Ada satu dalam adegan film Titanic ketika Jack dan Rose
bertemu di atas dek kapal yang menarik buat saya.
There is a scene in the movie Titanic
when Jack and Rose met again on the deck which I found interesting.
(Yang) saya lihat adalah kamu, demikian kata Jack pada Rose.
I see you, said Jack to Rose.
Dia memberi jawaban jujur. Dia memfokuskan pandangannya
hanya pada Rose, gadis yang dipertemukan dengannya dengan cara yang aneh tapi
pertemuan itu membuatnya jatuh cinta pada Rose.
He was being honest. He set his
eyes only on Rose, a girl who whom was brought to meet him in a strange way but
that meeting has made he fell in love with her.
Jack tidak menyadari bahwa hal itu akan membawa banyak
perubahan dalam diri, dalam kehidupan dan masa depan Rose.
Jack didn’t know it would bring many
changes in Rose, in her life and in her future.
* *
* * *
Kira-kira sebulan lalu saya sempat amat sangat kesal dengan
orang tua saya.
About a month ago my parents upset me
quite a lot.
Saya punya rencana untuk pergi traveling agak jauh, ke
tempat yang belum pernah saya kunjungi. Saya sudah pernah memberitahu orang tua
saya tentang rencana ini tapi sepertinya mereka mengira saya tidak serius.
I have a traveling plan to go to a place
that I have never visited before. I have mentioned this to my parents but they
didn’t take me seriously.
Lalu ketika bulan lalu itu saya mengatakan tentang hal-hal
yang berhubungan dengan rencana tersebut, barulah orang tua saya menyadari
bahwa saya serius. Dan mereka tidak menyetujui rencana itu.
When last month I said things about the
plan, it was when my parents realized I was serious about it. And they didn’t
approve it.
Yang mereka lihat adalah:
What they saw are:
Pada jarak yang jauh, pada tempat yang menjadi tujuan saya
yang mereka katakan sebagai tempat yang rawan karena lebih dari sepuluh tahun
yang lalu pernah terjadi konflik, pada moda transportasi yang akan saya pakai
yaitu pesawat dan pada biaya yang lumayan besar untuk perjalanan ini.
The distance of my traveling
destination, on the place I plan to visit which they said is an unsafe place
because bad conflict occurred there more than ten years ago, on the
transportation that I will take to go there which is by plane and on the cost of
this traveling.
Dari begitu banyak argumen yang mereka ajukan, saya
menyimpulkannya sebagai; mereka melihat pada ketakutan.
Of all the so many arguments they gave
me, I concluded it as; they set their eyes on fear.
Ketakutan membuat argumen mereka menjadi tidak masuk akal.
Fear made they drew unreasonable
arguments.
Tempat yang saya rencanakan untuk saya kunjungi memang
pernah terlibat konflik. Tapi itu terjadi sudah lama sekali dan orang-orang di
daerah tersebut sudah bertekad untuk menjaga kedamaian supaya konflik seperti
itu tidak akan terjadi lagi.
The place I plan to visit was once
involved in civil conflict. But it happened long time ago and the people in
that region have determined to keep the peace so such conflict shall never occur anymore.
Dan karena beberapa bulan lalu ada pesawat yang jatuh lalu
apakah hal itu membuat seluruh pesawat milik berbagai maskapai penerbangan yang
di negeri ini akan mengalami hal yang sama?
And since there was a plane crashed down
few months ago would make all planes from many airlines in this country have
the same course?
* *
* * *
“Keke, saya dengar kamu sudah punya pacar?”
“Keke, I heard that you have a boyfriend?”
Sudah dua senior menanyakan hal ini pada saya.
Two seniors have asked me this question.
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya menyangkut pada urusan
rencana untuk menikah, pacar saya kerja dimana, tinggal dimana..
The next questions went to do I have any
plan to settle down, where my boyfriend works, where does he live..
Aha.. saya bisa melihat ke arah mana pandangan mata orang
yang mengajukan pertanyaan di atas itu.
Aha.. I could see the direction where
the person who asked the above question set her eyes to.
Beberapa senior rupanya melihat pernikahan sebagai
kemungkinan dan mungkin juga ancaman untuk kelanjutan kerja saya disini.
Few seniors obviously envisioned
marriage as a possibility and probably also a threat for the continuity of my
employment in this place.
Mungkin karena saya mengatakan Andre keberatan saya terlibat
dengan persekutuan pemuda di tempat kerja saya karena hal itu mengurangi waktu
saya untuk bersama dengannya di akhir pekan, membuat mereka mengira Andre akan
melarang saya untuk bekerja atau melibatkan diri dalam kegiatan di tempat kerja
saya.
Maybe because I said Andre objected my
involvement in the youth fellowship in my work place because it has reduced my
time to be with him on the weekends, have made them thought Andre wouldn’t
allow me to work or to involve in any activities at my work place.
Keadaannya seperti ini; setahun lalu Andre meninggalkan
negerinya supaya kami tidak lagi tinggal berjauhan. Ketika itu hubungan kami
nyaris berantakan karena jarak telah membuat kami hanya bisa bertemu paling
banyak hanya tiga kali dalam setahun dan adanya kehadiran pihak ketiga yang merebut
hati saya.
Here is the thing; last year Andre left
his country so we didn’t have to live so far away with each other. Our
relationship was on the verge of breaking up.
Andre melihat ini sebagai tanda bahwa dia harus melakukan
sesuatu untuk menyelamatkan hubungan kami karena saya pada waktu itu sudah
menyerah. Dia tidak berhasil menemukan pekerjaan di Jakarta. Yang terbuka malah
peluang di negeri lain. Dia menerimanya karena jarak negeri itu dekat dengan
Indonesia sehingga setiap akhir minggu dia bisa datang untuk menemui saya.
