Peranan Orangtua / Parents Contribution
Diri kita masing-masing adalah hasil bentukan dari orangtua kita.
Apakah kita menjadi orang-orang yang adil, murah hati, pemarah, tepat waktu, cuekan, pemaaf, tinggi hati, ulet, perokok, fleksibel, pelaku kekerasan fisik atau emosional dan banyak kebiasaan atau perilaku lainnya adalah hasil dari apa yang kita dapatkan dari orangtua secara sengaja atau tidak sengaja.
Ada hal-hal yang memang secara sengaja diajarkan, dibiasakan dan ditanamkan oleh orangtua kita. Tapi ada juga hal-hal yang tidak akan pernah mereka ajarkan, biasakan atau tanamkan kepada kita tapi terbukti hal-hal tersebut mendarahdaging juga dalam diri kita. Yang terakhir ini adalah sikap, perilaku, kebiasaan dan kepribadian seseorang yang bisa ditularkan tanpa sengaja kepada orang lain.
Jadi berbanggalah saat melihat anak anda bersikap murah hati kepada sesamanya karena itu adalah bagian dari sifat anda yang dilihatnya dan kemudian masuk tertanam ke dalam dirinya pula.
Tapi jangan terburu-buru memaki anak anda yang berperilaku negatif karena siapa tahu perilaku itu ditirunya dari anda sendiri atau sesuatu dalam sifat, kebiasaan atau kepribadian anda menciptakan sikon yang membuat anak mengembangkan sikap atau kebiasaan negatif tadi.
Saya sudah beberapa kali mendapati fakta bahwa anak-anak yang tidak percaya diri yang ternyata memiliki ayah atau ibu yang dominan, kritis, terlalu menuntut atau perfeksionis. Hal-hal dalam sifat atau kepribadian orangtua ini bukannya membuat anak tahan banting atau terpacu untuk berusaha dan mencapai prestasi baik tapi justru kebalikannya. Anak menjadi tertekan, takut, kehilangan arah, tidak percaya diri.
Seorang guru kadang kala harus berperan sebagai orangtua kedua bagi murid-muridnya. Karena naluri manusia adalah mencari figur yang bisa dijadikannya panutan atau pegangan saat orang-orang disekitarnya dirasakannya tidak dapat berperan seperti itu.
Jadi kalau ada orang yang tidak tahu bahwa saya masih melajang dan belum memiliki anak bertanya berapa jumlah anak saya maka sambil tersenyum saya menjawab hampir seratus. Saya tidak sedang bergurau. Anak kan tidak selalu harus yang keluar dari rahim sendiri. Di tambah dengan kenyataan bahwa guru adalah orangtua kedua bagi murid-muridnya maka tepatlah kalau saya mengatakan bahwa saya memiliki hampir seratus anak. Hehe.
Karena sejujurnya saya memang sangat menyayangi setiap anak didik saya bagai anak sendiri.
Tapi perkara menjadi orangtua kedua ini sempat menjadi hal yang membuat mabok saya ketika ada orangtua murid les saya yang tanpa minta ijin meninggalkan anaknya sampai lebih dari 2 jam di rumah saya.
Rupanya orangtua ini punya keperluan tapi tidak bicara kepada saya bahwa mereka mungkin akan datang terlambat untuk menjemput anak mereka dari rumah saya setelah selesai les. Bahkan juga tidak memberi penjelasan apa pun setelah saya sms atau telpon.
Aduh mak! Saya kesal bukan main pada waktu itu karena hari itu saya capek setengah mati. Tentu saja saya tidak bisa meninggalkan anak itu untuk pergi tidur karena selama anak itu berada di bawah atap yang sama dengan saya maka berarti saya bertanggungjawab sepenuhnya atas dirinya.
Dan hal seperti itu terulang lagi sampai dua kali.
Saya tidak bermaksud menghakimi, tapi ada tipe-tipe tertentu yang menggampangkan hal-hal yang sebetulnya tidak boleh digampangin. Saya bertemu dengan tipe orang yang mungkin berpikir karena si anak dan saya menjalin hubungan erat maka tentunya saya tidak akan keberatan ‘dititipi’ si anak 1-2 jam setelah jam les selesai tanpa pemberitahuan di muka tanpa memperhitungkan bahwa ada kemungkinan saya sedang dalam keadaan sibuk dengan pekerjaan rumah tangga yang belum selesai atau harus mengajar les lagi atau fisiknya sedang tidak fit, mengantuk atau sangat capek.
Lain lagi ceritanya dengan seorang ibu dari anak les saya. Sebelum ini saya mengajar les di dua tempat. Satu di rumah dan yang lain di tempat les milik seorang kenalan saya. Nah, anak dari ibu ini mengambil les membaca pada saya di tempat les.
