“Kok nulis blog rasanya susah banget setelah kerja di sini” gerutu saya Jumat siang (20/10) “Dulu waktu masih jadi guru setiap hari pasti posting tulisan di blog”.
“Kenapa?” suara kalemnya terdengar.
“Tidak tahu. Kurang inspirasi” jawab saya sekenanya.
“Ya, cari dong inspirasi dari hal-hal yang ada di sini”
Hmm… saya meliriknya. Dia masih duduk manis di kursi saya, menghadapi laptopnya. Saya tidak tahu apakah tadi dia bicara sambil menatap saya atau sambil tetap memelototi layar laptop, tapi yang pasti adegan seperti inilah yang sering terjadi. Dua orang berada dalam satu ruangan tapi keduanya tetap sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dia dengan laptop atau buku bacaannya sedangkan saya dengan komputer kantor. Dan ini bisa berlangsung dari pagi sampai siang bahkan berlanjut terus sampai sore.
Saya tersenyum. Merasakan senar jahil saya mulai bekerja “Mungkin saya akan menjadikan kamu sebagai inspirasi. Hmmm…, saya akan menulis begini; saya punya teman yang seriusnya ampun-ampunan tapi kalau sudah iseng bisa bikin saya minta ampun. Tapi kalau dia tidak ada pusing juga saya jadinya”.
Saya meliriknya. Hehe. Tersenyum juga akhirnya dia. Gitu dong. Serius banget sih dari tadi.
Tapi malamnya saya berpikir. Saya baru saja menyelesaikan tulisan saya untuk blog & sedang mencari ide untuk dijadikan bahan tulisan berikutnya. Tapi apa yang akan saya tulis? Ah, mentok lagi saya.
Lalu percakapan kami pagi tadi melintas. Ya, dia benar. Kenapa tidak mencari inspirasi dari apa yang ada di sekitar tempat kerja saja? Masa saya tidak bisa sih? Kan hal itu sudah saya lakukan dari dulu. Saya menulis tentang murid-murid saya, tentang emak-emak mereka, tentang rekan-rekan kerja saya, tentang kepala sekolah. Jadi kalau dulu lancar-lancar saja kenapa kok sekarang saya merasa enggan menulis tentang orang-orang yang ada di tempat kerja saya sekarang ini?
Sekarang? Mmm.. kebetulan dia yang paling sering nemenin saya di TU, jadi dia saja yang saya jadikan inspirasi buat tulisan saya kali ini. Anggaplah sebagai bentuk apresiasi & isengnya saya buat dia.
So, hasil psikotest menunjukkan bahwa saya seorang ‘pembosan’. Saya tidak akan mengelak. Saya memang orang yang cepat bosan. Tapi sedikit yang tahu kalau saya tidak pernah merasa bosan kepada teman-teman saya. Lha, bagaimana saya bisa merasa bosan dengan mereka kalau masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda. Rasanya seperti mencicipi semangkok besar es krim dengan sejuta rasa. Hehe.
Karena itulah keberadaan mereka bisa menghilangkan kejenuhan saya pada pekerjaan & bahkan pada kehidupan.
Ketika mengetahui bahwa saya akan berpindah tempat kerja (pada bulan Juli 2011 saya berhenti bekerja sebagai guru TK untuk bekerja di gereja), doa saya adalah ‘Tuhan, berikan kepada saya teman-teman baru yang bisa menjadi pendamping di saat senang & susah’.
Toh tetap saja saya harus melewati masa transisi yang tidak mudah. Selama hampir 2 bulan batin saya merana karena terpisah dari kurcaci-kurcaci kecil itu karena mereka bukan hanya murid. Mereka adalah teman-teman saya juga.
Setelah bekerja di sini saya tidak pernah berharap dia & saya bisa berteman sebaik ini. Masalahnya begini, saya sebetulnya lebih suka berada di antara orang-orang yang lebih tua karena mereka saya nilai memiliki tingkat pengendalian emosi dan kedewasaan yang lebih tinggi dari pada anak muda.
Bersama orang-orang sebaya atau yang lebih tua membuat saya merasa jadi lebih tenang. Sedangkan mereka yang lebih muda yang masih penuh dengan pergolakan emosi. Berada dengan anak muda membuat saya harus bisa menahan diri, harus mengalah & harus bisa mengikuti gaya mereka. Bukan hal yang buruk sih. Anak muda penuh dengan spontanitas, enerji, keluguan & kejujuran tinggi. Selain itu mereka juga tidak terlalu merepotkan perkara formalitas sehingga hubungan bisa menjadi lebih luwes & tidak berjarak.
Di sisi lain, walau saya terbiasa bergaul dengan orang dari berbagai tingkatan usia tapi selama lebih dari 6 tahun sebagian besar dari mereka adalah wanita & sudah yang berkeluarga pula. Dengan faktor seperti itu tidak heran bila mentalitas mereka melambung melampaui usianya. Akhirnya terasa seperti bergaul dengan orang-orang yang lebih tua dari saya.
