Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, March 6, 2015

I Set My Eyes on..

Ada satu dalam adegan film Titanic ketika Jack dan Rose bertemu di atas dek kapal yang menarik buat saya.


There is a scene in the movie Titanic when Jack and Rose met again on the deck which I found interesting.

(Yang) saya lihat adalah kamu, demikian kata Jack pada Rose.

I see you, said Jack to Rose.

Dia memberi jawaban jujur. Dia memfokuskan pandangannya hanya pada Rose, gadis yang dipertemukan dengannya dengan cara yang aneh tapi pertemuan itu membuatnya jatuh cinta pada Rose.

He was being honest. He set his eyes only on Rose, a girl who whom was brought to meet him in a strange way but that meeting has made he fell in love with her.

Jack tidak menyadari bahwa hal itu akan membawa banyak perubahan dalam diri, dalam kehidupan dan masa depan Rose.

Jack didn’t know it would bring many changes in Rose, in her life and in her future.

*  *  *  *  *

Kira-kira sebulan lalu saya sempat amat sangat kesal dengan orang tua saya.

About a month ago my parents upset me quite a lot.

Saya punya rencana untuk pergi traveling agak jauh, ke tempat yang belum pernah saya kunjungi. Saya sudah pernah memberitahu orang tua saya tentang rencana ini tapi sepertinya mereka mengira saya tidak serius.

I have a traveling plan to go to a place that I have never visited before. I have mentioned this to my parents but they didn’t take me seriously.

Lalu ketika bulan lalu itu saya mengatakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan rencana tersebut, barulah orang tua saya menyadari bahwa saya serius. Dan mereka tidak menyetujui rencana itu.

When last month I said things about the plan, it was when my parents realized I was serious about it. And they didn’t approve it.

Yang mereka lihat adalah:


What they saw are:

Pada jarak yang jauh, pada tempat yang menjadi tujuan saya yang mereka katakan sebagai tempat yang rawan karena lebih dari sepuluh tahun yang lalu pernah terjadi konflik, pada moda transportasi yang akan saya pakai yaitu pesawat dan pada biaya yang lumayan besar untuk perjalanan ini.

The distance of my traveling destination, on the place I plan to visit which they said is an unsafe place because bad conflict occurred there more than ten years ago, on the transportation that I will take to go there which is by plane and on the cost of this traveling.

Dari begitu banyak argumen yang mereka ajukan, saya menyimpulkannya sebagai; mereka melihat pada ketakutan.

Of all the so many arguments they gave me, I concluded it as; they set their eyes on fear.

Ketakutan membuat argumen mereka menjadi tidak masuk akal.

Fear made they drew unreasonable arguments.

Tempat yang saya rencanakan untuk saya kunjungi memang pernah terlibat konflik. Tapi itu terjadi sudah lama sekali dan orang-orang di daerah tersebut sudah bertekad untuk menjaga kedamaian supaya konflik seperti itu tidak akan terjadi lagi.

The place I plan to visit was once involved in civil conflict. But it happened long time ago and the people in that region have determined to keep the peace so such conflict shall never occur anymore.

Dan karena beberapa bulan lalu ada pesawat yang jatuh lalu apakah hal itu membuat seluruh pesawat milik berbagai maskapai penerbangan yang di negeri ini akan mengalami hal yang sama?

And since there was a plane crashed down few months ago would make all planes from many airlines in this country have the same course?

*  *  *  *  *

“Keke, saya dengar kamu sudah punya pacar?”

“Keke, I heard that you have a boyfriend?”

Sudah dua senior menanyakan hal ini pada saya.

Two seniors have asked me this question.

Pertanyaan-pertanyaan berikutnya menyangkut pada urusan rencana untuk menikah, pacar saya kerja dimana, tinggal dimana..

The next questions went to do I have any plan to settle down, where my boyfriend works, where does he live..

Aha.. saya bisa melihat ke arah mana pandangan mata orang yang mengajukan pertanyaan di atas itu.

Aha.. I could see the direction where the person who asked the above question set her eyes to.

Beberapa senior rupanya melihat pernikahan sebagai kemungkinan dan mungkin juga ancaman untuk kelanjutan kerja saya disini.


Few seniors obviously envisioned marriage as a possibility and probably also a threat for the continuity of my employment in this place.

Mungkin karena saya mengatakan Andre keberatan saya terlibat dengan persekutuan pemuda di tempat kerja saya karena hal itu mengurangi waktu saya untuk bersama dengannya di akhir pekan, membuat mereka mengira Andre akan melarang saya untuk bekerja atau melibatkan diri dalam kegiatan di tempat kerja saya.

Maybe because I said Andre objected my involvement in the youth fellowship in my work place because it has reduced my time to be with him on the weekends, have made them thought Andre wouldn’t allow me to work or to involve in any activities at my work place.

Keadaannya seperti ini; setahun lalu Andre meninggalkan negerinya supaya kami tidak lagi tinggal berjauhan. Ketika itu hubungan kami nyaris berantakan karena jarak telah membuat kami hanya bisa bertemu paling banyak hanya tiga kali dalam setahun dan adanya kehadiran pihak ketiga yang merebut hati saya.

Here is the thing; last year Andre left his country so we didn’t have to live so far away with each other. Our relationship was on the verge of breaking up.

Andre melihat ini sebagai tanda bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan hubungan kami karena saya pada waktu itu sudah menyerah. Dia tidak berhasil menemukan pekerjaan di Jakarta. Yang terbuka malah peluang di negeri lain. Dia menerimanya karena jarak negeri itu dekat dengan Indonesia sehingga setiap akhir minggu dia bisa datang untuk menemui saya.

