Meneruskan perjalanan..
To continue the journey..
Kehidupan membawa kita pada perpisahan.
Life brings us to
separation.
Perpisahan karena berpindah kerja, pindah tempat tinggal,
pindah sekolah atau perpisahan karena pertengkaran, perceraian, berakhirnya
hubungan kasih, kematian..
Separation caused by
change of job, moved of domicile, move to different school or separation caused
by quarrel, divorce, end of romance, death..
Apa pun penyebabnya, perpisahan dengan orang-orang tersayang
selalu menyakitkan.
Whatever the cause,
separation with loved ones brings heartache.
Walau rasanya hidup terhenti karenanya tapi kita harus
melanjutkan kehidupan kita.
Though it feels as if
life ends but we have to move on with our lives.
*
* * * *
Dari bulan Mei sampai Desember ini saya sudah mengalami tiga
macam perpisahan; berpisah dengan seorang teman baik, anjing tersayang
meninggal dan dua kali hubungan cinta saya berakhir.
From May to December I
have had three separations; to be separated with a good friend, my beloved dog
died and twice I had my love relationship end.
Dalam tujuh bulan terakhir ini rasanya saya tidak bisa
berhenti menangis.
It seems I can’t stop
crying in the past seven months.
Saya menjalani hari-hari panjang ketika hidup rasanya gelap,
berjuang untuk bangkit kembali, mengalami masa singkat ketika matahari bersinar
kembali, kemudian kehidupan kembali menjadi gelap dan saya harus berjuang lagi
untuk bangkit.
I have gone through many
days when life felt so dark, struggled to stand on my feet again, had short
moments when the sun shone on my life only to be removed by darkness again and
I had another fight to stand back on my feet.
Bahkan saat saya menuliskan postingan ini, saya masih
berjuang untuk keluar dari kesedihan karena belum lama hubungan cinta saya
berakhir.
Even when I write this
post, I am still struggling to overcome the grief for having recent breakup.
“Move on, Keke”
kata seorang teman saya.
“Move on,
Keke” said one of my friend.
Ya, tapi ada prosedur dan proses panjang yang harus
dilewati.
Yes, but there are
procedure and long process to go through.
Apa yang saya alami dan rasakan, inilah yang saya bagikan.
What I have gone through
and feel, I share them with you.
*
* * * *
Berikan waktu untuk
bersedih..
Give time to grief..
Ketika kantor saya untuk pertama kalinya menerima mahasiswa
magang, saya tidak pernah menduga selama setahun dia dan saya akan jadi teman
dekat.
When my office accepted
an intern for the first time, I have never thought she and I would become close
friends.
Dia datang dengan kepribadiannya yang bagaikan pelangi; ceria,
bawel, lucu, lugu, nyebelin, mellow yang semuanya itu mewarnai hari-hari saya.
She came with her
characters that reminds me to rainbow; cheerful, noisy, funny, innocent,
annoying, mellow that colored my days.
Dengan segala perbedaan yang ada, kami bisa menyatu.
We could blend despite
all the differences in us.
Lalu akhir Mei masa magangnya berakhir.
Her internship ended in
May.
Perpisahan itu belum terasa dampaknya karena ketika dia
kembali ke kampung halamannya, saya ikut dengannya.
The separation has its
effect stalled because I came along with her when she returned to her hometown.
Tiga hari kemudian..
Three days after that..
Saya harus kembali. Saat itulah baru kami berdua sama-sama
merasakan sakitnya perpisahan.
I had to return. It was
the time when the pain of separation hit us both.
Perbedaannya adalah, dia sudah menangis ketika kami
mengucapkan selamat tinggal di bandara sementara saya berhasil menguasai diri
dan baru menangis setelah berada di atas pesawat.
The difference is she has
cried when we bid our farewell at the airport while I didn’t lose my
self-control and broke down after I boarded the plane.
Hari-hari selanjutnya luar biasa sulit untuk dihadapi. Ada
banyak orang tapi saya merasa kosong.
It was hard to face the
days after that. There were many people but I felt empty.