Andre saw this as a sign that he had to
do something to save our relationship because at that time I have completely
given it up. He couldn’t find a job in Jakarta. But there was an opportunity in
a nearby country. He took it because it is close to Indonesia to make it
possible for him to spend his weekends with me.
Jadi dia tiba di Bogor hari Jumat malam dan saya tidak bisa
menemuinya karena saya punya jadwal mengajar les. Kalau pun kami bertemu,
biasanya malam dan kami berdua sudah sama-sama capek, akhirnya kami lebih
sering bertemu setelah saya pulang kantor hari Sabtu sore.
So he arrives in Bogor on Friday evening
and I can’t meet him because I have kids to tutor. If we met on that day, we
met at night and since both of us were terribly exhausted, we meet on Saturday
afternoon after my work hour is over.
Minggu pagi sampai siang saya kerja. Kami baru bisa bersama
lagi setelah jam kantor saya selesai.
I go to work from morning to afternoon
on Sunday. We meet after my work hour is over.
Tapi hari Minggu jam kerja saya tidak bisa dipastikan. Kalau
orang-orang di kantor pada bubar cepat, sebelum tengah hari pun saya sudah bisa
pulang.
But my Sunday work hours are
unpredictable. If the people in the office leave early, I can leave before
noon.
Cuma ya kalau ada rapat atau ada hal-hal lain yang menahan
saya untuk berada di kantor sampai sore, saya dan Andre bisa bersama paling
hanya 1-2 jam karena dia harus memperhitungkan waktu perjalanan ke bandara dan lama
penerbangan. Bagaimana pun juga dia tidak mau sampai terlalu malam karena besok
paginya dia harus kerja.
But if a meeting is held or things came
up made me had to stay in the office until afternoon, it means Andre and I can
only be together for 1-2 hours because he has to calculate the time left for
him to get to the airport and the time for the plane to fly him there. He
doesn’t want to get there late as he has to go to work on the next day.
Jadi wajar saja kalau dia protes karena waktunya untuk bisa
bersama dengan saya jadi semakin pendek karena dalam sebulan saya ikut acara
persekutuan pemuda dua kali Sabtu.
It makes sense if he protested when his
time with me had to be made short because I had to be with the youth fellowship
on two Saturdays every month.
Dia tahu percuma minta saya mengijinkannya ikut dalam
persekutuan pemuda itu. Jadi dia menuntut saya untuk memberikan waktu saya
setiap hari Sabtu sore dan malam untuk bersama dengannya.
He knows it too well that it is useless
to ask me to take him to that youth fellowship. So he demands me to give my
Saturday afternoon and night with him.
Dan sebagian besar orang di kantor tidak tahu tentang
kondisi yang kami hadapi ini. Jadi mereka berpikir bahwa kalau karena keberatan
Andre saja telah membuat saya mengundurkan diri sebagai ketua persekutuan
pemuda, maka apa jadinya kalau saya menikah dengannya.
And most people in the office don’t know
about the condition we are facing. This makes them thought if Andre’s objection
has made me resigned my post as chief of youth fellowship, what would it make
if I married him.
Lucu sebetulnya. Tapi ini menunjukkan kemana kita
mengarahkan mata kita, berbagai perasaan dan pikiran akan mengarah kesana pula.
It is quite funny actually. But this
shows where we set our eyes, it is the direction where many feelings and
thoughts will go.
* *
* * *
Dalam alkitab tertulis murid-murid Tuhan Yesus sedang berada
di perahu ketika badai datang. Dalam keadaan genting itu Tuhan datang menemui
mereka dengan berjalan di atas air.
In the bible it is written Jesus’s
diciples were in a boat when they were caught by a storm. In that critical
moment Jesus came to them, walked on water.
Berjalan di atas air, yang bukan merupakan pertunjukan sulap,
adalah hal tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Karena itu seorang murid
mengatakan kalau yang berjalan itu adalah Tuhan sendiri, maka biarlah terjadi
keajaiban yang membuatnya bisa berjalan menghampiri Tuhan dengan berjalan di
atas air.
Walk on water, which is not made as
magic show, is not something any human can do. It is why one of the disciples
said if it was God then let a miracle enabled him to come to Him by walking on
water.
Ketika dia berkata demikian, itu adalah saat dia menetapkan
arah pandangan matanya. Karena itu perasaan dan pikirannya pun selaras dengan
arah pandangannya. Semua itu menciptakan suatu kekuatan batin yang menarik
kuasa Tuhan sehingga terciptalah suatu keajaiban seperti yang dimintanya.
The moment he said it, he set his eyes
on one direction. Thus, his feelings and thoughts went to that direction. It
created a powerful willpower that pulled God’s power so he got the miracle he
asked for.
* *
* * *
Jadi kalau kita mengarahkan mata kita pada kecurigaan,
perasaan dan pikiran kita pun akan dipenuhi dengan kecurigaan.
http://www.dccs.org |
Kalau kita mengarahkan mata kita untuk melihat hal-hal yang
baik, maka perasaan serta pikiran kita pun akan dipenuhi dengan kebaikan.
When we set our eyes to see good things,
our feelings and thoughts will be filled with good things.
Kemana kita mengarahkan mata kita akan bisa menyelamatkan
kita atau tidak menyelamatkan kita.
Where we set our eyes can save us or
can’t save us.
Karena manusia memiliki banyak ketidaksempurnaan, mintalah
supaya Tuhan mengarahkan mata kita kepada hal-hal yang sesuai dengan keinginan
dan rencanaNya karena semua itu akan menyelamatkan kita.
Since there are many imperfectness in us,
ask God to set our eyes on things that go according to His will and plan
because those things will save us.
No comments:
Post a Comment