Buat saya nih, asyiknya mengajar itu sudah dimulai saat mikir
"Selasa depan apa ya yang mau diajarin ke anak-anak itu?".
For me the fun
of teaching has started when I thought "What will I teach those kids next
Tuesday?"
Karena saya mengajar hanya seminggu sekali maka saya tidak perlu
membahas semua materi. Tinggal saya pilih saja topik apa yang mau saya
fokuskan. Misalnya, minggu ini tema pengajaran masih tentang hewan. Nah, saya
bisa mengajarkan nama-nama binatang dalam bahasa Inggris dan menghubungkannya
dengan topik mengenai angka, warna atau ukuran.
Since my
teaching schedule is just once a week I don't need to teach the whole material.
I need to pick the topic which I will focus on. For example, this week's
teaching theme is still about animal. So I can teach them names of animal in
English and connects it with the topic about number, color or size.
Kalau sudah begini tinggal mikir kegiatan apa yang pas sama
topiknya. Contoh, buat Selasa 11 Oktober tema besarnya tentang hewan, topiknya
pada ukuran tubuh hewan (besar dan kecil).
Now I only
need to find what activity that matches with the topic. For example, the main
theme for Tuesday 11 October is about animal, the topic is on animal's body
size (big and small).
Saya menyimpan segala macam kegiatan yang selama enam tahun
menjadi guru TK pernah saya buat untuk kelas saya. Jadi tinggal buka file-file
dan akhirnya terpilihlah si ikan paus ini.
I file the
activities I did in my class during my six years teaching in kindergarten. All
I need is just open the files and my choice fell on the whale.
Perlu diperbanyak nih. Fotocopy? Ah, ga ada serunya.
I ran out of
copies. Fotocopy? Nah, where's the fun?
Saya bawa kertas-kertasnya ke kantor dan pada waktu jam
istirahat, sambil makan siang saya menjiplak gambar ikan paus itu. Mmm.. begini
baru asyik... seharian sendirian diruangan bisa bikin stress. Kerjaan juga
bikin bete. Internet lama-lama ngebosenin. Saya perlu cari sesuatu yang baru
buat ngusir stress dan kebosanan.
I brought the
papers to the office and during lunch break I draw those whales as I had lunch.
Now that's what I called fun.. being alone in the room the whole day can be
stressing. Work is another boring stuff. So does internet. I need to find
something new to get rid the stress and boredom.
Tidak sampai satu jam selesailah saya menjiplak empat puluh satu
gambar ikan paus. Yap. Empat puluh satu. Anak TK A ada tujuh belas dan TK B ada
dua puluh empat.
Less than an
hour later I was done drawing forty one whales. Yep. Forty one. The class for
4-5 year olds has seventeen kids and the class for the 5-6 year olds has twenty
four kids.
I
love teaching
* * * * *
Dunia saya hitam putih; sehari-hari mengerjakan itu lagi, itu
lagi.. bertemu dengan orang-orang yang itu lagi, itu lagi.. berurusan dengan
perkara yang itu lagi, itu lagi.. jiahh.., benar-benar menghilangkan gairah
hidup.
My world is
black and white; doing same thing everyday.. meeting same people everyday..
struggling with same matters everyday.. man, it's really taking away the spirit
of life.
Ya, saya bersyukur punya kerjaan tapi setelah lima tahun..
intinya adalah; ini bukan tempat yang tepat untuk dijadikan pelabuhan terakhir.
Yes, I'm
grateful to have a job but after five years.. the point is it's not the right
place to be made as the final harbor.
* * * * *
Dua bulan lalu saya main ke TK tempat dulu saya kerja tahun
2005-2011. Murni cuma buat main, nengokin teman-teman di sana mumpung lagi cuti
dan cuti itu tidak dipakai buat traveling.
Two months ago
I went to the kindergarten where I taught in 2005-2011. It was purely to make a
quick stop to see how my friends were doing there while I was on leave and I
was not going traveling on that leave.
"Ke, ngajar lagi dong di sini. Sekolah butuh guru bahasa
Inggris"
"Keke,
will you get back to your teaching post here? School needs an English
teacher"
Saya tolak. Saya punya kerjaan fulltime.
