Kegiatan penting pertama yang saya lakukan di tahun 2016
adalah pergi ke dokter gigi lagi.
The first significant
thing I did in 2016 is going to the dentist again.
Bulan November dan Desember tahun lalu mau tidak mau saya harus
pergi ke dokter gigi karena sakit gigi.
Toothache forced me to go
to the dentist on last year’s November and December.
Teman-teman saya banyak yang heran ketika mengetahui saya
bisa sakit gigi karena mereka tahu saya merawat gigi sebaik mungkin.
My friends can’t help not
to wonder why I could have toothache because they knew how I well treated my
teeth.
Yah, saya sendiri juga heran. Selama hampir empat puluh lima
tahun usia saya tidak pernah sekali pun saya sakit gigi. Saya telah merawat
mereka dengan baik karena saya menganggap mereka berharga untuk diberikan
perhatian ekstra.
Well, I too couldn’t be
less amazed. I have never had toothache for nearly forty five of my age. I have
taken care my teeth because they are precious to me and they deserved to be
given extra attention.
Kesalahan saya adalah karena merasa saya telah merawat
gigi-gigi itu dengan baik dan mereka juga tidak pernah ngadat, saya tidak
pernah memeriksakan mereka ke dokter gigi.
My mistake is I felt I
have taken care those teeth well and because they have never caused any problem
made me never took them to the dentist.
Setelah mereka berteriak dan mengamuk, barulah saya
mengetahui bahwa keadaan mereka sebetulnya tidak baik-baik saja seperti yang
saya duga.
After they screamed and created
hell for me did I realize that they were actually not as okay as I thought they
were all this time.
Saya pun harus khusus menyisihkan waktu, tenaga, kesabaran
dan dana serta harus menahan rasa sakit ketika mereka sedang di obati. Tidak
apalah semua pengorbanan itu saya berikan asal mereka bisa jadi baik lagi.
I then had to spare time,
energy, patience and budget not to mention to have to go through under the pain
when they were being treated. Those
sacrifices are worthed to make them well again.
*
* * * *
Kamu berharga.
You are precious.
Yang bikin saya malas ke dokter adalah menunggu giliran dan
dokter gigi adalah tempat dimana kita bisa melewatkan waktu berjam-jam
menunggu.
What makes me not keen to
go to doctor is the waiting and dentist is the one that can make us spend hours
of waiting.
Pertama kali saya ke dokter gigi, saya harus menunggu sampai
dua jam! Penyiksaannya bukan kepalang rasanya buat orang yang tidak sabaran
seperti saya, apalagi kalau menunggu dengan gigi cenat cenot yang bikin kepala
sakit, bahu sakit, rahang sakit.. hiii!!
.. saya duduk diam-diam diruang tunggu tapi dalam hati saya sudah
berteriak-teriak menahan rasa tidak sabar dan rasa sakit.
The first time I went to
the dentist, I had to wait for two hours! It was real torture for an unpatient
person like me especially when I had to wait with teeth that hurt like hell
making me had headache, my shoulder hurt, my jaw hurt.. geez!! .. I sat quietly in the waitingroom but inside I was
screaming for had to cope with impatience and pain.
Kali berikutnya saya kembali ke dokter gigi, saya sengaja
bela-belain datang lebih pagi supaya saya dapat nomor satu.
The next time I returned
to the dentist, I deliberately came early so I could be the first on the
waiting list.
Tapi hari Selasa kemarin saya salah perhitungan. Saya pikir
karena ini masih minggu pertama setelah tahun baru orang masih dalam suasana
liburan jadi pasiennya pasti tidak banyak.
But last Tuesday I was
miscalculated it. I thought since it was the first week after new year people
might still on holiday so there wouldn’t be many patients.
Saya sampai sekitar jam 8.30 dan saya dapat nomor antrian
enam!
I arrived there at around
8.30 am and I was sixth on the waiting list!
Gawat, pikir saya, kalau satu pasien setengah jam.. berapa
lama gue mesti nunggu?
Oh no, I thought, if one
patient needs half hour.. how long should I wait?
Untungnya saya datang untuk menambal gigi yang walaupun
bolong tapi tidak sakit.
Luckily though I came to
have my cavities teeth fixed, they weren’t in pain.
Jadi saya duduk manis dengan tenang. Setelah beberapa saat,
saya bosan. Facebook, whatsapp dan bermain game tidak lagi menarik.
So I calmly sat there.
After a while I got bored. Facebook, whatsapp and games were no longer
interesting.
Saat itulah pikiran-pikiran di atas datang.
At that time the above
thoughts came to me.
Saya menilai gigi saya berharga dan untuk itu saya
merawatnya, saya mau berkorban demi kebaikan mereka.
My teeth are precious to
me and for that I am willing to take good care of them, I am willing to make
sacrifices for their goodsake.
Itu adalah sebuah analogi..
That is an analog..
Seseorang pernah mengatakan saya berharga bagi dirinya. Bahwa dia
tidak pernah menemukan orang seperti saya, tidak pernah menemukan cinta seperti
cintanya pada saya.
Somebody once said I was
precious to him. That he never met anyone like me, never found love like his love
for me.