Kami berbeda umur & gender.
Dia menyukai hal-hal yang berbau filosofi. Saya penggemar komik & buku model Harry Potter.
Dia lebih memilih musik bernada tenang sementara saya lebih menyukai jenis yang berjingkrak-jingkrak.
Dia mengantuk kalau membaca buku di siang hari sementara saya kalau sudah ketemu buku yang menarik tidak peduli pagi, siang, sore atau malam, akan saya tancap terus membacanya. Gimana bisa berasa ngantuk kalau ceritanya menarik, coy?
Dia menahan diri. Saya ceplas-ceplos. Bicara & bertindak apa adanya. Kadang tanpa berpikir dulu.
Dia murah hati. Saya cenderung penuh perhitungan.
Sepertinya dia lebih sosial dibandingkan saya yang individualis. Tapi dalam bergaul, sepertinya saya lebih luwes dari pada dia.
Saya tidak tahu apakah dia tipe orang rumahan atau yang suka keluyuran. Walaupun saya tipe orang rumahan tapi saya enjoy saja kalau di ajak keluyuran putar-putar di mall, nongkrong di kafe atau dugem sampai subuh. Tentu saja frekuensinya tidak lagi sesering 10 tahun lalu sewaktu mood & tenaga (terutama duit) lagi top untuk berhura-hura.
Karena di pepet sikon dia jadi bisa masak. Saya? Saya berdekatan dengan kompor cuma untuk masak air atau buat ngebersihin kompornya. Hehe.
Dia pendengar yang baik. Enak buat dijadikan teman curhat. Sementara saya tidak sabaran mendengarkan curhat. Apalagi kalau yang menurut saya jenis curhatan yang di ulang-ulang tanpa ada tanda usaha untuk keluar dari masalah, sikon, sifat atau kebiasaan dari orang yang curhat itu.
Dan diam-diam saya menjulukinya Mr. Cool berhubung dia kalem. Malah kadang rasanya super duper kalem. Bikin saya jadi gregetan. Contohnya pernah sekali rasanya saya sudah nyerocos panjang lebar dari utara ke selatan & dia hanya berkomentar 3 kali. Alamak!
Saking cool-nya, pernah saya sampai bertanya-tanya sendiri, sebetulnya dia menyimak atau tidak ya pada apa yang saya ucapkan karena komentarnya irit betul & air mukanya datar-datar saja. Tapi sekian minggu kemudian dia mengejutkan saya ketika kami sedang mengobrol tentang suatu topik & tiba-tiba dia menyinggung tentang seseorang yang pernah saya curhatkan. Komentarnya menyadarkan saya bahwa rupanya dia menyimak curhatan saya & mengingatnya.
Biar pun dia kelihatannya cool & punya banyak kelebihan tapi berapa kali saya mengendus ketidakpercayaan diri. Entah apa yang bisa bikin dia ga pede.
Kemampuan koordinasinya lebih baik. Jadi kalau mau tanya arah atau lokasi suatu tempat lebih baik nanya sama dia. Saya tahu jalan tapi kacau kalau di suruh memberikan arah.
Dia bisa makan seabrek & tetap ceking. Heran. Yah, doain deh saya bisa kerja jadi guru lagi karena biar pun menyenangkan tapi profesi itu juga memiliki tingkat aktivitas fisik & stressnya tinggi. So di jamin saya pasti bakal kurus kalau kerja jadi guru lagi. Hehe.
Nah, daftarnya bisa lebih panjang kalau mau saya runut-runut lagi. Maklum, kebiasaan jadi guru yang selalu memperhatikan, mempelajari & menganalisa murid. Akhirnya bukan cuma ke murid tapi ke semua orang.
Dengan semua perbedaan itu, lalu adakah persamaan di antara kami? Tentunya (baca: untung saja masih..) ada. Hehe.
Kami senang membaca, musik, menulis (masing-masing punya blog), punya imajinasi tinggi & (sukurnya juga) rasa humor serta kejahilan yang sama walau pun selama ini lebih sering dia yang menjahili & meledek saya. Selain itu kami juga bekerja & beribadah di tempat yang sama serta kami memiliki keinginan untuk melayani sesama.
Pendek betul ya daftar persamaan di antara kami berdua. Tapi yang pasti, gara-gara dia, saya jadi belajar mengenai satu jenis persahabatan yang berbeda dengan yang selama ini saya kenal. Dan itu adalah bahwa Tuhan mengaruniakan kasihNya sebagai jembatan atas segala keanehan, keunikan, perbedaan, persamaan, kelebihan & kekurangan di antara setiap manusia.
Saya belajar dari setiap orang yang saya temui. Saya anggap bukanlah suatu kebetulan bahwa mereka ada di sekitar saya.
Dan dia sudah mengajarkan saya tentang banyak hal. Sebetulnya kita saling mengajari sih. Saling mempengaruhi.