I refused the
offer. I have a fulltime job.
"Mengajarlah di sini seminggu sekali"
"Teach
here once a week"
Pekerjaan saya membuat saya tidak bisa libur pada akhir minggu.
Hari libur saya jatuh pada hari Selasa.
My job makes
me can't have days off on the weekend. My day off is on Tuesday.
"Kalau gitu hari Selasa aja kamu ngajarnya"
"So teach
here every Tuesday"
Deal
* cerita rincinya baca deh di postingan berjudul: We Need You, Teacher (26 September 2016), Back to School (28 September 2016), A Teacher's Happiness (10 Oktober 2016) dan Happy Learner (22 Oktober 2016).
* details can be read in my posts under the title: We Need You, Teacher (26 September 2016), Back to School (28 September 2016), A Teacher's Happiness (10 October 2016) and Happy Learner (22 October 2016).
* * * * *
Capek sih sebetulnya karena itu artinya saya kerja pol tujuh
hari seminggu. Sore pulang dari kantor saya mengajar les bahasa Inggris. Selasa
pagi saya mengajar dua kelas di TK dari jam 8.30 sampai jam 11. dan sorenya
saya mengajar les bahasa Inggris di rumah.
It's
exhausting actually because it means I work seven days a week. I tutor English
after work. I teach two classes on Tuesday morning from 8.30 to 11 am and in
the afternoon I tutor English at home.
"Bu Keke pinter cari duit" komentar seseorang.
"Miss
Keke knows how to make money" said somebody to me.
Saya bersyukur Tuhan memberikan saya bakat mengajar dan
kepintaran dalam bahasa Inggris karena kedua-duanya itu menjadi cara untuk saya
menghidupi diri saya dan orang tua saya.
I am thankful
that God gave me the talent in teaching and in English because those two have
became my way to support myself and my parents.
Keduanya juga menjadi cara Tuhan untuk menghibur saya, membuat
saya merasa hidup saya berarti dan berharga.
They also
becomes God's way to cheer me up, to make me feel my life is meaningfull and
precious.
Anak-anak itu membuat hidup saya berwarna-warni.
Those children
makes my life colorful.
* * * * *
Hai, saya Keke. Saya punya gelar sarjana D3 Manajemen Perbankan
tapi pengalaman kerja saya di bank tidak sampai tiga bulan karena saya keburu
meloncat pindah kerja ke tempat lain. Itu tahun 1996. Saya tidak pernah lagi
mendapat kerja di bank karena tidak ada bank yang menerima saya dan sejujurnya,
saya juga tidak berminat untuk kerja di bank.. hehe..
Hi, I'm Keke.
I have a degree in Banking Management but I worked in a bank for less than
three months because I got another job. That was in 1996. I never had a job at
a bank eversince that because none hired me and to be honest, I never keen on
working in a bank either.. haha..
Sejak saya lulus kuliah tahun 1993 sampai sekarang, saya sudah
bekerja di lebih dari sepuluh perusahaan yang berbeda-beda bidang usahanya.
I have worked
in more than ten companies since I graduated college in 1993 and each company
has different business field.
Yang paling beda adalah ketika di awal tahun 2005..
The most
different one came to me in early 2005..
Saya lagi nganggur waktu itu. Bokek. Bangrut. Bingung mau kemana
Tuhan membawa saya. Semua upaya saya cari kerja tidak berhasil. Masa depan
tidak lagi terlihat hitam dan putih. Semuanya hitam. Gelap.
I was jobless
at that time. I had no money. Bankrupt. I had no idea where would God take me
to. All my job hunting was fruitless. The future was appeared not just black
and white. It was black. Dark.
Jadi sementara orang-orang lain pada usia pertengahan tiga puluh
sudah mapan, mungkin malah sudah sukses, sudah berkeluarga dan siapa tahu malah
mungkin sudah bercucu.., saya lajang, pengangguran dan tidak tahu hidup saya
mau jadi apa.
So while other
people in their mid-thirties have made it all, probably have even became
success, have raised family and who knows maybe have even had grandchildren..,
I was single, unemployed and had no idea what my life would turn to.
