Saya amat sangat jarang sakit. Sekalinya sakit… gubrak!
I
rarely get sick. Once I get sick… it’s awful!
*
* * * *
Tolong aku, Tuhan..
Please help me, God..
Hari Rabu, 9 Maret lalu saya pulang dari Lembah Karmel dalam
keadaan sakit.
I was
sick when I got home from Karmel Valley last Wednesday, 9 March.
Saya bisa sampai ke rumah saja sudah merupakan mujizat
karena dari Selasa malam saya tidak berhenti buang-buang air dan saya makan
sangat sedikit karena perut sakit.
It is
a miracle that I could get home because I had diarrhea since Tuesday night and
I ate less as my stomach hurt.
Sebelum meninggalkan Karmel, di kamar saya berdoa “Tuhan,
saya mau pulang ke Bogor. Ini perjalanan yang jauh, saya harus enam kali
berganti kendaraan, saya harus memanggul ransel yang berat dan membawa satu
tas. Tuhan tahu bagaimana kondisi badan saya saat ini, secara alami tidak akan
sanggup untuk menempuh perjalanan seperti itu. Berjalanlah bersama saya, Tuhan,
dengan kekuatanMu badan yang lemah ini akan jadi kuat”
Before
I left Karmel, I prayed in my room “God, I am going back to Bogor. It is a long
trip and I have to take six different vehicles to get home, I carry a heavy backpack and
take one small bag. You know the condition of my body right now, it can’t go on
such a trip. Walk with me, God, so Your strength makes my body strong”
Itulah yang terjadi. Roh Tuhan yang luar biasa kuat
memampukan tubuh saya yang lemah menjadi kuat.
That
what happened. God’s spirit is so powerful He enables my weak body to get
strong.
Saya begitu lega ketika sampai di rumah sehingga untuk
beberapa saat semua rasa mual, pusing dan mulas terlupakan. Setelah kondisi
saya membaik, ayah saya baru mengatakan hari itu muka saya putih pucat dan
kelihatan seperti orang dalam keadaan setengah sadar.. yah, bisa jadi..
I was
so relieved when I got home that for a while all the nausea, dizzy and stomache
were forgotten. Only after I got better did my father tell me my face was so
pale and I looked like half conscious on that day.. well, that’s possible..
*
* * * *
Tuhan, ke dalam tanganMu kuserahkan
roh, jiwa dan dagingku.
God, I put my
spirit, soul and flesh in your hands.
Malam itu, dokter memanggil ayah saya untuk bicara secara
pribadi, ssat itu tahun 1982.
That
evening the doctor asked to talk privately with my father, it was in 1982.
“Kami telah berusaha semaksimal mungkin tapi kami hanyalah
manusia..”
“We
have done all we could but we are only humans..”
Orang tua saya mengingat malam itu sebagai malam dimana
mereka kehilangan seluruh harapan. Mereka melewatkan malam tanpa makan dan
tidur, dengan duduk, menangis dan berdoa di dekat ranjang dimana saya berbaring
antara hidup dan mati.
My
parents remember that night as the night when they lost all hope. They spent
the night without eating nor sleeping, just sat, cried and prayed near the bed
where I lied, dying.
Setahun sebelumnya mereka kehilangan seorang anak karena
demam berdarah dan kini anak mereka yang tersisa terkena penyakit yang sama dan
dokter mengatakan kondisi saya demikian buruk..
my late youngest sister (left) |
A year
earlier they lost a child out of dengue fever and their only child got the same
illness and the doctor told them I was in very bad shape..
Maut demikian dekat.
Death
was close.
“Tapi malam itu juga Tuhan datang dan mujizat terjadi”
kenang ayah saya, selalu dengan muka penuh kekaguman dan takjub “Malam itu juga
kamu sembuh. Tiga hari kemudian kamu sudah bisa turun dari tempat tidur dan
jalan seperti orang yang tidak pernah sakit. Empat hari kemudian kamu sudah boleh
pulang dari rumah sakit”
“But
it was that night when God came and a miracle happened” my father recalled,
always with amazement and awe look on his face “You were healed that night.