Diperlukan waktu sekitar dua bulan sebelum saya benar-benar
bisa mengatasinya.
It needed about two
months before I could really overcome it.
Waktu tidak bisa dijadikan standard karena di tiap orang
berbeda.
Time can’t be
standardized because it works differently on each person.
Tapi ketika ketika kita kehilangan seorang yang kita kasihi,
berikanlah waktu untuk bersedih.
But when we lost loved
ones, give time to grief.
Jangan mengingkari rasa sedih, kehilangan, sepi, putus asa,
kosong, rasa sakit.
Don’t deny the sadness,
feeling of loss, lonely, desperate, emptiness, hurt.
Di saat-saat seperti ini saya banyak menangis tapi
mengetahui dan mengakui bahwa saya sedang bersedih meringankan beban di hati
dan itu membuat saya lebih cepat pulih dibandingkan kalau saya berpura-pura
kuat.
I cried a lot in this
period of time but knowing and acknowledging that I was in pain has actually
relieved the burden in the heart and it healed me faster than if I pretend to
be strong.
*
* * * *
Boleh bersedih tapi
jangan kehilangan akal sehat..
It’s okay to grief but don’t lose your common sense..
Kesedihan membawa saya dalam beberapa fase.
Grief brought me into
some phase.
Rasa sedih sudah cukup menyiksa dan bisa bikin otak jadi
miring kalau dibiarkan berlarut-larut tapi ada fase-fase didalamnya yang wajib
diketahui dan diwaspadai oleh kita semua.
Grief is already a torture
and can drive you insane if you let it but the phases in it should be
acknowledged and should make us be on our guard.
Fase merasa ditinggalkan sendiri.
Feeling being
left alone Phase.
Sewaktu anjing saya meninggal, sedihnya ya ampun.. buat
orang lain mungkin dia cuma hewan tapi buat saya dia sahabat di rumah. Selama
sembilan tahun dia menjadi anggota keluarga kami.
When my dog died, it really broke my heart.. to others he maybe just a dog but to me he was my bestfriend
at home. He was our family member for nine years.
Rasa sedih diikuti dengan rasa ditinggalkan sendiri. Sampai
dua bulan berikutnya saya malas pulang ke rumah karena merasa kosong, sendiri,
sepi.
Grief was followed by the
feeling of being left alone. For two months I didn’t feel going home because it
felt empty, alone, quiet.
Padahal kenyataannya saya masih punya orang tua, banyak
teman dan pacar yang semuanya memperhatikan, peduli dan menyayangi saya.
The fact is I have my
parents, many friends and a boyfriend who gave me their attention, care and
love.
Fase marah.
Angry Phase.
Dalam kesedihan saya, saya juga marah karena merasa hidup
ini tidak adil dan Tuhan tidak berbelas kasihan ke saya karena membiarkan saya
kehilangan mereka yang saya kasihi.
In my grief, I was also
felt angry because I felt life was unfair and God had no mercy for letting me
lost those whom I loved.
Saya juga marah pada diri sendiri karena merasa tidak
berusaha semaksimal mungkin untuk menolong anjing saya ketika dia sakit, saya
marah mengingat begitu singkatnya waktu yang ada, saya marah pada takdir.
I was also angry to
myself because I felt I didn’t do the best I could to save my dog when it was
sick, I was angry when I remember how short time was, I was angry to destiny.
Saya ini seorang pemarah. Kalau sudah marah, saya tidak lagi
peduli siapa yang saya hadapi. Tapi kemarahan karena sedih atas kehilangan
mereka yang saya kasihi adalah kemarahan yang tidak bisa dikeluarkan. Seperti
meninju angin.
I have bad temper. When I
am angry, I don’t care who stand in my way. But the anger for losing loved ones
is the suppressed kind of anger. It were like punching the wind.
Fase penyangkalan.
Denial Phase.
Dua bulan lalu saya mulai merasakan adanya hal-hal yang
mengganjal dalam hubungan saya dengan pacar saya.
Two months ago I started
to feel somethings were not right in my relationship with my boyfriend.
