Banyak hal ditentukan dari bagaimana kita memandangnya.
Many things are determined from the way
we view them.
* * * * *
Ini adalah foto teman saya, Vincent, yang dia unggah ke
facebook. Saya mendapat ide untuk membuat tulisan ini setelah membaca komentar seorang
teman kami untuk foto tersebut.
This is the photo of my friend, Vincent,
which he uploaded to facebook. I got the idea to write this post after I read
our friend’s comment.
Lihatlah foto itu. Apa yang akan anda komentari? Apakah
tentang..
Take a look at the photo. Which one will
you comment? Will it on..
Ularnya? (ular siapa
tuh?)
The snake? (whose snake is that?)
Bangunan dibelakangnya? (lagi
ada dimana itu?)
The building behind him? (where was he?)
Baju seragam sekolahnya? (fotoan dulu sebelum berangkat ke sekolah atau baru pulang dari sekolah?)
His school uniform? (was this photo taken before he left to school or after he got from
school?)
Sepatunya? (ikat tuh
tali sepatu kamu)
His shoes? (tie your shoes)
Bagaimana dengan saya? Oh, perhatian saya tertuju pada ularnya.
How about me? Oh, I focused on the snake.
Teman kami lebih tertarik pada tali sepatu Vincent yang
lepas.
Our friend had more interest on Vincent’s
untied shoe lace.
Lalu bagaimana dengan sudut pandang Vincent sendiri?
So what is Vincent’s perspective?
Ular sanca sepanjang 1 ½ meter di
leher saya … itu yang dia tulis di atas foto tersebut.
1 ½ meter sanca snake on my
neck … that what he wrote above his photo.
Satu foto ternyata memiliki banyak hal yang bisa di lihat
oleh mata kita.
There are many things that catch our eyes
from one single photo.
Dan apa yang kita lihat menentukan cara berpikir kita.
And what we see determines our way of
thinking.
Vincent melihat ular sanca itu sebagai sesuatu yang menarik,
menyenangkan dan membanggakan. Itu tergambar jelas dari komentarnya.
Vincent saw that sanca snake as something
that is interesting, fun and made him proud of. His comment clearly showed it.
Sementara bagi saya ular adalah mahluk yang menakutkan,
menjijikkan dan berbahaya. Komentar saya adalah hasil dari kerja sama antara
mata dan otak saya.
While to me, snake is a scary, disgusting
and dangerous creature. My comment was the result of the collaboration of my eyes
and my brain.
Teman kami rupanya tidak terkesan sama sekali dengan ular
sanca itu dan lebih tertarik untuk mengkritik tali sepatu Vincent yang
terlepas.
Our friend was not impressed with the
sanca snake and had more interest to criticize Vincent’s untied shoe lace.
Vincent tentulah mengetahui tentang tali sepatunya. Saya
juga melihat tali sepatu yang lepas itu ketika mengamati foto tersebut. Tapi.. hei.., kami memandang tali sepatu itu
bukan sebagai hal yang penting.. tali
sepatu akan selalu ada setiap hari, tapi ular sanca..
Vincent surely knew about his untied
shoelace. I saw it too when I observed that photo. But hey, we didn’t see it as
a big deal.. shoelace will always be there everyday, but sanca snake..
* *
* * *
“Ke, bulan depan ada kelompok paduan suara yang mau nyanyi
disini” kata seorang teman saya sambil menyebutkan tanggalnya “Kosong ga
tanggal segitu?”
“Keke, there is a choir that wish to sing
in the service” said my friend as she gave the date “Can they sing on that
date?”
Ada paduan suara lain yang sudah terjadwal di tanggal itu.
There is another choir scheduled to make
their appearance on that date.
“Terus gimana dong, Ke?” tanya teman saya.
“So what should I do then?” asked my
friend.
Saya jadi serba salah. Kalau terserah saya, saya lebih suka
menjadwalkan mereka di tanggal yang masih kosong. Tapi itu bukan wewenang saya
untuk memutuskan. Dari pengalaman saya bekerja di tempat ini, saya sudah tahu
bahwa inisiatif (sekali pun itu untuk tujuan yang baik) bisa disalah-artikan
sebagai tindakan pelanggaran (yang membuat saya sampai dicaci-maki).
