Begitulah nasib sedih blog tersayang ini. Judulnya mati suri. Mati ogah tapi hidupnya bagai megap-megap menarik napas. Hiks, sedih.
Padahal ketika dulu saya memulainya pada bulan Oktober 2010,
saya memulainya dengan penuh semangat. Di jaman ketika internet tidak secanggih,
sekuat, secepat dan semudah sekarang, justru saya lebih rajin dan lebih
berkomitmen untuk memasukkan postingan ke blog ini. Kalau dilihat dari
statistiknya, dalam setahun saya bisa menulis puluhan dan bahkan sampai ratusan
postingan. Itu terjadi dari tahun 2010 sampai tahun 2017. Lalu mulai dari tahun
2018 sampai ke tahun ini, postingan berkurang drastis menjadi hanya belasan
saja.
Kenapa bisa jadi begitu? Saya juga tidak tahu. Lupa apa yang
awalnya bikin semangat ngeblog jadi turun demikian drastis. Dari yang hampir
setiap hari ngeposting, turun menjadi sebulan sekali saja postingnya. Lalu pelan-pelan
makin berkurang hingga akhirnya hanya posting setiap beberapa bulan sekali. Yang
paling parah adalah tahun ini. Dari bulan Januari sampai Oktober 2023 ini, saya
hanya menghasilkan satu postingan.
Kalau bukan karena sedang mengikuti Blog Challenge yang
diadakan oleh Kumpulan Emak Blogger, saya yakin tahun 2023 ini akan berlalu
tanpa saya tergerak untuk membuat postingan baru dan hanya pasrah membiarkan
satu postingan saja yang bertengger menghiasi daftar postingan saya di tahun
2023.
Ok, ok. Saya bersalah penuh dibalik absennya saya dalam
dunia berbloggingan. Saya tidak bermaksud untuk mencari sejuta alasan
pembenaran diri. Postingan perdana di Blog
Challenge ini bukanlah untuk menyodori pembaca dengan cerita melankolik demi
membuat semua akan menunduk takzim dalam hening sambil berkata “Ya, kami
mengerti.”
Saya juga tidak akan bersembunyi di balik seribu satu kambing
hitam yang kebingungan ketika diseret naik ke atas podium dan menerima banner
bertuliskan “Salahkan mereka saja, sayang.”
Tidak! Tidak! Tidak!
Mari, saya akan mereview balik ke tahun-tahun ketika saya
masih amat sangat produktif menjadi blogger karena segala sesuatu itu pasti ada
awalnya dan bagi saya tahun 2010 itu dimulai dengan keinginan memasukkan
kegiatan kelas saya ke dalam blog yang kemudian saya share ke Facebook.
Tahun 2005-2011 saya mengajar di sebuah taman kanak-kanak
kecil di daerah Ciomas, Bogor. Dari yang hanya sebagai asisten guru sampai
akhirnya menjadi wali kelas playgroup dan wali kelas TK A. Bukan cuma itu saja,
saya juga mengajar kelas Bahasa Inggris di TK B.
Nah, sejak hari pertama saya bekerja di taman kanak-kanak
itu, saya melihat bahwa orang tua murid selalu ingin tahu mengenai pelajaran
dan kegiatan apa saja yang diajarkan di kelas anak mereka. Tidaklah mudah untuk
mendapatkan informasi itu dengan menanyakan kepada anak berusia tiga, empat
atau lima tahun karena kemampuan logika, minat serta daya ingat setiap anak
berbeda.
Seorang anak yang suka pada pelajaran menggambar tentu lebih
bisa mengingat apa saja yang diajarkan oleh gurunya di kelas menggambar, jadi umumnya
dia akan bisa menjawab ketika ditanya mengenai gambar, bentuk atau warna yang diajarkan
oleh bapak atau ibu gurunya. Beberapa anak bahkan bisa sampai menjabarkan secara
rinci mengenai bentuk atau gradasi warna yang dipelajarinya.
