Ah.. jalan-jalan lagi..
Ah..
another traveling..
Biara Lembah Karmel jadi tujuan saya.
Karmel
Valley Monastery became my destination.
Disanalah keponakan saya tinggal dan bekerja.
My niece lives and work there.
Kangen saya sama dia. Kami terakhir kali bertemu dua tahun
lalu.
Kami sibuk dan terikat dengan pekerjaan serta kehidupan
masing-masing. Akhir tahun lalu ketika menyusun rencana jalan-jalan untuk tahun
ini, saya memutuskan untuk memasukkan Karmel dalam daftar tujuan traveling.
Each of us
was busy and tied with work and life. Last year when I set the plan for this
year’s traveling, Karmel made into the list of my traveling destination.
*
* * * *
Saya belum pernah ke Lembah Karmel. Saya tidak punya ide
tempatnya seperti apa, naik apa ke sana, berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk sampai ke sana, berapa biayanya..
I have
never been to Karmel Valley. I had no idea how it looks like, what to take to
get there, how long would it take to get there, how much would it cost..
Googling..
Lumayan lega karena mendapat info tentang transportasinya.
It relieved
me to get information about how to get there.
Yang lebih melegakan adalah dua hari sebelum berangkat, saya
bertemu dengan seorang lulusan STT Cipanas. Anak muda yang ramah itu tidak
hanya menjadi teman mengobrol yang menyenangkan, dia juga memberikan keterangan
yang lebih jelas tentang kendaraan menuju Karmel.
What’s more
relieving is two days prior to the departing date, I met an STT Cipanas
alumnae. This friendly young man was not just became a nice company to talk to,
he also gave clearer information about how to go to Karmel.
*
* * * *
Ngajak kiri, ngajak kanan.. yah, semuanya pada kagak bisa
ikut.
I have
asked some people but well, no one seemed to able to come with me.
Mulai dari ga bisa ninggalin cucu, emak sampai suami.
Couldn’t
leave grandchildren, mother and husband were the considerations.
Duh, gimana dong.. saya ga bisa maksa kalau sudah begitu.
Padahal saya pengen banget bisa jalan bareng tiga sahabat saya ini. Mereka
sudah saya anggap seperti ibu dan kakak sendiri. Kami kompak, akur, saling
mendukung, saling melindungi dan diatas segalanya, kami saling menyayangi.
Gosh, if
that was the case.. I couldn’t push them though I really wished I could go
there with my three bestfriends. They have become like mother and sisters to
me. We get along well, we support each other, cover each other’s ass and above
all else, we love each other.
Ngajak adik dari keponakan saya? Dia dan keluarganya juga
tidak bisa.
I asked my
niece’s brother. He and his family couldn’t come either.
Andre? Dia sibuk dengan kerjaan.
Andre? He
was busy with work.
Jiah, kalau kayak gini
sih judulnya gue harus jalan sendiri. Ah, tapi ngapain takut? Toh saya
sudah pernah traveling sendiri ke tempat-tempat lain yang lebih jauh.
Gee, gotta go all by myself. Should I be afraid? I have
traveled on my own to farther places.
Saya berdoa, meyakini bahwa seperti sebelum-sebelumnya,
perjalanan kali ini pun pasti disertai oleh Tuhan sehingga semua berjalan
dengan baik.
I prayed,
believed that just like the ones before, God be in this trip as well so
everything would go well.
*
* * * *
“Ke, dari hari Senin sampai Rabu kita ada doa komunitas”
tulis keponakan saya di whatsappnya “Kalau kamu ke sini hari Selasa dan Rabu,
aku ga bisa nemenin kamu lama-lama”
“We have
community prayer from Monday to Wednesday, Keke” wrote my niece in her whatsapp
message “I can’t accompany you too long when you come here on Tuesday and
Wednesday”
Yahh.. tapi masa mau dibatalin sih? Saya sudah punya rencana
jalan yang berbeda buat bulan April, Mei dan Juni.
Geez.. what
are you saying? cancel it? I have had traveling plans for April, May and June.
“Ga apa-apa deh” jawab saya “Yang penting kita bisa ketemu”
“That’s
okay” I replied her message “The most important thing is we can meet”
Sesuatu dalam diri saya juga mendesak saya untuk bisa
bertemu dengannya sekarang.