Setelah dua bulan les dan melihat kemampuan membaca anak ini meningkat cukup pesat maka saya memutuskan untuk tidak memperpanjang lesnya. Jadi saya pun menulis sebuah surat untuk menjelaskannya karena di rumah si anak tidak ada telpon, yang punya hp hanya ayahnya yang menurut saya tidak tepat kalau dia yang saya hubungi karena ibunyalah yang pertama kali mengantarkan anak itu les dan alasan terakhir adalah karena saya tidak punya waktu untuk mampir ke rumah si anak.
Tidak ada respon apa pun dari ibu itu padahal saya mencantumkan nomor hp dan telpon rumah di surat itu dengan perkiraan ada kemungkinan dia akan menghubungi saya. Ternyata tidak sama sekali. Bahkan tidak ada surat / note balasan dari ibu ini waktu saya bertemu dengan si anak di sesi les kami yang terakhir. Tidak ada titipan omongan apa pun dari dia. Sampai saya tanya ke anak itu apa surat saya sudah disampaikan ke ibunya. Jawabnya sudah. Bahkan dari omongan si anak, saya berkesimpulan surat itu mereka baca bersama-sama. Tapi toh, tidak ada tanggapan dari si ibu untuk disampaikan kepada saya.
Terheran-heran juga saya dibuatnya karena baru sekali itu saya bertemu dengan orang tua murid yang tidak memberikan pertanyaan atau respon menanggapi pemberitahuan bahwa saya menghentikan les anaknya dan laporan saya mengenai kemajuan membaca anak itu. Sama sekali tidak ada reaksi. Luar biasa juga ya... Hehe.
_______________________________________________________________________
Our parents formed us.
They have their contribution either intentionaly or unintentionaly on shaping or forming us as a person we are today. Are we fair people, compassionate, short tempered, punctual, forgiving, snobbish, easy going, smoker, abusive, persistant and many other habits or characters that our parents have formed or instilled in us.
But there are other things which we picked up from the people around us and in time became our own habit or character.
So be glad if you see your kid imitates your positive habit or character. But don’t yell at him or her when you see his or her annoying habit or behavior. He or she may have picked it up from your own habit or behavior.
But fact shown how your habit or character might have created situation that made your child develops certain kind of attitude which in time would become the kid’s habit or character.
Many low self esteem kids have dominating or demanding parent(s). Father’s or mother’s (or both of them) characters have proven to play big effect in forming their kid(s) characters. Sometimes parents thought (and believe) what makes them tough may work the same for their kids. But it does not work like that to all kids. Some feel depressed, lost their way, feeling like a looser for unable to reach their parents’s standard or expectation.
A teacher sometimes must act like a substitute parent because it is human’s instinct to seek for a role model. Someone or some people whom we can trust, depend and look upon.Therefore if I’m asked about how many kids do I have, my answer would be like this ‘oh, I have more than 100 kids’. I am not kidding. Definition of a kid is not limited to the one born from one’s womb, right? Plus being a teacher means I must also act like a substitute parent then it is right when I said I have more than 100 kids. And I love them all.
This terribly upset me because I actually feeling very exhausted that day but I couldn't rest as long as I had that kid under my roof because I responsibility.
I don't mean to judge anyone but there are type of people who just take things easy. It should not be applied to every matter or every situation. It seems that because they saw the kid and I have close bond they assumed I wouldn't mind to have him in my house for 1-2 hours without prior notice nor consideration that I probably was tired, didn't feel well or had things to take care in the house after the tutoring hour.
I have another of quite an experience with the mother of my tutoring student. I tutor not only at home but also in a friend's tutoring place. So a kid was enrolled in reading tutoring and after 2 months his reading skill is improved quite good so I decided that he did not need tutoring anymore. Therefore I wrote his mother a letter to inform and explain why I decided to stop his kid's tutoring.
I chose to write a letter because they don't have any phone at home and I did not feel comfortable to call the kid's father (he is the only one who has a cellphone) since I never met him and felt more proper to contact the mother because she was the one who took the kid to meet me from the first session of our tutoring and last reason is because I had no time to stop by at the kid's house.
I never got any response from the mother. No letter or short memo. No call though I had written my cellphone number and my home phone number in that letter. No message given to me through the kid. I asked if the kid has given my letter to his mother and he said he did. They even seemed to have read it together. But there was no response at all.
I thought it was quite odd because normally people would ask questions, give comment or just say thank you after receiving such letter. But none.
So you think it's just educating the kids? Well, some parents need that too.
No comments:
Post a Comment