Tema di hari kedua bener-bener bikin jadi malu sendiri.
Punya banyak teman di komunitas blog?
Ada sih, tapi cuma segelintir. Saking dikitnya bisa dihitung
pakai satu tangan. Hiks. Kebayang kan sebegitu dikitnya. Lha kok bisa?
Karena saya blogger penyendiri. Bukan dalam artian anti
sosial yaaa, karena dalam keseharian saya menjalin kontak dengan banyak orang di
tempat kerja. Muka dan nama saya dikenal oleh banyak orang tidak hanya di tempat
saya bekerja, tapi juga di cabang dari kantor ini. Lalu ada banyak mantan murid
saya ditambah dengan orang tua dan keluarga mereka. Lalu tetangga-tetangga saya
juga kenal dengan saya.
Tapi kalau ditanya berapa banyak teman yang saya miliki?
Nah. Itu pertanyaan yang agak sulit dijawab. Pertama, karena
saya belum pernah mengadakan sensus untuk mengetahui berapa banyak teman yang
saya miliki. Kedua, karena hubungan pertemanan itu kadang bisa berat sebelah
dalam artian seseorang yang saya anggap teman belum tentu menganggap saya sebagai
temannya juga. Ketiga, karena saya seorang penyendiri. Keempat, karena saya
lebih banyak bergaul dengan komunitas penulis.
Mari saya bahas satu persatu.
BERAPA JUMLAH TEMAN YANG DIMILIKI OLEH SESEORANG?
Seorang yang punya sifat tertutup (introvert), pemalu atau
penyendiri bisa lebih cepat memberikan jawaban ketika pertanyaan di atas ini
diajukan kepadanya. Kenapa? Karena dia menarik diri dari pergaulan atau
membatasi pergaulannya maka dia hafal betul berapa banyak teman yang dimilikinya.
Tapi kalau pertanyaan itu diajukan kepada seorang extrovert
atau seorang public figure, tentu jari-jari pada kedua belah tangan dan kakinya
tidak akan cukup untuk dipakai menghitung berapa jumlah teman yang dimilikinya
karena jumlahnya tidak terhingga.
Ketika saya membaca tema hari kedua dari Blog Challenge
Kelompok Emak Blogger ini, mau tak mau saya terpaksa nyengir kuda.
Punya banyak teman di komunitas blog?
Kok ya kayak sedang melakukan survei untuk mengetahui di
komunitas Emak Blogger ini apakah anggotanya saling berteman? Kalau iya,
masing-masing punya teman berapa banyak? Lalu ujung-ujungnya bisa dijadikan
pertanyaan, kalau di komunitas ini ada ratusan atau mungkin sudah ribuan
anggota, kok kenapa masing-masing anggota tidak saling berteman atau kalaupun
berteman lewat komunitas ini, kenapa temannya dikit amat?
Kalau tema hari kedua ini dimaksudkan bukan cuma untuk
membuat statistik angka pertemanan yang dimiliki oleh setiap anggotanya, tapi juga
untuk berupaya mencari cara agar para anggota yang tidak saling kenal atau untuk
mereka yang tidak mendapatkan teman dalam komunitas Emak Blogger ini bisa
menjadi saling kenal dan kemudian menjalin pertemanan, wah, saya acungin jempol
karena ini adalah hal yang sangat baik.
AKULAH TEMANMU DAN KAU TEMANKU
Dulu waktu saya masih jadi guru Taman Kanak-Kanak, ada satu
lagu yang diawali oleh kalimat tersebut. Kata-katanya sederhana tapi cukup
mengena. Bahwa pertemanan itu harus berjalan dua arah. Tidak mungkin hanya satu
arah karena tentunya aneh kalau saya menganggap seseorang sebagai teman tapi
orang itu tidak menganggap saya sebagai temannya.
Apakah ini hal yang aneh? Tidak. Hal ini sangat sering terjadi.
Dua orang atau lebih yang sering menghabiskan waktu bersama dan melakukan
banyak hal bersama hingga di mata orang luar mereka akan terlihat sebagai
sekelompok orang yang saling berteman belum tentu benar mereka adalah teman.
