Pernah mengeluarkan kata makian?
Have
you ever cuss?
Pernah punya pengalaman seperti dibawah ini?
Have
you ever had experience like these?
Tidak sengaja menumpahkan kuah ke baju ketika sedang makan?
Have
you ever accidentally spilled soup on your clothes when you were eating?
Pernah tidak sengaja menusuk jari sendiri dengan jarum
ketika sedang menjahit?
Has
the needle ever accidentally pricked your own finger when you were sewing?
Pernah tidak sengaja menjatuhkan piring ke lantai?
Have
you ever accidentally dropped a plate on the floor?
Kalau yang keluar spontan terlompat keluar dari mulut adalah kata makian, apa kira-kira makian itu?
Anjrit!
Monyet!
Setan!
Bego!
Pante!
Nah, itu sedikit contoh kata makian dalam bahasa Indonesia
sampai bahasa daerah.
There,
those are few examples of cussing words in Indonesian to ethnic group language.
Orang asing punya kata makian juga.
Foreigners
have their own cussing words too.
Shit!
Fuck!
Crap!
Damn!
Bagero!
(Maaf, kalau tulisan saya ini membuat telinga
anda jadi merah atau bikin anda gerah karena merasa postingan saya kali ini
penuh dengan kata-kata kasar, kata-kata tidak sopan, kata-kata tidak senonoh.. atau
kalau anda merasa lebih berpendidikan dari saya, lebih bermartabat dari saya,
lebih tahu tata adat sopan santun atau lebih religius dari pada saya.. saya
sarankan anda tidak usah membaca postingan ini sampai habis).
(Pardon me, if this writing annoys you or upsetting for it contains many
improper, impolite or rude words.. or if you think you are more educated, more
dignified, are better mannered or more religious than me.. I suggest you not to
read this post).
*
* * * *
Apa kata makian kesukaan saya?
What
is my favorite cussing words?
Damn. Shit.
Kalau saya sedang mengetik di komputer dan saya salah pencet
tombol.. otomatis saya memaki dengan satu dari kata di atas itu atau malah
mungkin keduanya.
When I
am typing on the computer and I pressed the wrong button.. I automatically
cuss one of the above words or probably both.
Kalau saya sedang menceritakan bagaimana jengkelnya saya
menghadapi orang tertentu, saya akan mengatakan “that damn guy..” atau ketika saya menceritakan kendaraan yang saya
tumpangi mogok di jalan “that damn bus..”.
When I
am telling about how upset I was to a person, I’d say “that damn guy..” or about the vehicle I took that got broke down I’d
say “that damn bus..”.
Tapi jangan lalu berpikir bahwa saya mengeluarkan kata
makian dengan sebegitu bebasnya, dimana saja, kapan saja. Ya jelas, tidaklah.
But
don’t assume that I would freely cuss, anywhere, anytime. Of course not.
Saya hanya memaki ketika saya tahu saya sedang sendirian.
Kalau ada orang, kata makian itu akan saya ucapkan dalam hati atau setidaknya
dengan suara pelan.
I only
cuss when I know I am all alone. When I have somebody with me, I would curse
in my mind or at least I would whisper it quietly.
Kalau pun saya membiarkan orang lain mendengar atau membaca
segala kata makian saya, maka orang itu adalah orang yang pasti sudah amat
dekat dan sangat mengenal saya serta yang paling penting adalah dia adalah orang yang saya percaya.
When I
let other people hear or read all my cussing words then be sure they are the
ones who have become very close and know me very well, most important thing is I trust them.
Saya tidak akan memaki di depan orang yang tidak saya kenal dengan
baik atau pada orang-orang yang lebih tinggi posisinya dari saya dalam hal umur
atau jabatan..
I
won’t cuss infront of the people whom I don’t know well or people have superiority
in age or position..
Soalnya orang-orang dari golongan itu biasanya karena jaim
atau karena munafik (ya iyalah, mana ada
sih orang di dunia ini yang sepanjang umur hidupnya kagak pernah memaki..
jujur-jujuran aja deh); atau karena beda generasi, dibesarkan dalam masa
yang berbeda - jaman orang tua atau kakek nenek kita dulu tidak dikenal alam
demokrasi kayak sekarang.. nah, orang-orang dari golongan ini pasti akan
menampar mulut saya dengan sepatu karena menganggap saya amat sangat kurang
ajar.