Three days later you could get off the bed and walked as if you never got sick.
Four days later you were released from the hospital”
“Kamu dianggap kasus yang luar biasa” sambung ibu saya
“Banyak dokter, suster dan pengunjung yang berdatangan ingin melihat sendiri.
Banyak yang tidak percaya, apalagi karena saat itu terjadi endemik kasus demam
berdarah. Banyak yang meninggal, terutama anak-anak. Malah ada dua anak dokter
yang masuk berbarengan sama kamu yang dua-duanya tidak selamat”
“You
were considered an extraordinary case” add my mother “Many doctors, nurses and
visitors came to see you. Many found it unbelievable because there was dengue
fever endemic. Many died, mostly children. There were two children of a doctor
who committed to the hospital on the same day when you were committed and they
both didn’t make it”
Kira-kira tiga puluh tahun kemudian..
Thirty years or so later..
Ginekolog saya baru saja memberikan vonis; haid saya yang
selama berbulan-bulan tidak berhenti mungkin dikarenakan gangguan hormon atau
karena ada tumor di indung telur atau karena ini adalah gejala awal kanker
rahim.
My
gynaecolog just gave the sentence; my unstoppable haid that has been going for
months was probably caused by hormone abnormality or a tumor in the ovary or it
was uterus cancer early sympthom.
Saya terduduk di lantai dan meninju tembok.
I fell
down to the floor and punched the wall.
Saya tidak takut pada kematian tapi bagaimana saya bisa
dibiarkan kembali berhadapan dengan maut pada waktu ini? Ibu saya sedang sakit.
Orang tua saya tidak bekerja, tidak ada pensiun, tidak ada deposito, tidak ada
penghasilan. Saya bekerja menafkahi kami bertiga.
I am
not afraid of death but how could I be let to face death again at this moment?
My mother was ill. My parents were not working, there’s no pension, no deposit,
no income. I work to support the three of us.
Kemana Tuhan yang tiga puluh tahun lalu mengembalikan nyawa
saya?
Where
was God who thirty years earlier has given my life back to me?
Apakah kali ini Dia akan mengambil nyawa saya?
Would
He take my life now?
Tidak sekarang! Kalau saya mati, siapa yang mau memberi
makan orang tua saya? Apa mereka harus melewatkan sisa hidup mereka berharap
dari belas kasihan orang? Dihina orang? Saya tidak akan bisa mati dengan
tenang. Lagi pula saya punya begitu banyak harapan dan cita-cita yang
setengahnya saja belum tercapai.
Not
now! If I died, who would feed my parents? Should they spend the rest of their
lives living on other people’s mercy? Degrading by people? I couldn’t rest in
peace. Besides, I have so many hopes and dreams that haven’t even come true,
not even half of them.
Saya sembuh walaupun perlu waktu berbulan-bulan sebelum
akhirnya haid itu bisa berhenti.
I was
healed though it took months before that haid stopped.
Tapi hati saya menjadi keras dan dingin. Saya merasa ditinggalkan
dan dikhianati Tuhan. Kalau kalian belum pernah mengalami masalah yang berat
sampai rasanya semua jalan tertutup dan Tuhan diam.. kalian tidak akan pernah
bisa mengerti rasa yang saya rasakan saat itu..
But my
heart was hardened and cold. I felt being abandoned and betrayed by God. If you
haven’t been through the worst that it felt there was no way out and God stood
silent.. you can’t understand how I felt at that time..
Mungkin hampir dua tahun saya menjadi setengah atheis. Lalu
mendekati akhir tahun lalu Tuhan mendatangi saya tanpa saya minta dan tanpa
saya cari.
For
probably two years I became half atheist. As last year was drawn to its close, God
came to me without me asking or seeking for Him.
Saya sedang sakit gigi malam itu. Sakitnya demikian luar
biasa sampai saya berpikir apa saya akan melewatkan sepanjang malam tanpa dapat
tidur. Ketika saya sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba saya melihat Tuhan
berdiri di dekat saya (Saya ini dikaruniakan kemampuan bisa melihat dunia roh. Saya seorang Indigo).