It put me in difficult situation. If it
were up to me, I would rather have re-scheduled them on other date. But it is
not in my jurisdiction to make the decision. In my nearly four years of
experience working in this place, I knew that initiative (no matter it is made
on good intention) can be wrongly perceived as violation (which has made me got
yelled at).
Pilihan lain adalah membiarkan ada dua paduan suara mentas
dalam satu hari. Ini ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya adalah kalau
yang satu tiba-tiba batal tampil, kami masih punya cadangan. Tapi kalau
dua-duanya bisa tampil, itu artinya kami harus keluar uang lebih banyak untuk
suguhan snack dan saya tahu penanggung-jawab bagian keuangan kami suka mengeluh
dan menggerutu panjang pendek ketika melihat pengeluaran kami yang membengkak.
Another option is to let two choirs make
their appearance in one day. There are benefit and unbenefit sides about this.
It will benefit us when one of them cancel their appearance, we need not to worry
because we have a backup choir. But when both choir can make their appearance,
it means we have to spend extra expenditure on the snack for them and I knew
our treasury pic likes to complain and grumbles when seeing our ballooning
expenses.
Tapi sekali lagi, itu bukan wewenang saya untuk memutuskan.
But once again, I don’t have the
authority to make the decision.
Jadi saya katakan supaya dia membicarakan hal ini pada
senior saya yang bertanggung jawab di bidang ini. Lagi pula teman saya ini kan
orang yang berwewenang untuk mengatur hal tentang paduan suara, pianis dan
pemimpin pujian.
So I told her to discuss it with my
senior who is incharge in this matter. After all, my friend is incharge on the
choir, pianist and song leader.
“Ogah ah, Ke, elu aja yang ngomong ke dia” tolak teman saya
mentah-mentah “Gue ogah ngomong ke tu orang”
“No way, Keke, you talk to her” was my
friend’s respond “There is no way I am going to talk to that person”
Begimane sih, bray?,
pikir saya nyaris tak percaya, gue tahu elu
kagak suka sama dia tapi ini kan bukan soal urusan pribadi. Kesampingin dulu
dong konflik personal elu sama dia.
Give me a break, will ya?,
I thought in my amazement, I know you
don’t like her but this is not about personal thing. Just put aside your personal
conflict with that person.
“Ya sudah, kalau gitu, ga jadi aja deh” kata-katanya yang
berikut bikin saya geleng-geleng kepala.. astagaaaaa!!…
kok ya jadi bikin saya berasa berhadapan dengan murid saya yang berumur 5
tahun…
“Well, just cancel it then” what she said
next made me shook my head.. geezzz!!.. made me felt I was facing my 5 year old
student..
Yah, akhirnya saya yang bicara dengan senior saya.
Yeah, it was me who finally discussed the
matter with my senior.
Ini adalah contoh bagaimana cara kita memandang seseorang
bisa membawa keuntungan atau kerugian untuk diri sendiri.
This is an example how we see somebody
can benefit or unbenefit ourselves.
Senior saya yang satu itu memang punya sifat yang bisa
membuat dirinya tidak disukai oleh orang. Dibutuhkan waktu lama untuk bisa
menghilangkan sakit hati saya kepada beliau. Tapi saya berprinsip, perasaan
pribadi saya dengan siapa pun harus dikesampingkan kalau itu sudah sampai ke
urusan pekerjaan.
That one senior of mine in particular is
known to have a character that can make her to be disliked by others. Infact,
it took a long time for me to get rid my heartache to her. But I have the
principle to cast aside my personal feeling when it comes to work.
Memang tidak mudah tapi apakah pekerjaan jadi harus
dikorbankan karenanya? Itu tidak adil. Apalagi kalau hal itu menyangkut
kepentingan banyak orang.
It’s not an easy thing to do but should
work suffered the consequence? It is not fair. Especially when it involves many
people’s interest.
Pada akhirnya prinsip saya itu berhasil mengalahkan perasaan
negatif saya dan hubungan saya dengan senior saya itu akhirnya menjadi akrab,
beliau menganggap saya sebagai orang yang bisa dipercaya dan saya disayanginya
juga.. jadi saya tidak hanya menang atas diri saya, saya juga memenangkan hati
orang lain.
