Teman-teman tersayang, postingan ini khusus untuk kalian..
Dearest friends, this post is
dedicated especially for you..
Karena kalian tetap bersama saya bahkan ketika saya berada
di titik paling rendah dari kehidupan saya.
For you have remained by my
side even when I was in the lowest point of my life.
*
* * * *
Susah juga buat mengartikan judul diatas ke bahasa
Indonesia.
It is kind a hard to translate
the above title into Indonesian.
Berjalanlah satu mil
lebih jauh?
Tuh kan jadi aneh kedengarannya.
See, it sounds weird.
Jadi lebih baik saya ceritakan saja apa yang sahabat-sahabat
saya lakukan untuk saya.
So it would be better if I
just tell you what my best friends do for me.
*
* * * *
Didie.
Persahabatan kami terjalin erat selama dua tahun terakhir
ini.
Our friendship has become
close in the past two years.
Kami tidak bekerja di kantor yang sama. Kami bahkan hanya
bertemu seminggu sekali atau paling banyak dua kali.
We don’t work in the same
office. We even meet just once or twice a week.
Tapi ada orang-orang tertentu yang rasanya langsung
nyambung, klik.. terasa pas di hati
dan di jiwa..
But there are people with whom
we just feel connected, click.. it
feels right in the heart and soul..
Padahal Didie dan saya punya sifat yang berbeda. Dia bawel,
saya pendiam. Dia parnonya.. ya ampun.. bikin saya jadi senewen.. hehehe. Dia
hanya setahun lebih tua dari saya tapi gayanya emak-emak banget sehingga
menjadikan usia kami seakan terpaut jauuuuuh sekali.
Didie and I have different
characters. She is noisy, I am quiet. She is so jumpy.. man, she drives me
crazy.. hahaha. She is just a year older than me but she is like older than her
years that it feels she is much older than me.
Namun dia memiliki kemurnian hati, kepedulian yang tulus and
kasih yang besar untuk saya.
But she has pure heart,
sincere careness and a big love for me.
Dalam kurun waktu dua tahun ini kami saling berbagi suka dan
duka tapi baru seminggu ini saya menyadari bahwa dia memberikan lebih dari yang
saya duga.
We have shared the good and
bad stuff in these two years but it has just gone for a week that I really
realized that she has given me more than what I expected.
Ketika saya memberitahunya bahwa saya sedang menjalin
hubungan dengan seseorang, dia kelihatan begitu gembira dan terharu.. dia
bahkan menangis.. bikin saya terheran-heran tapi kemudian tersentuh ketika
mengetahui dia ternyata mendoakan saya, meminta Tuhan memberikan saya seorang
laki-laki yang baik untuk menyayangi dan mendampingi saya.
When I told her that I was in
a relationship with somebody, she looked so happy and touched.. she even
cried.. made me wondered but only to feel touched when I knew she was actually
have been praying for God to give me a good man to love and be by my side.
Saat dia mengetahui saya sedang jalan dengan orang yang juga
dikenalnya, dia demikian gembira.
When she knew that I was
seeing somebody who she also knows, she was so happy.
Sore itu kami larut dalam euphoria kebahagiaan.
That evening we were high in
joyous euphoria.
Tujuh bulan kemudian, di ruang yang sama, saya berurai air
mata ketika memberitahunya bahwa hubungan itu sudah berakhir.
Seven months later, in that
same room, I cried as I told her that relationship has over.
Dia kaget. Dia ikut menangis. Dia merasakan kepedihan di
hati saya, kemarahan, kekecewaan dan kebingungan yang saya rasakan.
She was shocked. She cried
along. She felt the pain in my heart, the anger, disappointment and confusion
that I felt.
Tidak hanya itu saja. Dia berinisiatif untuk menyatukan saya
dengan laki-laki itu.
Not just that. She took the
initiative to bring me and that man back together.
Dia berusaha memahami apa penyebab dari berakhirnya hubungan
kami.
She tried to understand what
was the cause for our breakups.
Beberapa hari lalu saya mengetahui kalau dia sendiri
menghadapi segudang masalah dalam kehidupannya. Suaminya positif diabetes.