Lalu akhir November tahun lalu saya memberitahunya tentang
hal-hal yang mengganggu hati saya. Hal-hal dalam sikapnya.
Last year, in November, I
told him about the things that bothered me. Things in his behavior.
Saya mengemukakannya dengan baik-baik, saya ingin dia tahu
bahwa ada masalah dan masalah itu tidak baik dampaknya untuk hubungan kami,
saya ingin dia bertindak, saya ingin kami bersama-sama menyelesaikan masalah
itu, bahwa beban yang dibawa berdua akan terasa lebih ringan.
I presented it nicely, I
wanted him to know that there was a problem and it wouldn’t be good for our
relationship, I wanted him to do something about it, I wanted us to work
together to solve that problem, that the burden would be lighter if it is
carried by the two of us.
Dua minggu saya menunggu tanpa ada respon. Dia bahkan tidak
memberitahukan apa dia sudah menerima email itu.. ya, saya menuliskannya dan
kemudian mengirimkannya lewat email karena kami sibuk sehingga waktu kami untuk
bertemu dan bersama sangat terbatas, lalu dia juga sempat jatuh sakit.. email
adalah satu dari beberapa cara yang kami pakai untuk berkomunikasi.
I waited for two weeks
but there was no respond. He didn’t even let me know if he had received that
email.. yes, I wrote it down and sent it by email because we were busy that we
didn’t have much time to meet and get together, not to mention that he was ill
too.. email was one of our ways to communicate.
Dua minggu tanpa ada respon dari dia tentu saja bikin saya
bingung dan kecewa karenanya. Saya juga marah.
Two weeks passed without
any respond from him surely made me confused and disappointed. I was angry too.
Saya pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.
I decided to end our
relationship.
Ketika saya memberitahunya tentang keputusan itu, dia
menerimanya! Menerimanya begitu saja tanpa protes..
When I told him about
that decision, he accepted it! Just accepted it without any objection..
Ketika saya memutuskan Andre demi dia, selama berbulan-bulan
Andre terus menerus mengejar saya, mengatakan pada saya bahwa saya telah
melakukan keputusan yang salah, meminta saya untuk mempertimbangkan kembali
keputusan saya, mengingatkan saya bahwa kami sudah bersama selama delapan
tahun, bahwa cinta kami terlalu berharga untuk dibuang begitu saja, kalau ada
masalah yang membuat saya meninggalkannya beritahukanlah padanya supaya masalah
itu bisa diselesaikan dan hubungan kami tidak perlu berakhir.
When I broke up with
Andre for him, for months Andre chased me, telling me that I have made a wrong
decision, telling me to consider my decision, reminding me that we have been
together for eight years, that our love was too precious to be thrown away just
like that, if there was problem that made me left him then let him know so it
could be solved and we didn’t need to end our relationship.
Andre bahkan tidak menyerah ketika saya bersikukuh untuk
tetap memutuskan hubungan kami.
Andre didn’t even give up
when I insisted to end our relationship.
Ketika kamu mencintai
seseorang, kamu tidak akan menyerah begitu saja saat orang yang kamu cintai itu
ingin meninggalkanmu. Kalau orang itu berharga untukmu, kamu akan berjuang
untuk mempertahankannya.
If you love
somebody, you won’t give up easily when that person wants to leave you. If the
person is precious for you, you will fight to keep him/her.
Sehari sebelum tahun baru datang, saya menghubunginya. Saya
takut dia tidak menerima email saya. Saya takut saya telah bertindak tidak adil
padanya. Saya takut saya telah mengambil keputusan yang salah. Saya tidak mau
hubungan kami berakhir begitu saja.
A day before new year, I
contacted him. I was afraid he didn’t get my email. I was afraid I had been
unfair to him. I was afraid I had taken wrong decision. I didn’t want our
relationship to end just like that.
Tapi dia tidak merespon sama sekali.
But he didn’t give any
respond at all.
Besoknya dia mendatangi saya. Mengulurkan tangan.
Mengucapkan selamat tahun baru. Kami bersalaman. Tapi tidak ada penjelasan,
tidak ada kata-kata yang ingin saya dengar keluar dari mulutnya; bahwa saya
telah mengambil keputusan yang salah, bahwa segalanya akan baik lagi, bahwa
kami akan bersama-sama mencari solusi untuk hal-hal yang menjadi masalah bagi
saya, bahwa kami saling mencintai dan kami akan bisa mengatasi penghalang apa
pun.
The next day he came to
me. Handed out his hand. Told me happy new year. We shook hands. But there was
no explanation, no words that I longed to hear him said; that I have made wrong
decision, that things would be okay again, that we would work on solving the
stuff that became a problem for me, that we loved each other and we could knock
out any barrier.
Saya hancur saat itu.
It broke me right at that
moment.
Saya belajar harus bisa menerima kenyataan bahwa orang yang
saya kira mencintai saya, yang menganggap saya berharga, yang telah mengatakan
keinginannya untuk kami mengarungi hidup bersama selamanya.. ternyata bahkan
tidak berbuat apa pun untuk mempertahankan saya..
I have to learn to accept
the fact that someone who I thought loved me, who claimed me as precious to
him, who has let it known of his wish for us to share this life together
forever.. did nothing to keep me..
No comments:
Post a Comment