Hah, udah ah, tahu ga kalau saya nulis ini sampai jam 23.30?! Gile aja kan, sampai segitu lamanya nulis tentang ‘mahluk’ satu itu. Tapi gara-gara dia juga saya nemuin lagi greget lama yang sempat kendor & bikin saya malas nulis. Makasih ya, sobat ..
___________________________________________________________________________
“Why is it so hard to find something to write for my blog since I work here?” I grumbled to myself “It didn’t happen like this when I worked as kindergarten teacher”
“Why is that?” I heard his calm voice asked me a question that I myself don’t know the answer.
“No inspiration” was my reply.
“So look around. Inspiration is all over you”
Hmm… I glanced at him. He was sitting on my chair. Facing his laptop on my desk. Nothing out of the ordinary. He comes to my room bringing his laptop or book & stay working on his laptop or dwell on his book. Me? Well, I take my place at the computer desk. Busy doing whatever I need to do. We stay like this the whole day. Sometimes with less talking.
I smiled. Sensing a tickle. “Oh, I think I will write about you. Let’s see, I will write like this; ‘I have a friend. He is so serious like a boring professor & drives me crazy with his jokes. But he gives me dizzy if he’s not around”
A smile appeared on his face. That’s better. He is so darn serious since morning.
But in the evening my mind jammed again. I just made a blog posting & ready to work on the next material when I realized I had no idea at all. Right at that time our conversation rang in my ear. He is right. I can find any inspiration from the people, things or event around me. I did that before. So why I seemed to forget how to do that? Well, if I could do it then, I surely can do it again.
And as a start I think I am writing this about him. For him. As a way I’m thanking & appreciating him for being an inspiration & of course for being a friend.
The psychology test showed that I get bored easily. That is true. I won’t deny it. But what the test didn’t show is that I can never be bored of my friends. How could I? They have vary in character, personality & habit that it feels like having a bowl of thousand flavor ice cream.
The friends I left behind should be replaced soon because I missed my students deeply. They were not just students. They were my friends.
But when he came around it never crossed my mind that we would become friends. First it is because I feel more at ease with older people. I think they have better self control & they have matured. They make me calm. This is what younger people don’t have & can’t do. Younger people have the energy, enthusiasm, spontaneity & unpretentious but they are don’t have deep understanding, patience, wisdom & maturity.
Further more, I’ve been hanging around women for 6 years whom mostly are mothers. Being married & have kids have made them out grown their age. They eventually appears older than me.
Beside that, there are too many differences between us. From gender to age.
He likes philosophy while I prefer comic or Harry Potter.
He prefers slow music while I enjoy dynamic kind a music.
He gets sleepy when he does his reading in the afternoon while I can read at anytime day & night. Man, if it’s something interesting, who would feel sleepy?
He hold himself. I do & speak out my mind without hesitation. Sometimes without thinking.
He is generous. I am a calculated person.
He is a people person while I prefer to mind my own business. But it seems I mingle easier than him.
I don’t know if he is an indoor or an outdoor person. I consider myself more of an indoor person but don’t mind to hanging out at the mall or stay at pubs till early hours though I don’t do it as often as when I was full with energy & time (mostly money).
Situation forces him to learn to cook. I allow myself to get near the stove to boil water to clean the stove.
I quietly dubbed him Mr. Cool because he is so cool because there was one time when I seemed to have talked a thousand of words & he liked giving just 3 comments. But for this reason I question myself if he really listen to me when I unburden or talk to him. Not until he surprised me when he recalled a person of whom I told him has upset me that I realized he did listen & remember.
Despite his coolness, I sense his insecureness. I wonder why..
He is better in giving road direction. I know the roads but lousy in giving direction.
He can eat a lot but remain skinny while I have gained weigh due to the lackness of physical activities in the present job. Well, pray that I will get teaching job because it’s fun, it keeps you mobile & has quite high stress level. I know I will shed the extra pounds when I work as a teacher.
The list can go longer. The way of observing my students has seemed to make into a habit. It explains why I am doing it to everyone. The things I observe about him are not just about our differences but also what we have in common. Though the list is shorter but at least we can sigh in relief that there are still things in common between us.
We like reading, writing (each of us is blog writer), good imagination, music & most importantly is high sense of humor. We work in this church. We have the same interest in humanity.
I get to learn a different kind of friendship. It’s not the same with the one I knew & used. But it makes me see how God’s love has become sort of a bridge. It connects us through all of our differences. Beside, it is what friendship means.
People teach us so many good lesson so I believe it is not a coincidence that I am surround with them.
And he has taught me some good lesson. I am happy to have him around though he does giving me headache. Especially when he starts teasing or joke me around. I can’t tell how many times have I pinch or smack him whenever he does that.
But I don’t know why one glance at him can calm me down when I was depressed. It happened when I was feeling upset after got back from the bank or when we were having chaotic morning after the preacher asked us to meet her & led her the way to the church at the last minute.
No comments:
Post a Comment