Di saat seperti itu tiba-tiba seorang tetangga mengajak saya ke
gerejanya. Lalu ada yang mengajak saya untuk mengajar Sekolah Minggu. Kelas
balita paling banyak anaknya dan karena itu butuh lebih banyak guru, mau ga
saya ngajar di kelas itu?
A neighbor
asked me to go to her church. Later somebody asked me to teach Sunday School.
The toddlers class had lots of kids and so it needed more teachers, would I
like teaching in that class?
"Gila lo, Ke, tau apa lo soal ngajar? Ngajar anak kecil
pula. Lo aja belon pernah punya anak" kata saya pada diri sendiri.
"What are
you insane, Keke, what do you know about teaching? For crying out loud, it's
teaching young kids. You don't even have kids" I told myself.
Dan pengalaman pertama saya di kelas itu memang bikin saya
keringat dingin.
And indeed my
first time in that class made me had cold sweat.
Tapi saya menemukan sesuatu yang mengikat hati saya pada
anak-anak itu.
But I found
something that bound my heart to those children.
Sesuatu yang dulu dan sampai sekarang tidak bisa saya tinggalkan.
Something that
I couldn't and still can't let go.
* * * * *
"Ada TK lagi butuh guru" kata orang tua murid les
saya. Ya, tidak lama setelah saya mengajar di Sekolah Minggu, seorang ibu minta
saya mengajar anaknya bahasa Inggris.
"A
kindergarten is looking for a teacher" said a parent of my tutoring
student. Yes, shortly after I taught Sunday School, a lady asked me to tutor
her son English.
Saya datang menemui kepala sekolahnya. Tidak membawa lamaran
kerja karena niat saya memang cuma untuk melihat seperti apa sih sekolahnya.
I came to see
the headmaster. I brought no application because I went there just to check how
the school was like.
Kami mengobrol singkat.
We talked for
a while.
Saya diterima.
I got the job.
Saya heran seheran-herannya. Tiga bulan lalu saya nganggur,
bokek, bankrut dan bingung mau dibawa kemana hidup saya sama Tuhan.
I was just
speechless, completely amazed. Three months earlier I was jobless, had no
money, bankrupt and had no idea where God would take me to.
Rasa dalam sekedip mata, saya dijadikan guru. Guru TK pula.
It was like a
blink of an eye that I was made a teacher. A kindergarten teacher.
Saya adalah guru tanpa ijasah guru.
I'm a teacher
without any teaching degree.
2005-2011 saya mengajar sebagai guru TK. Saya mungkin tidak
memiliki ijasah guru tapi apakah selembar ijasah itu bisa menentukan seseorang
berbakat di bidang pendidikan? Apakah bisa menjamin bahwa dia mencintai bidang
pendidikan? Apakah menjadikannya sebagai seorang yang mengajar dengan penuh
kasih sayang?
I taught as
kindergarten teacher in 2005-2011. I probably don't have any degree in teaching
but is a sheet of diploma can make a person talented in education? Can it
guarantee that person loves teaching? Can it turn that person as a loving
teacher?
Saya tidak menghakimi. Saya tidak menyanjung diri. Saya hanya
menemukan fakta bahwa ada banyak orang seperti saya; selama bertahun-tahun
menjalani hidup tanpa mengetahui bahwa dirinya terlahir untuk menjadi guru.
I don't judge.
Nor do I flatterd myself. I just found the fact that many people are just like
me; spending years living their lives not knowing that they are born to be
teachers.
* * * * *
Saya memandangi tangan-tangan kecil yang terangkat
tinggi-tinggi.
I stared at
those small hands that raised up high.
Saya meminta mereka untuk maju dan menggambar ikan besar atau
ikan kecil di papan tulis.
I asked them
to come forward and draw big fish or little fish on the whiteboard.
Semua antusias.
Everyone was
enthusiastic.
Ada yang gambarnya awut-awutan tapi semua tetap gembira. Semua
tetap bersemangat. Dan kami saling menularkan kegembiraan serta semangat itu
hingga yang tadi ragu untuk maju karena takut gambarnya jelek, takut diejek dan
bahkan takut tidak bisa menggambar jadi lupa pada keraguan dan ketakutannya.