I had
toothache that night. It hurt like hell that I thought I would spend the night
without able to sleep. As I was thinking like that, suddenly I saw God stood
next to me (I am blessed with the ability to see spirits. I am an Indigo).
Dia memeluk saya tanpa mengindahkan protes saya.
DiletakkanNya tanganNya di kepala saya dan sakitnya luar biasa seperti kepala
saya mau pecah tapi setelah beberapa saat, sakit gigi saya hilang!
He
held me without paying attention to my protest. He put His hand on my head and
it hurt so bad it felt as if it would explode but a moment later all the pain
from toothache was gone!
Malam itu saya bisa tidur pulas.
I
could sleep soundly that night.
Malam itu juga saya berdamai dengan Tuhan.
I made
peace with God at that same night.
Kira-kira enam bulan kemudian..
Six months or so later..
Malam itu ketika saya dan orang tua saya sedang berdoa..
That
night when my parents and I were praying..
Tiba-tiba saya melihat maut di depan saya.
Suddenly
I saw death infront of me.
Ya, maut.. saya
sudah pernah beberapa kali melihatnya, saya mengenalinya walaupun kali itu dia
muncul dalam bentuk yang berbeda.
Yes,
it was death.. I have several times
seen it so I recognized it though it appeared in different form.
“Berbaiklah dengan saya” katanya dengan suara mengiba.
“Come
back to me” it said with sad voice.
Berdamai sama elu??
Gila apa?! Siapa juga yang mau? “Enyahlah, dalam nama Yesus!” usir
saya keras “Pergi!”
Make peace with you?? Wtf?! Who the hell wants it? "Go away, in the name of Jesus!" I casted it away "Go Away!"
Dia pergi tapi dikejauhan saya melihat dia menatap saya
dengan marah dan saya mendengar dia berkata “Saya bunuh kamu! Kalau saya tidak
bisa mendapatkan kamu, tidak seorang pun bisa mendapatkan kamu!”
It
left but in a distance I saw it stared at me angrily and I heard it said “I
will kill you! If I can get you, nobody else will get you!”
Saya tidak takut tapi ancaman itu tidak bisa saya acuhkan.
Saya ceritakan pada orang tua saya dan sejak itu pula kami semakin kuat dalam
doa serta iman. Selain itu saya juga selalu waspada.
I am
not afraid but I can’t ignore that threat. I told my parents about it and
eversince that we became more intense in prayer and faith. I also raise my
alertness.
Mujizat kesembuhan..
Miraculous healing..
Orang mengira sakit saya ini enteng. Mungkin cuma mencret
biasa, diare yang gampang sembuh.
People
think my illness is nothing. Maybe it is just a diarrhea, the kind that easily
healed.
Yang mereka tidak tahu adalah hari Rabu malam kondisi saya
memburuk. Sudah dua puluh empat jam kalau saya buang air, feses saya tidak
berbentuk padat, cair. Selain itu saya juga mual, saya sulit menelan makanan,
obat atau bahkan air, perut saya sakit luar biasa dan puncaknya adalah saya
muntah.
What
they don’t know is my condition worsened that Wednesday night. It’s been going
for twenty four hours that when I pooped, the feses was liquid. I had nausea, I
couldn’t swallow any food, meds or even water, my stomach hurt so much and on
top of them is I threw up.
Ketika saya melihat makanan dan obat yang sebelumnya dengan
susah payah saya telan keluar semua, ketika saya melihat ayah saya memeluk saya
sambil menangis, ketika saya merasakan kesadaran saya mulai menipis..
When I
saw all the food and meds that I have taken with hard effort were all thrown
out, when I saw my father held me as he cried, when I felt I lost my
consciousness..
Saya memegang tangan Tuhan dan dengan sisa tenaga, dalam
hati saya berbisik..
I held
God’s hand and with little energy left that I had in me, I wishpered in my
heart..
Tuhan, ke dalam tanganMu kuserahkan
roh, jiwa dan dagingku.
God, into your Hands I commit my
spirit, soul and flesh.