It is
because those are the types of people who usually either because of keeping
good image or out of hypocrisy (hey, give
me a break will ya, do you know any living human on earth who never ever
cuss.. be honest with me); or generation gap makes our parents or
grandparents were raised in different time when democracy is not like it
is today.. so, these kind of people would slap my mouth with their shoes for
thinking I am so very impolite.
*
* * * *
Seminggu lalu saya menerima file yang dikirimkan lewat email.
A week
ago I received a file that was sent by email.
I had to learn how the program works because I rarely use the program that is applied to the layout like this one.
Pusing tujuh keliling kepala saya. Mana filenya entah kenapa
kok save as, save as, save as terus setiap kali di save.
It
gave me one hell of a headache. Not to mention that the file keeps giving me save
as, save as, save as whenever I saved it.
arrrgggghhhh! ! ! !
Pada saat itu komunikasi saya dengan orang yang membuat
layout ini pun penuh dengan gambaran emosi dan frustrasi saya.
At
that time my communication with the person who made this layout showed clearly
my emotion and frustration.
“Damn file!”
begitu tulis saya.
“The
damn file!” I wrote it.
Dia adalah orang yang pernah dekat dengan saya. Orang yang
pernah saya sayang. Sesuatu membuat kami tidak lagi bersama tapi saya
menganggap dia orang yang bisa saya percaya, karena kami pernah bersama, pernah
saling menyayangi, saling mengenali watak dan pribadi satu dengan lainnya.
He is
somebody who once became close with me. Somebody who I used to love. Something
made us no longer together but I considered him as somebody who I could trust,
because we were once together, we once loved each other, knew each other’s
characters and personalities.
Saya tidak pernah menyesali setiap kata Damn! yang pernah saya ucapkan atau
tuliskan.
I never feel sorry for every Damn! word
that I have said or written.
Yang saya sesali adalah..
What I
regret is..
*
* * * *
Beberapa hari yang lalu, seseorang mendatangi saya dan mengamuk, tapi dari kata-katanya itu saya
jadi mengetahui bahwa hal-hal yang saya tuliskan dalam pesan-pesan pribadi saya kepada orang yang pernah dekat dengan saya rupanya
disampaikan atau mungkin malah dia tunjukkan pesan-pesan itu pada orang yang mengamuk itu.
Few
days ago, somebody came to me and was so pissed but from the words she said, I realized that what I
the things I wrote in my personal messages to that dear person have been disclosed or probably he even
showed it all to that the pissed person.
Pesan-pesan itu adalah percakapan pribadi. Kode etik
mengatakan bahwa percakapan lisan atau tulisan antara dua orang bersifat pribadi dan
rahasia.
Those
messages were personal conversation. Code of ethic says conversation made
verbally or in writing between two people are private and confidential.
Saya tidak akan bicara sedemikian terbuka dan
mengekspresikan seluruh emosi saya sebebas itu kepada seseorang kalau saya
tidak mempercayai orang itu.
I
wouldn’t talk so openly and expressed my emotion that freely to somebody if I
didn’t trust that person.
Hari itu terbukalah mata saya bahwa..
My
eyes were opened on that day to the fact that..
Orang yang selama sekian bulan pernah menjadi sangat dekat
pada saya, yang saya anggap masih peduli dan menyayangi saya walaupun kami
sudah tidak bersama lagi.. ternyata telah mengadukan percakapan pribadi kami
pada orang lain..
Somebody
who for some months became so very close with me, whom I thought still cared
and loved me though we no longer together.. has told someone about our private
conversation.
Damn you, Keke!
Tololnya kamu, Keke, begitu naifnya kamu..
You
are such an idiot, Keke, how could you be so naive..
*
* * * *
Pelajaran moral dari pengalaman saya ini adalah;
Moral lesson from my experience is..
1. Jangan memaki
1. Do not cuss
Sebelum hal itu jadi kebiasaan, lebih baik jangan mulai memaki.
Before it becomes a habit, better not start cussing.
2. Jangan berprasangka buruk
2. Do not prejudice
Setiap
manusia punya cara masing-masing untuk mengekspresikan emosi negatif.