Andre saw this as a sign that he had to do something to save our relationship because at that time I have completely given it up. He couldn’t find a job in Jakarta. But there was an opportunity in a nearby country. He took it because it is close to Indonesia to make it possible for him to spend his weekends with me.

Jadi dia tiba di Bogor hari Jumat malam dan saya tidak bisa menemuinya karena saya punya jadwal mengajar les. Kalau pun kami bertemu, biasanya malam dan kami berdua sudah sama-sama capek, akhirnya kami lebih sering bertemu setelah saya pulang kantor hari Sabtu sore.

So he arrives in Bogor on Friday evening and I can’t meet him because I have kids to tutor. If we met on that day, we met at night and since both of us were terribly exhausted, we meet on Saturday afternoon after my work hour is over.

Minggu pagi sampai siang saya kerja. Kami baru bisa bersama lagi setelah jam kantor saya selesai.

I go to work from morning to afternoon on Sunday. We meet after my work hour is over.

Tapi hari Minggu jam kerja saya tidak bisa dipastikan. Kalau orang-orang di kantor pada bubar cepat, sebelum tengah hari pun saya sudah bisa pulang.

But my Sunday work hours are unpredictable. If the people in the office leave early, I can leave before noon.

Cuma ya kalau ada rapat atau ada hal-hal lain yang menahan saya untuk berada di kantor sampai sore, saya dan Andre bisa bersama paling hanya 1-2 jam karena dia harus memperhitungkan waktu perjalanan ke bandara dan lama penerbangan. Bagaimana pun juga dia tidak mau sampai terlalu malam karena besok paginya dia harus kerja.

But if a meeting is held or things came up made me had to stay in the office until afternoon, it means Andre and I can only be together for 1-2 hours because he has to calculate the time left for him to get to the airport and the time for the plane to fly him there. He doesn’t want to get there late as he has to go to work on the next day.

Jadi wajar saja kalau dia protes karena waktunya untuk bisa bersama dengan saya jadi semakin pendek karena dalam sebulan saya ikut acara persekutuan pemuda dua kali Sabtu.

It makes sense if he protested when his time with me had to be made short because I had to be with the youth fellowship on two Saturdays every month.

Dia tahu percuma minta saya mengijinkannya ikut dalam persekutuan pemuda itu. Jadi dia menuntut saya untuk memberikan waktu saya setiap hari Sabtu sore dan malam untuk bersama dengannya.

He knows it too well that it is useless to ask me to take him to that youth fellowship. So he demands me to give my Saturday afternoon and night with him.

Dan sebagian besar orang di kantor tidak tahu tentang kondisi yang kami hadapi ini. Jadi mereka berpikir bahwa kalau karena keberatan Andre saja telah membuat saya mengundurkan diri sebagai ketua persekutuan pemuda, maka apa jadinya kalau saya menikah dengannya.

And most people in the office don’t know about the condition we are facing. This makes them thought if Andre’s objection has made me resigned my post as chief of youth fellowship, what would it make if I married him.

Lucu sebetulnya. Tapi ini menunjukkan kemana kita mengarahkan mata kita, berbagai perasaan dan pikiran akan mengarah kesana pula.

It is quite funny actually. But this shows where we set our eyes, it is the direction where many feelings and thoughts will go.

*  *  *  *  *

Dalam alkitab tertulis murid-murid Tuhan Yesus sedang berada di perahu ketika badai datang. Dalam keadaan genting itu Tuhan datang menemui mereka dengan berjalan di atas air.


In the bible it is written Jesus’s diciples were in a boat when they were caught by a storm. In that critical moment Jesus came to them, walked on water.

Berjalan di atas air, yang bukan merupakan pertunjukan sulap, adalah hal tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Karena itu seorang murid mengatakan kalau yang berjalan itu adalah Tuhan sendiri, maka biarlah terjadi keajaiban yang membuatnya bisa berjalan menghampiri Tuhan dengan berjalan di atas air.

Walk on water, which is not made as magic show, is not something any human can do. It is why one of the disciples said if it was God then let a miracle enabled him to come to Him by walking on water.

Ketika dia berkata demikian, itu adalah saat dia menetapkan arah pandangan matanya. Karena itu perasaan dan pikirannya pun selaras dengan arah pandangannya. Semua itu menciptakan suatu kekuatan batin yang menarik kuasa Tuhan sehingga terciptalah suatu keajaiban seperti yang dimintanya.

The moment he said it, he set his eyes on one direction. Thus, his feelings and thoughts went to that direction. It created a powerful willpower that pulled God’s power so he got the miracle he asked for.

*  *  *  *  *

Jadi kalau kita mengarahkan mata kita pada kecurigaan, perasaan dan pikiran kita pun akan dipenuhi dengan kecurigaan.

http://www.dccs.org
So when we set our eyes on suspicion, our feelings and thoughts are filled with suspicion.

Kalau kita mengarahkan mata kita untuk melihat hal-hal yang baik, maka perasaan serta pikiran kita pun akan dipenuhi dengan kebaikan.

When we set our eyes to see good things, our feelings and thoughts will be filled with good things.

Kemana kita mengarahkan mata kita akan bisa menyelamatkan kita atau tidak menyelamatkan kita.

Where we set our eyes can save us or can’t save us.

Karena manusia memiliki banyak ketidaksempurnaan, mintalah supaya Tuhan mengarahkan mata kita kepada hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan rencanaNya karena semua itu akan menyelamatkan kita.

Since there are many imperfectness in us, ask God to set our eyes on things that go according to His will and plan because those things will save us.

No comments:

Post a Comment