Hubungannya dengan mertua dan ipar-iparnya tidak terlalu mesra. Hidup
pernikahannya sendiri juga tidak bebas dari tantangan. Ayahnya menjadi beban
pikirannya juga.
Few days ago I learned that
she has tons of problems in her own life. Her husband was diagnosed to have
diabetic. Her relationship with her mother in law and her inlaws are not heaven
on earth. Her marriage is not free of challenges. Her father has given her
another thing to worry about.
Namun saat dia mendengar curhat saya, ketika dia melihat
saya menangis.. dia ikut menangis seakan hal itu terjadi pada dirinya,
seakan-akan kepedihan itu menimpanya.
But when she heard me
unburdened my heartache, when she saw me cried.. she cried along as if it
happened to her, as if the heartache were hers.
Ketika dia berusaha untuk menyatukan saya dengan laki-laki
itu. Dia ingin mengembalikan kebahagiaan saya karena kebahagiaan
saya adalah kebahagiaannya juga.
When she tried to bring me and
that man together again. She
wanted to bring my happiness back to me because my happiness is hers too.
Itulah yang disebut ‘Walk
The Extra Mile’.. seseorang yang bukan hanya berdiri dipihakmu, bukan hanya
merasakan penderitaanmu tapi juga berusaha untuk meringankan dan bahkan
mengangkat penderitaan itu walaupun dirinya sendiri juga memiliki segudang
masalah serta penderitaan.
That is what ‘Walk The Extra Mile’.. means. Somebody
who does not only stand by your side, not only feels your suffering but try to
ease and even try to take that suffering off you though he/she has lots of
personal problems and suffering.
*
* * * *
Ibu Martha & Ibu Eva.
Mrs. Martha & Mrs. Eva.
Dua emak-emak ini punya tempat istimewa di hati saya.
These two ladies hold special
place in my heart.
Selama berbulan-bulan ketika ibu saya dalam keadaan sakit,
mereka menjadi seperti ibu untuk saya.
For months when my mother was
ill, they had become like mothers to me.
Itu adalah bulan-bulan yang demikian gelap. Saya dilingkupi
dengan ketakutan, kecemasan, kemarahan dan kebingungan.
Those were the dark months. I
was surrounded with fear, worry, anger and confusion.
Saya juga sangat kesepian pada waktu itu. Saya kehilangan
figur seorang ibu.
I also felt so lonely at
that time. I missed a mother figure.
Mereka berdua berdiri di sisi saya. Menjadi tempat saya
untuk curhat. Memberikan saya nasihat. Membuat saya bisa tertawa. Mencerahkan
hari-hari saya.
They both stand by my side. They
are my place to share my problems. They give me advices. They make me laugh.
They brighten up my days.
Lalu apakah kehidupan pribadi mereka berjalan mulus?
So do they have their lives in smooth
path?
Oh, jauh dari mulus.
Oh, far from it.
Ibu Martha punya banyak beban. Suaminya sakit. Usaha mereka
berantakan. Ekonominya menurun. Anak-anaknya juga jadi beban pikirannya.
Mrs. Martha has many burdens.
Her husband is sick. Their business ran into trouble. They struggle to make
ends meet. Her children too occupy her mind.
Kalau dia sedang mengeluarkan beban dihatinya, kepedihannya
terasa dihati saya. Kepedihan yang lebih banyak disebabkan oleh karena saya
merasa tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk menolongnya. Kepedihan yang
ingin saya ringankan dan bahkan saya angkat.
When she unburdened herself, I
felt her heartache. It hurts when I can’t do much to help her. It is the pain
that I wished I could ease and even make it go away.
Ibu Eva juga membawa segudang beban. Ibunya sakit. Sebagian
besar adik-adiknya memberikannya kepedihan hati. Bahkan pembantunya saja
menimbulkan masalah.
Mrs. Eva too have tons of
burden. Her mother is ill. Most of her siblings give her heartache. Even her
maid causing problems.
Tapi ditengah-tengah kesusahan dan penderitaan masing-masing,
kami selalu menyediakan diri masing-masing untuk memberikan hiburan, kekuatan, dukungan
dan pertolongan.
