. Tapi yang
diutamakan tentunya yang terlihat lebih kurus dan tidak terawat.
Soon enough
my father and I made friends with those dogs. We even had a can of water in
front of our gate for them to drink and we spared some leftovers to feed them.
Those who looked neglected had our special attention and care.
Tapi ibu saya mengatakan tidak mau memelihara anjing lagi.
Takut rumah jadi kotor. Takut tanamannya diacak-acak. Jadi karena itu akhirnya
seekor anjing milik tetangga kami itu menjadi anjing kesayangan saya dalam
artian saya memeliharanya seperti memelihara anjing sendiri tanpa si anjing
benar-benar menjadi milik saya karena dia selalu pulang ke rumahnya sendiri.
Still, my
mother said she didn’t want us to have another dog. She didn’t want the house
would be dirty or the dog would dig her plants out. So it made me sort of half
owned our neighbor’s dog.
Untungnya tetangga kami itu tidak keberatan berbagi
anjingnya dengan saya. Anjing itu sendiri juga menganggap dia memiliki dua
tuan, dua rumah dan juga dua nama… hehehe… ya, karena saya memberinya nama
Totol karena tidak tahu nama aslinya. Anehnya Totol mengenali nama pemberian
majikannya dan nama pemberian saya.
Luckily that
neighbor didn’t mind to share his dog with me. The dog itself seemed to accept
that it had two masters, two houses and two names.. lol.. yes, I named it Totol
because I didn’t know its real name. Strange is Totol recognized the name given
by its real owner and the name I gave it.
Sayangnya Totol meninggal saat melahirkan anaknya yang
sungsang dan bikin saya menangis setiap malam selama beberapa minggu. Kesedihan
saya lebih karena rasa menyesal tidak mengetahui malam itu adalah malam
terakhir saya melihat Totol masih hidup, dia masih dengan gembira menyambut
saya pulang dari kantor, padahal perutnya sudah sangat besar dan malam itu
sedang hujan. Siapa kira kalau malam itu dia mengalami proses kelahiran yang
akhirnya membuat dia kehilangan nyawa. Seandainya saya tahu, kami pasti akan
membawanya ke dokter hewan.
Unfortunately Totol
died while it was in labour process. It made me cried every night for several
weeks. My sorrow came from regret for not knowing its labour would come that
night. I didn’t know that night would be the last time I saw it alive, it was
raining and still it looked so happy to see me got home from work, jumped
around with big belly. If only I knew, we would bring it to the vet.
Saat itu saya merasa tidak sanggup untuk memelihara anjing
lagi.
I thought I
would never want to have a dog again.
Beberapa bulan kemudian anjing-anjing di kompleks perumahan
kami menghilang. Yang hilang ini adalah anjing yang berkeliaran di jalan. Ini
termasuk anjing-anjing milik tetangga kami itu. Tidak seorang pun dari kami
mengetahui apa yang terjadi pada anjing-anjing itu. Apakah dibunuhi oleh orang
yang tidak suka anjing atau di bunuh untuk di makan?
Several
months later the dogs in our housing complex went missing. Including our
neighbor’s dogs. We never knew what happened to those dogs. Would anyone kill
them or caught, killed and ate them. Yes, some people in Indonesia like to eat
dog.
Saya berpikir Totol terhindar dari semua itu dan hanya dia
yang setidaknya ketahuan dimana tubuhnya berada karena dia di kubur tidak jauh
dari rumah kami. Sementara anjing-anjing yang lain hilang lenyap tidak ketahuan
kemana rimbanya.
I thought
Totol, being had died before it happened, were spared and it is the only dog whose
body, or the remains of it, can still be found because it was buried not too
far from my house.
Doggie was my
unexpected birthday present.
Adik ayahnya menemukan seekor anjing berkeliaran di jalan
dan memutuskan untuk membawanya pulang. Sayangnya (atau untungnya)
anjing-anjing dirumahnya tidak bisa menerima kehadiran pendatang baru itu.
Karena selalu berkelahi akhirnya Doggie diberikan kepada ayah saya.
My father’s
sister found Doggie on the street. She brought it home only to find out that
her other dogs didn’t welcome it. They were constantly fighting with Doggie.
Sudah 6 tahun Doggie tinggal bersama kami. Menjadi
kesayangan kami semua, termasuk ibu saya yang tadinya tidak mau menerima
kehadirannya. Terbukti Doggie adalah anjing yang tahu diri, gampang untuk
dididik dan diajar. Cuma kadang-kadang saja dia menggali-gali tanah untuk
ditiduri kalau udara terlalu panas atau barang-barang gombrang gambreng kalau
dia sedang berburu tikus, cicak atau kadal.. hehe..
It
has been 6 years Doggie lives with us. We love it, including my mother who at
first couldn’t accept it. But Doggie is a nice, polite, easy to teach and
discipline dog. It only occassionaly dug up a hole in our yard as a place to
lie down when the weather was hot or sometimes it made a little mess when it
was having mouse or lizzard hunt.
Punya anjing banyak untungnya. Baik untuk jadi teman,
penjaga rumah, menyingkirkan binatang hama (tikus dan ular) dan juga untuk
menenangkan, menyenangkan atau menyibukkan murid-murid les saya karena
kebetulan juga Doggie menyukai anak-anak kecil. Dan anak-anak itu juga menyukai
Doggie. Buktinya Doggie selalu berada di samping mereka saat mereka sedang
belajar. Sekali-sekali mereka atau saya menyempatkan diri untuk mengelus-elus,
menepuk kepalanya atau malah memeluk serta menciumnya.
Having a dog
in the house bring many benefit. It can be a friend, a guard, keep away
unwanted animals (mouse and snake) and to calm the nerve. My tutoring students
like Doggie and the dog itself like to be around children. I allow it to
present when I tutor the kids so they or myself sometimes give it a hug, kiss,
caress or patting its head in the middle of tutoring.
Eh, saya pernah baca cerita tentang seorang dokter gigi yang
sengaja membiarkan anjing peliharaannya berada di ruang prakteknya karena hal
itu membuktikan pasiennya menjadi lebih tenang saat sedang menjalani
pengobatan. Kemudian ada juga rumah sakit yang melibatkan anjing sebagai alat
terapi bagi pasien-pasiennya.
Actually, I
read a story about a dentist who brings his dog to his practice because the dog
presence helps calming down his patients while they are undergoing medication.
And there is hospital that uses dogs as a therapy for their patients.
Sementara saya memiliki Doggie, Andre memiliki Max. Senang
juga punya pacar yang menyukai anjing karena mantan-mantan saya yang lain tidak
seorang pun yang suka anjing.
And so while
I have Doggie, Andre has Max. It is actually very nice to have a boyfriend who
likes dog because my former boyfriends never share my fondness for dogs.
“I will buy a house if you agree to move in with me” saya akan beli rumah kalau kamu setuju untuk
tinggal sama saya kata Andre “a house that has wide back and front yard so
it is convenient for us to have more than one dog” rumah yang punya halaman depan dan belakang cukup luas supaya enak buat
kita memelihara anjing lebih dari satu.
“I will buy a
house if you agree to move in with me” that is what he told me “a house that
has wide back and front yard so it is convenient for us to have more than one
dog”
Sesuatu yang saya inginkan. Kami tinggal bersama serumah.
Memelihara 2-3 ekor anjing. Ah.. kapan ya semua terwujud..
I want it
very much. We live in our own house. Having 2-3 dogs around. When will it come
true?
Oya, judul di atas itu adalah judul lagu Savage Garden.
No comments:
Post a Comment