Ada yang dengan cemberut, menggerutu, membanting pintu atau memaki.
Every human being has their own way in expressing their negative emotions. Some do that by showing frown face, others grumble, slamming the door or cussing.
Seorang senior saya, yang saya mintai pendapat tentang kasus saya, secara jujur menceritakan pengalamannya;
I asked a senior for an opinion about my case and he honestly told me of his experience;
"Di kantor gue yang dulu nih, Ke, gue kesal sama satu boss. Soalnya itu orang hampir tiap jam telpon mulu, nanyain kerjaan sudah sampai dimana. Sekali waktu saking betenya gue, di depan teman-teman, gue ngomong 'Gila kali ni orang ya. Setan alas!'
"Do you know what, Keke, I have had a boss in my former office who really pissed me off. He called me almost every hour to ask about work, how much has it been done. Once I was so pissed, I said infront of my friends 'Is this guy nuts or what. Fuck!'
Kami berdua bertatapan dan tertawa. Dia dan saya adalah dua orang yang punya karakter hampir sama, kami mungkin memaki tapi kami bukan bangsat.
We glanced at each other and laughed. We are two people who have similar characters, we cuss but we are not assholes.
3. Dewasalah
3. Grow up
Saya kagum pada Jokowi, Ahok, Barrack Obama.
I admire Jokowi, Ahok, Barrack Obama.
Orang-orang itu punya jabatan tinggi di Indonesia dan di Amerika. Setiap hari keputusan, tindakan, ide, kebijaksanaan, pemikiran, karya dan perbuatan mereka mendapat kritikan, celaan, umpatan, fitnah dan jadi olok-olokan dari para haters atau rakyat biasa.
Those men who have high position in Indonesia and in America. Their decision, action, idea, policy, thoughts, work and performance receive critics, slander, cussing and mockery from haters or the public on daily basis.
Mereka menanggapi semuanya dengan tenang, tidak ngotot atau jadi nyolot. Bahkan mungkin serangan-serangan itu mereka jadikan input untuk melakukan intropeksi diri.
They respond it calmly, not taking it personally or become pissed. Maybe they even use it as input to make introspection.
Itulah kedewasaan.
That is what maturity is about.
4. Kalaupun terpaksa memaki..
4. When you have to cuss..
Ketika ada orang yang mendengar kamu memaki, yakinkanlah dirimu bahwa orang itu adalah orang yang benar-benar dapat dipercaya, orang yang memiliki hati yang bersih dan tulus terhadap kamu.
When someone hears you cursing, be sure that person is somebody who you can really trust, somebody who have pure and sincere heart toward you.
Pengalaman saya membuktikan bahwa orang yang mendengar segala makian saya ternyata memakai makian tersebut untuk memukul saya. Dia mungkin mempunyai sakit hati ke saya tapi tidak pernah menyatakannya secara fair. Yang saya sesali adalah dia membalaskan sakit hatinya dengan memakai tangan orang lain.
My experience proves that somebody who heard me cursing has used my own cursing to hit me. He maybe have personal issues against me but he can't express it fairly. My regret is he took the avange using someone else's hand.
5. Dua sisi
5. Two sides
Ketika kita mendengar seseorang mengatakan bahwa dia mendengar ada orang yang memaki kita, ingatlah bahwa ada dua sisi dari setiap cerita.
When somebody told us that he/she heard a person said a cuss about us, remember there are two sides in every story.
Bukanlah hal yang bijaksana untuk mempercayai atau mengandalkan dari satu sisi saja.
It may not be wise to believe or rely just on one side.
6. Kapan suatu makian harus ditanggapi dengan serius?
6. When a cuss should be taken seriously?
Makian yang diucapkan secara terbuka di depan seseorang tentunya bisa menciptakan pertengkaran.
Cussing spoken openly infront a person would create quarell.
Makian (lisan atau tertulis) tentang seseorang yang sengaja disebarkan kepada lebih dari satu orang (apalagi kalau memakai media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp dll) tanpa sepengetahuan ybs.
Cussing (verbally or unverbally) about somebody which deliberately spread to more than one person (especially using social media such as facebook, twitter, whatsapp etc) without the knowledge of that person.