Some drawings
looked like scribbles but everyone remained happy. Every single person was
excited. And we passed those happiness and excitement that made the ones who
hesitated to come forward for fearing his/her drawing would not be good, feared
to be teased and even feared to be unable to draw became totally forgot of his/her
hesitation and fears.
Saya menunjukkan appresiasi pada setiap anak yang telah maju.
Semangat dan keberanian mereka itu yang saya hargai.
I showed
appreciation to every child who came forward. It was their exicitement and
courage that I appreciated.
Saya melakukannya dengan sepenuh hati.
I did it with
all my heart.
Karena saya tahu bagaimana rasanya telah berusaha sebaik mungkin
tapi tidak dihargai. Saya tahu seperti apa rasanya segala yang baik dalam diri
saya tidak diperhatikan tapi yang buruk cepat sekali diperhatikan, dipamerkan
dan diingatkan.
Because I know
how it feels to have done the best I could but it remained unappreciated. I
know how it feels when the good things in me left unnoticed but the bad ones got
quickly noticed, being put on a show and being always reminded.
Dunia kerja saya tidak lebih hanyalah tempat dimana saya bekerja
untuk uang. Saya hanyalah orang bayaran. Hati saya sudah tidak ada lagi di
sana. Kenapa? Tanya kenapa??
My work is
nothing but a place where I work for money. I am just a paid worker. My heart
is no longer there. Why? You ask why??
Ketika saya bersama-sama dengan murid-murid saya, dunia saya
menjadi berwarna, terang dan penuh kehangatan.
When I'm with
my students, my world becomes colorful, bright and warm.
* * * * *
"Begini ya, bu Keke?"
"Is this
ok, miss Keke?"
Saya sedang berjalan berkeliling kelas, memperhatikan anak-anak
itu satu persatu sementara mereka sibuk mewarnai si ikan paus.
I was walking
around in the classroom, watching the kids one by one as they were busy
coloring the whale.
Saya tidak hanya berjalan berkeliling. Saya memuji pekerjaan
mereka, menepuk pundak anak laki-laki, mengusap rambut anak-anak perempuan.
Mereka menyukai pendekatan personal seperti itu. Mereka merasa dihargai, mereka
suka diperhatikan, mereka tahu mereka disayang. Semua itu menimbulkan rasa
tenang dan aman yang akhirnya membuat mereka betah di kelas, suka bersekolah,
bisa mengerjakan tugas yang diberikan dan menyerap pelajaran dengan baik.
I did not just
walk around. I praised their work, I patted the boys' shoulder, I caressed
the girls' hair. They loved such personal approachment. They felt appreciated,
they liked to get attention, they knew they are loved. It all brought the
feelings of at ease and safe which make them enjoy to be in class, love to go
to school, can do the tasks given to them and absorbing the lesson easily.
Satu pertanyaan itu menghentikan langkah saya.
That one
question stopped me.
Jotta.
Saya tidak mengira dia akan bertanya seperti itu.
I didn't
expect him to ask me that question.
Dua minggu lalu dia mau maju ke depan dan menghitung satu sampai
lima dalam bahasa Inggris. Lalu minggu berikutnya dia kembali menjadi diam dan
pasif.
Two weeks ago
he came forward and counted one to five in English. The next week he turned
into his old self of quiet and passive.
Melihat dia seperti itu kebahagiaan saya rasanya bagaikan balon
yang sempat ditiup sampai besar untuk kemudian kembali kempes.
Seeing him
like that was like having my happiness blown into a big balloon only to be
flattened.
Jadi saya tidak menduga dia akan bertanya seperti itu. Saya
bahkan tidak berharap dia akan bersuara selama jam pelajaran bahasa Inggris.
So I really
didn't expect him to ask me that question. I didn't even hope he would make a
sound in my English class.
Saya langsung berhenti dan menunduk. Memperhatikan ikan pausnya.
"Ya, bagus sekali. Kamu bisa mewarnai dengan baik" saya tepuk bahunya
dan saya usap kepalanya.
I stopped
right away and bowed. Looking at his whale. "Yes, that's good. You can do
good coloring" I patted his shoulder and caressed his head.
Di akhir pelajaran.. saya menaruh buku gambar mereka di depan.