But in the midst of our own
trouble and suffering, we ease each other, give strength, support and help.
Mendengarkan orang berkeluh kesah tidak akan menghilangkan
penderitaan yang sedang kita hadapi. Bersusah payah menolong orang lain tidak
berarti hal itu akan menyelesaikan masalah yang sedang membelit hidup kita.
Tapi ketika kita rela melakukan semua itu untuk orang lain, itulah yang disebut
‘Walk The Extra Mile’..
Listening to people unburden
won’t make our suffering disappear. Taking our time to help others won’t solve
our own problem. But when we are willing to do whatever we can for somebody,
that is what it called ‘Walk The Extra
Mile’..
*
* * * *
Henny.
Dia di San Fransisco, saya di Bogor.
She lives in San Fransisco, I'm in Bogor.
Kami berteman karena hampir dua puluh tahun yang lalu kami
bekerja di kantor yang sama.
We became friends because
nearly twenty years ago we worked in a same office.
Setelah saya berhenti dari kantor itu dan dia pindah ke SF,
komunikasi kami putus selama bertahun-tahun.
We lost touch with each other
after I resigned and she moved to SF.
Baru satu atau mungkin hampir dua tahun ini jalur komunikasi
kembali terbuka.
It is only been a year or
probably almost two years that we open our line of communication.
Itu juga tidak berarti setiap hari kami ngobrol di whatsapp.
Perbedaan waktu membuat ketika saya sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja,
Henny sedang bersiap-siap untuk tidur.
It doesn’t mean that we chat
everyday on whatsapp. It’s this time zone. When I am prepared to leave for
work, she is preparing herself to go to bed.
Jarak yang memisahkan kami demikian jauh tapi kepedulian menyeberangi jarak itu.
There is huge distance between
us but the care we have for each other cross that distance.
Sekalipun tidak bisa bertemu setiap hari dan tidak bisa
sering-sering mengobrol namun ketika mengetahui saya sedang bersusah hati,
beban di hati saya seperti menjadi bebannya juga.
Though we don’t meet everyday
and can’t chat often but whenever she knew I was in pain, it was as if it hurt
her too.
Dunia mengajarkan kita untuk memperdulikan diri sendiri.
Masalahmu bukan masalahku. Carilah jalan keluar sendiri.
This world teaches us to care
for ourselves. Your problem is not my problem. You work it out yourself.
Kalau ada orang yang lewat perbuatannya melakukan hal
yang kebalikan dengan apa yang diajarkan oleh dunia, itulah yang disebut ‘Walk The Extra Mile’..
When somebody acts not according to what the world taught, it is what ‘Walk The Extra Mile’.. is all about.
*
* * * *
Santi.
Sudah lebih dari dua puluh lima tahun kami berteman.
We have been friends for more
than twenty years.
Waktu tidak bisa dipakai untuk menentukan seorang sahabat
sejati.
Time can’t be used to tell if
somebody would become a true friend.
Saya punya banyak teman yang sudah lama berkawan dengan saya
tapi apakah mereka kemudian menjadi teman sejati saya?
I have many friends who have
been friends with me for years but would it make them my true friends?
Beberapa bulan lalu saya memutuskan untuk keluar dari grup
whatsapp almamater SMA saya karena saya muak membaca obrolan mantan teman-teman
lelaki sekelas saya yang isinya porno semua.
Few months ago I decided to
leave my highschool whatsapp group because I got sick reading my former male
friends chat which mostly about porn stuff.
Saya terheran-heran melihat bahwa yang paling getol ngobrol
ke arah porno ini adalah mereka yang semasa SMA dulu adalah orang-orang yang
terhitung unggulan di kelas kami entah karena otaknya atau karena memiliki
bakat untuk memimpin dan membimbing teman-temannya.
I am amazed to see how the
ones who frequently talked about porn stuff are the ones who back in highschool
shone for either had the brain or had leadership talent in leading and guiding
their friends.