Tapi bagaimana dengan anak yang tidak menyukai pelajaran
menggambar? Selain tentu saja hasil pekerjaan menggambar atau mewarnainya tidak
sebagus atau serapi hasil pekerjaan temannya yang senang menggambar, anak tipe
ini tidak mampu mengingat apa yang tadi dipelajarinya dalam kelas menggambar. Ketika
ditanya, jawabannya antara “Lupa” atau hanya mengangkat bahu, membuat orang tuanya
penasaran, kesal atau bingung.
Bertanya pada guru tentu membutuhkan perjuangan tersendiri
karena waktu yang serba terbatas. Guru tidak bisa mengobrol selama jam kerja, hampir
tidak punya jam istirahat hingga tentu tidak bisa berharap bisa bebas mengobrol
bahkan di jam istirahatnya dan di jam pulang, orang tua yang sering tidak punya
banyak waktu untuk nongkrong dulu di sekolah untuk bicara dengan guru anaknya. Seandainya
pun waktunya ada, dari pengalaman saya, tetap sulit untuk bisa mendapatkan fokus
dan perhatian penuh dari si guru yang harus mengawasi murid-muridnya di jemput
oleh penjemputnya masing-masing, yang belum dijemput, yang belum selesai
mengerjakan tugas dan segala macam hal lainnya yang perlu diperhatikannya.
Sekolah punya kurikulum. Guru menerapkannya dalam bentuk
program belajar dan program kegiatan. Tapi orang tua belum tentu tahu dan
mengerti apa saja kurikulum itu serta apa saja program belajar dan kegiatan
yang dibuat oleh guru. Jadi setiap tahun ajaran sebetulnya orang tua itu
seperti sedang berjalan meraba-raba dalam kegelapan, berusaha untuk mengerti
dari buku pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak-anak mereka.
Saya berpikir untuk menuliskan apa saja sih yang saya
ajarkan dan kegiatan apa saja yang saya berikan di dalam kelas. Tidak dalam
bentuk laporan tapi dalam bentuk postingan blog. Jadi orang tua yang ingin tahu
bisa membacanya dalam blog saya.
Kemudian pertengahan tahun 2011 saya terpaksa harus berhenti
dan berganti profesi. Tidak lagi sebagai guru di sekolah. Saya menjadi karyawan
biasa. Saya mulai agak kehilangan sumber untuk dijadikan postingan. Karena itu
saya mulai menulis campur aduk dari hal-hal kecil sampai sengaja jadi agak
rajin traveling supaya bisa ada bahan untuk dijadikan tulisan.
Awal tahun 2017 ibu saya meninggal. Itu pukulan berat untuk
saya karena walaupun almarhumah sudah lanjut usianya dan kondisi kesehatannya
memang sudah menurun tapi saya tidak pernah membayangkannya untuk pergi demikian
cepat. Saya selalu mempercayai bahwa mama akan bertahan hidup lebih lama lagi. Kepergiannya
merupakan pukulan bagi saya dan almarhum ayah saya.
Saya perhatikan tahun 2017 adalah awal postingan blog saya
mulai menurun. Saya seperti mulai kehilangan motivasi untuk menulis.
Tahun-tahun selanjutnya adalah perpaduan dari berbagai hal. Ayah
saya bertambah usia dan berkurang dalam hal kemampuan fisik serta kesehatannya.
Lalu saya yang harus mengurusi bukan hanya papa tapi juga pekerjaan rumah
tangga selain pekerjaan kantor yang makin lama makin banyak. Kemudian saya mengalihkan
fokus saya dari sebagai penulis blog menjadi penulis buku. Saya rajin ikut
kelas-kelas menulis dan menghasilkan beberapa buku antologi. Semua ini membuat
saya makin malas untuk menulis di blog, di samping beberapa alasan pribadi lainnya
yang ikut menambah kemalasan itu; rencana saya untuk menikah dan puncaknya
adalah ketika ayah saya sakit lalu meninggal beberapa bulan lalu membuat saya
tiba-tiba harus hidup sendiri, harus mengurusi rumah sendiri, menghadapi banyak
rencana yang harus dimodifikasi dan menyembuhkan diri dari depresi.
No comments:
Post a Comment