Malam itu juga terjadi mujizat. Setelah muntah, saya bisa makan
lagi walaupun cuma dua sendok nasi. Saya juga bisa tidur sepanjang malam tanpa
diganggu sakit perut dan tidak terbangun karena ingin buang air besar.
Miracle
happened that very night. After I threw up, I could eat again though it was only two
spoons of rice. I could also sleep all night without stomache and not got up to
poop.
Besoknya kami ke dokter. Satu obat anti mual dan satu obat
sakit perut secara ajaib dipakai Tuhan untuk membuat hari itu saya bisa makan,
tenaga saya berangsur kembali.
The
next day we went to the doctor. One anti nausea medicine and one medicine for
the stomache were miraculously used by God to make me able to eat that day so
my energy was slowly returned.
Saya tetap masuk kerja hari itu. Bukan karena saya gila
kerja, bukan juga karena saya demikian mencintai pekerjaan saya.
I went
to work on that day. Not because I was a workaholic, nor because I love my job
so much.
“Tuhan, saya tidak mau ada orang yang akan memaki saya,
mengatai saya tidak bertanggungjawab dan menggerutu karena harus mengerjakan
pekerjaan saya jadi saya akan tetap masuk hari Kamis, Jumat dan Sabtu ini” doa
saya “Beri saya kekuatanMu”
“God,
I don’t want to have anyone yell at me, telling me of being irresponsible, grumble
because they have to do my job so I must come to work these Thursday, Friday and
Saturday” I prayed “Give me Your strength”
Ditengah sakit perut, keringat dingin, badan gemetar, lemas,
kepala pusing, berjalan harus pakai payung yang saya jadikan tongkat dan kadang
dipapah ayah saya.. saya bisa datang ke kantor selama tiga hari itu dan
menyelesaikan seluruh pekerjaan saya. Itu mujizat.
Amidst the stomache, the cold sweat, the trembling, the dizzy and I had to use umbrella as walking stick, sometimes my father held me.. I could come to work for those three consecutive days and did all
my work. It was miracle.
Tiga hari setelah itu saya benar-benar tidak sanggup masuk kerja.
Three days after that I really couldn't come for work.
Saya berterima kasih sekali pada teman-teman terdekat yang dengan tulus hati mengasihi dan
peduli pada saya serta mengkhawatirkan saya. Mereka berusaha menolong saya bahkan
tanpa saya minta, menanyai bagaimana kondisi saya, mendoakan saya sampai
menelponi saya di rumah untuk mengetahui apa saya baik-baik saja setelah sampai
di rumah.
I find sincerity in love & friendship in these people (photos were taken less than ten days before I got sick) |
I am so grateful to my
closest friends who sincerely love and care for me and deeply concerned about
me. They tried to help me even without me asking a favor, they asked how I was,
prayed for me and even called me home to know how I was doing once I got home.
Mereka ikut membesarkan semangat saya untuk sembuh dan
bangkit kembali.
They
have their part to boost up my spirit to get well and stand up again.
*
* * * *
Dua minggu sudah lewat..
Two
weeks have passed..
Saya sembuh karena mujizat. Obat dari dokter tidak bisa lagi
saya minum karena badan saya tidak mau menerimanya. Jadi hanya obat diare yang di
jual umum saja yang saya minum dan kuasa Tuhan membuat obat sederhana itu menyembuhkan saya.
With my father, Sunday, 20 March 2016 |
Sekarang saya masih dalam masa pemulihan. Menjaga makan dan banyak istirahat. Kadang bisa tiba-tiba diarenya kumat lagi dan itu artinya selama beberapa hari perut serta badan kembali terasa tidak enak.
I am in recovery process. I watch what I eat and get plenty of rest. Sometimes diarrhea could just reappear and it makes the stomach and body don't feel good for few days.
Sebab justru
dalam kelemahanlah, kuasaKu menjadi sempurna (2 Korintus 12:9)
My strength is
made perfect in weakness (2 Corinthians 12:9)
Terima kasih, Yesus.. untuk semuanya.
Thank
you, Jesus.. for everything.