Something
in me also urged me to meet her now.
*
* * * *
Selasa, 8 Maret, jam setengah sembilan pagi saya berangkat.
Tuesday, 8
March, I left at eight thirty.
Supir angkot 03 yang baik itu menurunkan saya di tempat mobil
Colt L300 biasa menunggu penumpang. Tempatnya hampir berseberangan dengan
terminal bis Baranangsiang.
The nice 03
angkot driver stopped at the place where L300 minibus usual stop. It is nearly
across Baranangsiang bus terminal.
L300 itu jauh dekat ongkosnya sama, Rp.25.000,-
That L300
minibus charged Rp.25.000,-
Semua L300 ini bercat putih dan rata-rata pada butut. Sudah
begitu setiap celah kosong diisi penumpang. Saya hitung-hitung didalam mobil
yang saya tumpangi itu ada 15 penumpang dewasa, satu bayi, satu balita, satu
anak dan supir.
http://www.catatantraveling.web.id |
All this
L300 is painted white and mostly worn out. Every empty spot inside it was
filled with passengers. I counted the people in the one I was in, there were 15
adults, one baby, one toddler, one kid and the driver.
Saya duduk paling belakang.. posisi tidak menguntungkan
karena tidak ada jendela dibagian belakang, terjepit diantara satu bapak yang
memangku anak balitanya dan seorang anak muda yang langsung molor begitu mobil
berangkat.
I sat on
the back row.. unlucky me because there is no window there, stuck between a man
who had his toddler on his lap and a young man who fell to sleep once the car
left.
Yah, maklumlah pergi gaya backpacker, bukan turis borju.
Perkara nyaman jauh deh, kan yang dicari pengalaman dan petualangan.
This is
backpacker’s traveling style, not borjouis tourist. Far from comfortable, after
all, it’s the experience and adventure that I sought.
Begitu-begitu juga saya sempat nyolot sama anak muda yang
duduk disebelah saya. Tidur kok lama-lama nyender ke punggung gue. Sudah saya
kasih kode dengan cara menggerak-gerakkan punggung saya.. eh, kagak ngarti
juga. Udah lagi pengap, gerah, kejempet begini.. masih juga harus ketiban badan
elu..
Still I got
upset to the young man who sat next to me. So he fell to sleep and he lied to
my back. I have moved my back to let him know I didn’t like it.. he didn’t take
the sign. It was suffocating, hot, got stuck.. I had to sit here with you lied
down on me..
Jadi ketika dia kembali menyender ke saya.. hmm.. dengan
sekuat tenaga saya sikut rusuknya dan saya pukul mukanya dengan majalah yang
saya pakai untuk berkipas.
So when he
lied down on me again.. hmm.. I nudged his rib hard with my elbow and I smacked
his face with the magazine which I used as a fan.
Kalau lagi jalan sendiri, saya berubah jadi orang yang
berani, galak dan nekad. Apalagi kalau traveling ke tempat yang jauh dan
sendirian pula.. wah, saya bukan lagi anak manis. Jalanan itu penuh dengan
serigala jadi kalau mau selamat, jangan jadi domba.
When I am
commuting by myself, I turn into a fierce and daredevil person. Especially when
I travel to a far place all by myself.. well, I am not a sweet pie. The road is
full with wolves so to survive, don’t turn into a lamb.
*
* * * *
Perjalanan lumayan lancar dan cepat. Jam 9.36 L300 berangkat
dari Bogor, jam 11 sampai di Pasar Cipanas dan sudah berada di angkot menuju
Lembah Karmel.
The trip
was quite smooth and fast. L300 left Bogor at 9.36 am and got at Cipanas market
at 11 and took angkot to Karmel Valley.
Angkot itu melewati Taman Bunga Nusantara yang setahun lalu
pernah saya kunjungi jadi saya masih ingat jalannya.
That angkot
passed Taman Bunga Nusantara which I visited last year so I remember the route.
Sekitar jam 11.30 saya sampai di depan jalan menuju Lembah
Karmel. Ongkos angkot dari Pasar Cipanas ke situ Rp.6.000. Nah, dari situ
perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek, ongkosnya Rp.15.000.
*
* * * *
Saya terpana ketika pertama kali melihat Lembah Karmel.