Sebulan saya lewatkan dengan berpikir, uring-uringan sendiri
dan berdoa. Tapi tetap berharap hal-hal itu akan menjadi benar dengan
sendirinya.
I spent a month thinking,
feeling restless and praying. But still I wished those things would turn ok by
themselves.
Tiga minggu lalu saya mengambil keputusan tegas. Tapi saya
masih berharap dia akan datang pada saya, mengatakan bahwa saya salah, bahwa
dia mencintai saya, bahwa saya benar-benar berharga baginya hingga dia akan
mempertahankan saya dan memperjuangkan cinta kami.
Three weeks ago I made my
decision. But I still wish he would come to me, to tell me I was wrong, that he
loves me, that I am so precious to him that he would keep me and fight for our
love.
Dalam kenyataan tidak satu pun terjadi seperti itu. Tapi
sampai hari ini tetap saja saya menyangkali kenyataan.
The fact is none happens.
But I still deny the fact even until today.
Sulit untuk menerima kenyataan bahwa semua kata-katanya
mungkin hanya bualan belaka, mungkin dia tidak benar-benar mencintai saya,
mungkin rasa takutnya jauh lebih besar dari pada keteguhan hati dan imannya.
It’s hard to accept the
fact that maybe all his words are just empty words, that maybe he doesn’t really love me, that maybe his fear is bigger than the firmness of his heart and
faith.
Sedih itu normal tapi jangan sampai membutakan akal sehat.
Grieving is normal but
don’t let it blinded the common sense.
*
* * * *
Waktu, doa, memaafkan,
empati dan kesibukan menyembuhkan..
Time, prayer, forgiving, emphaty and keep ourselves busy do heal..
Waktu membuat kita belajar untuk bisa menyesuaikan diri
dengan ketidakhadiran orang yang kita kasihi.
Time makes us learn to
adjust ourselves with the absence of our loved ones.
Pada akhirnya waktu menyembuhkan luka-luka di hati.
At the end time heals the
wounds in the heart.
Tapi waktu saja tidak cukup untuk menghilangkan penderitaan
karena kehilangan mereka yang kita kasihi.
But time is not enough to
make the suffering for losing loved ones disappear.
Dengan berdoa, saya mengadukan beban di hati pada Tuhan dan
mencari ketenangan serta kekuatan.
Through prayers I tell
God all my burden and to find peace and strength.
Memaafkan orang lain dan diri sendiri merupakan cara untuk
menyembuhkan, memulihkan dan keluar dari lingkaran kesedihan.
Forgive other people and
ourselves are ways to heal, restore and get out of grief.
Empati adalah ketika kita membuka mata dan melihat bahwa
kita bukan satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini dan bahwa
masalah kita bukanlah yang paling besar. Ada banyak orang menderita dan
mengalami banyak masalah. Lebih berat, lebih sukar dan lebih serius dari yang
sedang kita hadapi.
Emphaty is when we open
our eyes and see that we are not the only one who suffer in this world and that
our problem is not the major one. There are many people suffer and deal with
many problems. Heavier, bigger and more serious than the one we are dealing.
Tetap sibuk. Carilah sesuatu untuk dikerjakan.
Keep busy. Find something
to do.
Karena sibuk membuat pikiran kita teralih.
Because it distracts our
minds.
Mengalihkan fokus perhatian kita dari diri sendiri.
Take our focus off
ourselves.
Kesibukan juga membuat badan capek sehingga pada malam hari kita tidak
akan diganggu dengan banyak pikiran karena sudah terlalu mengantuk.
Activities also make us tired
so we won’t be bothered by lots of thoughts at night as we will be too sleepy.
*
* * * *
Saya telah berhasil melewati banyak masa-masa sukar yang
saya kira tidak akan mungkin bisa saya lewati. Tapi toh saya berhasil dan
disinilah saya, tetap hidup dan berdiri tegak, bersyukur karena masih banyak
hal berharga yang saya miliki dan optimis memandang masa depan.
No comments:
Post a Comment