Saya tidak mau menghakimi sepihak. Kami telah terpisah
selama sekian puluh tahun. Saya tidak mengikuti perkembangan kehidupan mereka
dan saya tidak mengetahui seperti apa hidup mereka sekarang.
I don’t want to give one side
judgement. We have been leading our own lives separately for decades. I don’t
keep myself updated with their life and I have no idea how they live their
life.
Yang saya tahu adalah saya tidak tahan menghadapi mereka.
Orang-orang seperti mereka bukanlah jenis manusia yang bisa saya harapkan untuk
mau atau bisa ‘Walk The Extra Mile’..
All I know is I can’t stand
them. They are the kind of people who can't be the one to ‘Walk The Extra Mile’..
Bertahun-tahun yang lalu hubungan saya dengan Santi dan
Henny tidak seperti sekarang. Kami bukanlah tipe orang yang sanggup menyediakan
diri untuk bisa ‘Walk The Extra Mile’
bagi satu dengan lainnya.
Years ago my relationship with
Santi and Henny was different with the one we have now. Neither of us were the
type of people who could ‘Walk The Extra
Mile’.. for one another.
Kami bertambah usia, bertambah pengalaman dan syukurlah semua itu membuat kami bertambah dewasa.
We get older, we have had many experience and good thing they are all have matured us.
*
* * * *
Bapak Budi.
Mr. Budi.
Kalau melihatnya tidak ada yang bisa menduga dia adalah
seorang yang bisa ‘Walk The Extra Mile’.
No one would think he is
somebody capable to ‘Walk The Extra Mile’.
Dia kocak dan konyol. Bukan tipe serius.
He is funny and goofy. Not the
serious type of person.
Kalau melihat hubungan kami berdua pun, orang pasti tidak
mengira kami bisa saling ‘Walk The Extra
Mile’.
People who see our relationship
can’t tell if we are capable to ‘Walk The
Extra Mile’ for one another.
Karena kami berdua punya rasa humor yang sama dan setiap
kali kami bertemu sebagian besar waktu kami pakai untuk bercanda.
Because we both have same
sense of humor and everytime we meet we spend most of the time to joke.
Yang tidak orang ketahui adalah beberapa tahun lalu ketika saya
sedang dalam keadaan seperti akan ditenggelamkan oleh ombak penderitaan, dia
adalah orang pertama yang datang, menangkap tangan saya tepat pada waktunya dan
tidak melepaskannya sampai saya bisa kembali berdiri dengan kokoh.
What people don’t know is few
years ago when I was nearly drowned by waves of suffering, he was the first
person who came, grabbed my hand right on time and refused to let go until I
could stand firm.
Saya menemukan seseorang yang dapat membuat saya merasa
aman. Dengan caranya sendiri dia berusaha melindungi saya. Ketika orang lain
menganggap saya aneh dan tidak bisa dimengerti saat saya berani menampilkan
diri sebagai diri sendiri, dia menerima saya dengan segala keanehan saya tanpa
banyak tanya dan tanpa menuntut saya harus berubah tapi saya tahu dia berdiri
didekat saya dan dengan sigap akan menolong saya kalau dilihatnya saya
membutuhkan pertolongan.
I found somebody who can make
me feel safe. He has his own way to protect me. When others thought of me as a
freak and couldn’t understand me when I dared to appear myself completely as
the way I was at that time, he accepted me along with all my weirdness without
many question asked andwithout demanded me to change but I knew he stood close
to me and would catch me the moment he saw I needed help.
Saya telah melakukan ‘Walk The
Extra Mile’ untuknya tapi kalau dibandingkan dengan apa yang telah
dilakukannya untuk saya, dia melakukan jauh lebih banyak.
I have done my ‘Walk The Extra Mile’ for him but to compare of what he has done
for me, he has done more.
‘Walk The Extra Mile’
harus dilakukan atas dasar kasih, tanpa pamrih, tanpa keraguan.
‘Walk The Extra
Mile’ must be based on love, no
catch behind it, should not have doubt.
* * *
* *
Saya bersyukur mempunyai kalian dalam hidup saya.
I am grateful to have you guys
in my life.
No comments:
Post a Comment