Hijau. Luasnya mungkin ribuan hektar. Udaranya sejuk. Damai.
It amazed
me when the first time I saw Karmel Valley. Green. It probably located in
thousands of acres. It is cool. Peaceful.
Saya turun dari ojek dan menemui orang yang mengatur urusan
penginapan.
I got off
from ojek and met the man who arranged the inns.
Sebelum tengah hari saya sudah berada di kamar yang sederhana tapi bersih serta nyaman itu, membersihkan
diri sekadarnya, makan lalu tidur-tiduran. Saya nyaris tertidur ketika
keponakan saya muncul.
Before noon
I was already in the small, clean and cozy room, I refreshed myself, had lunch and took cat nap. I
was almost fell to sleep when my niece came.
Dua jam berikutnya kami berjalan-jalan, mengobrol dan
berfoto.
For the
next two hours we took a walk, chatted and took pictures.
Sorenya sakit perut yang saya rasakan dari siang menjadi
parah dan disertai dengan diare. Obat yang saya minum seperti tidak ada
pengaruhnya.
The
stomache which I felt in the afternoon got worst in the evening and even turned
into diarrhea. The meds I took seemed useless to heal it.
*
* * * *
Paginya saya bangun dengan perut yang tidak karuan
juntrungan rasanya. Tapi saya tidak mengatakan apa-apa pada keponakan saya. Saya
tidak mau bikin dia repot dan khawatir.
The next
morning I got up feeling my stomach was at its worse condition. But I said
nothing to my niece. I didn’t want to bother and worry her.
Semalam kami berjanji untuk ikut misa jam enam pagi dan
kemudian berfoto-foto.
The night
before we promised to attend the mass at six am and after that took pictures.
Kalau melihat foto yang satu ini, saya tahu senyum saya itu bukan
senyum. Itu setengah meringis menahan sakit perut.. hehe..
When I see
these photos, I know that is not a smile I had on my face. It was me grinned
when I felt my stomach hurt like hell.. lol..
Bahwa saya bisa kembali ke rumah di Bogor itu benar-benar
luar biasa karena badan saya lemas karena diare dan saya makan sangat sedikit.
The fact
that I could get back home in Bogor is really amazing because I was so weak out
of diarrhea and I ate very little.
Petualangan saya ke Karmel menceritakan tentang kerinduan
saya pada keponakan saya, tentang penyertaan, kekuatan dan kehadiran Tuhan yang
luar biasa.
My
adventure to Karmel tells about how much I missed my niece and about God’s
amazing presence, strength and guidance.
Obat dari dokter hanya bisa saya minum sebanyak tiga butir
obat diare dan dua butir obat anti mual. Setelah itu badan saya tidak mau
menerimanya lagi hingga akhirnya hanya obat Entrostop, obat diare yang dijual
umum yang saya minum dan yang obat sederhana itu dipakai Tuhan untuk
menyembuhkan saya.
I could
only consume three pills of diarrhea meds and two anti nauseous which given from
the doctor. After that my body rejected them so it was only Entrostop, common
diarrhea meds that I took and which used by God to heal me.
*
* * * *
Hampir dua minggu dan badan saya belum sepenuhnya pulih.
Saya jadi kurus dan rasanya otak saya pun menjadi sedikit miring.. haha..
banyak betul yang saya alami selama empat bulan terakhir ini..
Two weeks
almost passed and I haven’t completely recover. I have lost lots of weigh and I
think I am losing my mind too.. haha.. I have been through a lot in the past
four months.
Tuhan tidak pernah meninggalkan saya dalam sikon apa pun.
God never
forsakes me in any kind of situation or condition.
Persetan dengan penyakit atau bangsat-bangsat mana pun yang berusaha memantrai saya, menyusahkan saya, memfitnah saya, mencaci
dan menghina saya.. tidak ada seorang pun dan sesuatu apa pun yang akan bisa
mengalahkan saya selama saya berjalan bersama Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi serta yang memegang nyawa setiap mahluk hidup di bumi ini.
To hell with
sickness or the assholes around me who tried to cast spell on me, put me into
trouble, slandered me, yelled and degraded me.. nobody and none can defeat me
as long as I walk with God who created this universe and holds every living
human’s life.
No comments:
Post a Comment