Kebersamaan dan kesamaan minat tidak menjadi jaminan yang membuat
dua orang atau beberapa orang dalam suatu kelompok atau komunitas yang sama menjadi
teman.
Teman adalah urusan hati. Ketika kita merasakan ikatan batin
dengan seseorang atau beberapa orang dan mereka merasakan hal yang sama untuk
kita, maka itu adalah dasar dan ikatan pertemanan. Tanpa itu pertemanan hanyalah
sebatas bibir dan setipis kulit.
Saya tidak menganggap diri saya sebagai seorang introvert
tapi saya lebih suka sendiri. Dalam dunia blogging pun demikian. Saya tidak
menutup diri tapi saya tipe yang menuliskan apa yang saya sukai dan kemudian
melemparkannya kepada dunia dan tidak terlalu merasa harus menjalin hubungan
dengan sesama blogger atau dengan pembaca blog saya.
KOMUNITASMU, KOMUNITASKU, KOMUNITAS KITA?
Saya termasuk dalam mereka yang memperlakukan komunitas
seperti sendok dan garpu ketika akan makan. Karena walaupun saya punya makanan
lengkap yang enak-enak tapi tanpa sendok dan garpu, atau setidaknya sendok, proses
makan tentu menjadi sedikit terhalang atau malah bisa menjadi tidak nyaman. Makan
dengan tangan tentu bisa dilakukan tapi tidak bisa dilakukan di setiap tempat
dan di setiap momen.
Jadi sebagai blogger, saya punya pengalaman atau pemikiran
yang saya tuangkan menjadi satu bentuk tulisan dan tulisan tersebut saya jadikan
satu postingan di dalam blog saya. Lalu, apakah selesai sampai di situ saja? Tentu
saja tidak. Saya memerlukan ‘sendok dan garpu’ agar makanan yang saya makan
bisa masuk ke dalam perut saya. Nah, dalam upaya agar pengalaman atau pemikiran
dalam postingan itu bisa sampai ke pembaca, saya memerlukan satu media dan komunitas
blogger adalah alat atau media tersebut.
Sama seperti saya menghargai fungsi ‘sendok dan garpu’, saya
juga menghargai dan berterima kasih kepada setiap komunitas blogger yang saya
ikuti. Mereka adalah alat yang saya pakai agar setiap postingan saya bisa
sampai ke tujuannya, yaitu kepada pembaca.
Apakah saya harus berteman dengan setiap anggota dalam
komunitas itu? Tentu saja tidak. Saya ramah dan membuka diri tapi saya tetap seorang
blogger penyendiri. Apakah saya menjadi terlihat aneh di mata komunitas atau di
mata anda sebagai pembaca blog? Entahlah. Tiap orang punya penilaiannya
sendiri.
* * *
Punya banyak teman di komunitas blog?
Itu adalah pertanyaan pertama di tema hari kedua. Saya sudah
menuliskan alasan dan pendapat saya mengenai hal tersebut jadi marilah melompat
ke pertanyaan berikutnya.
(Kalau memang punya banyak teman di komunitas blog)
mengapa akrab dengan teman tersebut?
Kalau saya bertanya kepada kamu “Hei, kamu punya banyak
teman di sekolah atau di tempat kerja?” dan jawabanmu adalah iya.
Saya akan mengajukan pertanyaan kedua, “Kenapa kamu bisa
jadi akrab dengan mereka?” Kira-kira apa jawabanmu?
Saya sudah menuliskan sebelumnya bahwa teman adalah urusan
batin. Minat dan kegiatan bersama belum tentu bisa menjadikan seseorang sebagai
teman atau menjadikan dirimu sebagai seorang yang dianggapnya teman.
Kalau ada yang bertanya kepada saya, apa yang bisa membuat
saya menjadi akrab dengan seseorang? Tanpa ragu saya akan menjawab, karena
orang itu memiliki hati yang tulus kepada saya. Dia tidak bersikap seperti
seorang teman tapi di belakang saya dia menusuk punggung saya. Kepercayaan dan
ketulusan sangat penting untuk saya.
No comments:
Post a Comment