At the end my principle has overcome my
negative feelings and my relationship with that senior has become close, she
trusts me and I am also loved by her.. so I am not just won over myself, I won
other person’s heart too.
* *
* * *
“Kamu kok loyo banget” komentar senior saya menyentakkan
saya.
“You look so un-energetic” my senior’s
comment came like a jolt to me.
Saya bukannya loyo. Saya sedang tegang karena hari itu saya
mendapat tugas untuk menjadi koordinator acara drama minggu pra-paskah kami.
Kalau di lihat sih, tugasnya amat sangat enteng tapi berhubung saya tidak mau
ada kesalahan, akhirnya tugas itu menjadi amat sangat berat buat saya. Konyol
kan..
I was not being un-energetic. I was
intense because I was appointed as that day’s lent week play coordinator. It
was really not a serious deal but since I didn’t want to make any mistake, I
made it as a very heavy stuff for myself. How silly is that..
Saya mencoba menyembunyikan beban itu. Tapi saya tidak
pernah bisa menyembunyikannya pada senior saya yang satu itu.
I tried to hide the burden. But I can
never able to hide it from that one particular senior.
Kalau kami bertemu beliau pasti akan memandangi saya.
Matanya seakan sinar xray yang bisa menembus semua pintu di dalam pikiran dan
hati saya.
When we met he stares at me. his eyes are
like xray that penetrates all the door in my mind and heart.
Itu sebabnya saya sering grogi dan kesal kalau sudah begitu.
Bukan apa-apa, saya orang yang tidak suka di tanya tentang hal-hal pribadi.
Kalau saya sudah merasa mentok atau beban itu terlalu berat untuk saya bawa,
barulah saya cari orang yang saya percaya untuk saya ceritakan tentang apa yang
ada dalam pikiran dan perasaan saya.
It makes me groggy and upset whenever it
happens. It is because I dislike to be ask about personal stuff. Whenever I
feel I am stuck and it is too heavy for me to carry, I go and find a trusted
individual whom I can share the burden.
Yah, saya tidak menyalahkan beliau karena memandang saya sebagai
seorang yang harus diperhatikannya. Saya telah banyak tertolong oleh karenanya.
Yeah, I don’t blame him for seeing me as
somebody who he has to care for. It has saved my ass for many many times.
Lalu selama beberapa bulan terakhir saya mendengar berita
bahwa beliau berniat untuk mengundurkan diri dari segala kegiatan kami.
For the past few months I heard he
intended to resign from our activities.
Yah, bagaimana pun juga itu adalah hak beliau.
Well, that is his right.
Tapi saya sempat gamang.
But for a while it made me lost my
ground.
Selama hampir empat tahun ini beliau adalah orang yang
paling bisa mengerti saya walau tanpa banyak penjelasan dari pihak saya; ketika
sayap saya hampir patah, beliau adalah orang yang saya datangi untuk mencari
kekuatan dan nasihat; beliau juga yang bisa membuat saya melihat pelangi di
tengah badai.. di dalam ketidaksempurnaanya, ada hal-hal positif yang membangun
diri saya dan juga kantor ini.
For nearly four years he is the most
person who understands me with only few words from me; when my wings were
nearly broken, it was him who I went to for support and advice; he is also the
person who make me can see rainbow in the midst of storm.. in his
imperfectness, there are positive sides that build me and also build this office.
Lalu beliau berencana akan pergi.. yah, saya tidak akan
menahannya kalau itu adalah yang terbaik menurut penilaian dan pertimbangannya.
Now he is making plan to leave.. yeah, I
won’t stop him if that’s what he thinks the best.
Saya hanya perlu mengganti cara pandang saya; kalau benar
hal itu terjadi maka itu artinya saya telah memiliki dua sayap yang kuat yang
mampu membuat saya terbang tinggi tanpa perlu lagi ditopang dan bahwa sumber
kekuatan saya tidak datang dari manusia mana pun.
I just need to switch my perspective; if
it really happens, then it means I have two strong wings that I can fly high
without have to be supported anymore and that the source of my strength does
not come from any human.
No comments:
Post a Comment