Makanan Secukupnya / Daily Bread
“… berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya..” adalah sepenggal dari doa Bapa Kami yang berbicara tentang kemampuan Tuhan untuk memeliharakan umatNya.
Saya tidak datang dari latar belakang keluarga berekonomi kuat. Kami memang tidak pernah kekurangan. Kami masih tetap bisa makan tiga kali sehari. Daging dan susu bisa dipastikan selalu ada di rumah.
Walaupun pernah juga ada masanya di mana kami mengalami keadaan sangat prihatin sampai nyaris di malam natal kami harus merayakannya dengan hidangan sayur daun pepaya kalau tidak ada kiriman makanan dan kue dari kenalan kami.
Pendapatan saya memang berfluktuasi. Di tahun 1995 saya pernah bergaji hampir sejuta. Lalu tahun 1997 gaji saya hampir tiga juta. Dengan gaji sebesar itu kehidupan saya dan orang tua saya lumayan makmur mengingat nilai rupiah masih kuat dan harga-harga tidak segila sebelum terjadi krismon.
Tapi datanglah masa-masa di mana saya harus bekerja dengan upah jauh di bawah UMR di jaman setelah krismon. Terutama ketika menjadi guru TK. Gaji awal saya 300 ribu. Naik 50 ribu setiap tahun. THR hanya separuh dari jumlah gaji sebulan.
Menafkahi diri sendiri saja sulit dengan gaji seminim itu apa lagi kalau harus menghidupi orang lain. Padahal sejak tahun 1996 penghasilan keluarga kami hanyalah lewat gaji saya. Orang tua saya tidak berwiraswasta, tidak punya deposito, bukan pemain saham atau berinvenstasi dalam bentuk mata uang asing atau emas.
Mereka punya bakat tapi tidak menjadikan bakat-bakat itu sebagai alat untuk mencari uang. Kecuali dulu ketika masih muda ibu saya pernah bekerja sebagai guru les di luar pekerjaannya mengajar di SMA dan ayah saya rajin mengobyek. Tapi dengan bertambahnya umur, mereka hanya mengandalkan gaji. Apa mau ternyata tempat kerja mereka tidak memberikan pensiun. Jadilah mereka menggantungkan hidup pada anak satu-satunya.
Setelah menjadi guru barulah saya mengalami harus bekerja dobel. Saya mengajar les. Di luar itu saya tidak punya minat untuk berwiraswasta. Bakat dan kemampuan saya ada di bidang kerja kantoran, mengajar, menulis dan fotografi. Tapi bidang tulis menulis dan fotografi belum menghasilkan uang untuk saya sehingga saya mengukurnya hanya sebagai hobi.
Penghasilan saya sekarang ini sebagai tenaga administrasi gereja memang dua kali lipat lebih besar dari gaji saya sebagai guru TK. Tapi itu pun belum menjamin kecukupan sehingga saya masih tetap mencari penghasilan sampingan yaitu dengan mengajar les.
Namun mengajar les tidak semata-mata saya lakukan untuk menambah penghasilan. Mengajar sudah menjadi panggilan jiwa. Menyatu dengan darah saya. Uang memang saya butuhkan tapi kalau sudah sampai ke perkara mengajar, bukan uang yang selamanya saya kejar.
Dalam bayangan saya saat ini adalah saya bekerja di bidang non pendidikan untuk mendapatkan cukup dana untuk membangun sebuah sekolah sehingga saya bisa bekerja di luar bidang pendidikan tapi masih tetap bisa mengajar di sekolah.
Itulah cita-cita. Impian. Harapan. Doa. Hanya perkara waktu saja…
____________________________________________________________
“… and give us this day our daily bread…” is part of the prayer taught by Jesus to His diciples that shown He provides our daily necessities.
I come from working class. We never loaded but never lacked either. We can still eat three times a day. Meat and milk are always stacked in the house.
There were hardship though such as when we had nothing except papaya leaf soup for our meal in Christmas eve if a friend of ours didn’t send us decent meal and cakes.
My income fluctuated over the years. In 1995 I made nearly a million a month. In 1997 my salary was nearly three millions a month. It was enough to make me and my parents lived quite well off considering our country’s currency was strong and living cost was not as high as after the economic crisis that hit asia in 1998.
PT. Indosat - 1995 |
It is hard to make ends meet for myself. The fact is I have worked to feed my parents as well since 1996. My parents are not self made people. They don’t have money deposits in the bank, nor have investment in stock, bond, currency or gold.
They do have talents but they just don’t use them to make money. Except when they were young like my mother who tutored apart from her teaching job in high school or my father did many side jobs. But as they grew older they relied only on their salary and unfortunately their work didn’t give retirement pension or compensation. So they clinging on me.
After I worked as kindergarten teacher did I have the experience of had to do double jobs or I wouldn’t make ends meet. My skills and talents that I can rely to make money is my office skills, teaching, writing and photography. But seeing that I have not able to make money from writing and photograpy make me put them just as hobbies.
My job as church administrator pays double than my kindergarten salary but it still is not enough to make ends meet so I am doing tutoring. Though when it comes to teaching I am not always doing it for money. I do need the money but teaching for me is a call, it is in my blood so teaching has immaterial value.
The scenario in my head is me doing office job to get the money to build a school and so I can own and teach in my own school.
No comments:
Post a Comment