Beberapa saya potret untuk dokumentasi pribadi dan juga untuk laporan saya ke
sekolah. Anak-anak itu sudah hafal dengan kebiasaan saya ini.
At the end of
the class.. I put their drawing books infront of the class. I took pictures on
few of them for personal documentation and for my report to school. The kids
have already familiar with my habit.
Jotta membuntuti saya. Memperhatikan saya ketika saya memotret
ikan pausnya yang sudah diwarnai, dicocok dan ditempel ke buku gambar.
Jotta followed
me. Watched me when I took picture of his colored and collated whale that glued to his drawing book.
"Mau ga kamu dipotret sambil pegang buku gambar kamu?"
tiba-tiba saya dapat ide.
"Will you
hold this while I take your picture?" I got the idea.
Dia mau. Dia berdiri dan memasang senyum.
He would. He
stood there and smiled.
"Kita taruh di sini ya" kata saya sambil menaruh buku
gambarnya di antara buku gambar teman-temannya "Supaya teman-teman bisa
lihat ikan paus kamu"
"Let's
put it here" I put his drawing book among his classmates drawing books
"So your friends can see your whale"
Jotta si super cool itu tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya
memperhatikan buku gambarnya tapi dimuka yang datar itu saya melihat sesuatu.
Kebahagiaan. Bangga.
Jotta the
super cool kid said nothing. He just looked at his drawing book but on his
poker face I saw something. It was happiness. Pride.
Dia tidak tahu hati saya menari-nari oleh kebahagiaan.
He didn't know
my heart danced of joy.
Itulah yang membuat hidup saya jadi berwarna.
That is what
makes my life colorful.
Saya tidak hanya mengajarkan anak-anak ini bahasa Inggris. Saya
memberikan lebih dari itu. Saya mengajari mereka kasih, penghargaan, dukungan, pengertian dan pengampunan.
I don't just
teach these kids English. I give them more than that. I teach them about love, appreciation, support, understanding and
forgiveness.
Saya tidak berada di antara mereka untuk menjadi mandor, majikan
atau pengawas mereka.
I am not being
among them to be their supervisor, master or controller.
Saya harus menjadi diri mereka untuk dapat mengerti mereka dan untuk dapat menolong mereka menjadi lebih baik. Saya harus keluar dari diri
saya untuk bisa memahami mereka. Saya harus melupakan bahwa saya adalah Keke,
seorang dewasa, supaya saya bisa merasakan seperti apa rasanya menjadi seorang Jotta
atau Reta atau Yuna atau Ferry atau Phanny.
I have to be
them to understand them and to help them improve. I must get out of myself to
understand them. I must forget that I am Keke, an adult, so I can feel how it
is like to be Jotta or Reta or Yuna or Ferry or Phanny.
Kalau saya tidak merendahkan diri seperti itu, menjadikan diri
seperti anak berusia empat, lima atau enam tahun.. bagaimana saya bisa mengerti
apa yang ada dalam hati dan pikiran mereka, bagaimana saya bisa merasakan
seperti apa ketakutan, kecemasan, kebingungan mereka? Saya harus melihat dari
sudut pandang mereka. Sebab kalau tidak, bagaimana saya bisa menolong mereka?
Bagaimana saya bisa menjadikan mereka lebih baik?
If I don't
humble myself like that, put myself as a four, five or six year old child.. how
can I understand what they have in their hearts and minds, how can I feel their
fears, worries, confusion? I must see from their perspective. Because if I don't,
how can I help them? How can I make them improve?
Itulah yang membuat saya merasa hidup.
That is what
makes me feel alive.
Ketika saya mengajar, saya bukanlah orang bayaran.
When I teach,
I am not a paid worker.
Ada kebahagiaan dan kepuasan yang nilainya melebihi jumlah
bayaran yang saya terima.
There are happiness and satisfaction that worth
more than the money given to me as payment.
Keke, in Holland we have a song, the smile of a child makes you realize that you're alive. The smile of a child who has a life to live.
ReplyDeleteThis song was previously sung by Willy Alberty and his daughter Willeke Alberty.
She is now 71 years. She sings it with her son Johnny de Mol.
That made me think of your story.
Hi Gre, what is the title of that song?
Delete