Bekerja & Beristirahat / Work & Rest

“Besok jangan bangun pagi buta” kata nyokap ke saya (Senin malam, 31/10) “Kan besok libur”

“Ya kalo ngikutin maunya sih, siapa juga yang mau bangun subuh di hari libur” jawab saya.

Jam 4.30 pagi saya pasti bangun. Libur atau tidak libur. Tapi tentunya tidak setiap hari saya bangun jam segitu. Hanya setiap hari Selasa & Jumat karena hari-hari itu saya harus mencuci pakaian. 

Kalau boleh memilih sebetulnya saya ogah bangun sepagi itu. Apalagi pada hari Selasa saat saya libur. Tapi ya apa boleh buat. Pada hari Selasa pekerjaan rumah yang harus saya kerjakan tidak hanya satu. Selain mencuci pakaian masih ada tugas membersihkan kompor gas, membersihkan kamar mandi, mengepel, bahkan setiap 2-3 minggu sekali di tambah dengan memandikan anjing, atau menyetrika. 

Dengan pekerjaan rumah yang menumpuk seperti itu saya pikir lebih baik memulainya sepagi mungkin supaya saat semua selesai masih tersisa banyak waktu bagi saya untuk menikmati hari libur yang berharga ini.

Demikian berharganya hari libur ini karena selama 6 tahun bekerja sebagai guru TK, saya bekerja 7 hari seminggu. 6 tahun saya bekerja seperti seorang budak sebelum akhirnya saya bisa memiliki 1 hari libur.

Maksudnya begini, 6 hari saya bekerja mengajar di TK. Lalu kepsek meminta saya untuk mengajar Sekolah Minggu di TK itu juga sehingga pada hari Minggu pun saya tetap datang untuk mengajar. 

Di lain pihak karena gaji sebagai guru TK yang saya terima adalah sebesar Rp.600.000 maka mau tidak mau saya harus mengajar les untuk menambah penghasilan karena mana cukup uang sebegitu untuk hidup sebulan. Untuk menafkahi diri sendiri saja tidak cukup. Sedangkan saya tidak hanya membawa diri sendiri. Dari tahun 1994 orang tua saya menggantungkan diri sepenuhnya pada saya.

Jadi selepas jam sekolah, di siang & sore hari (bahkan pernah sampai malam hari) saya masih mengajar les. Selama sekian tahun hal ini bahkan pernah berjalan 7 hari seminggu sehingga bisa dikatakan selama 6 tahun bekerja sebagai guru TK saya tidak bisa mengatakan saya benar-benar memiliki 1 hari libur. Pada saat libur sekolah pun les-les tetap berjalan.

Bukan berarti sebelum bekerja sebagai guru TK saya tidak pernah mendapat hari libur. Dari tahun 1994-2005 saya bekerja di berbagai kantor. Biar pun kerjanya pol dari pagi sampai sore bahkan tidak jarang lembur sampai malam tapi saya pernah merasakan mendapat 1-2 hari libur setiap minggunya.

Dan karena gajinya mencukupi & bahkan lebih dari cukup maka saya tidak perlu menyeret badan & pikiran yang sudah lelah untuk nyambi bekerja di tempat lain.

Gaji saya di tempat kerja yang sekarang ini memang lebih besar dari gaji guru TK tapi masih belum bisa mencukupi untuk hidup sebulan jadi saya tetap nyambi bekerja sebagai guru les membaca & bahasa Inggris. Tapi tentunya tidak sampai harus se-ngotot dulu.

Yang pasti hari libur setiap Selasa & kerja setengah hari setiap hari Jumat menjadi 2 hari yang sangat berharga, yang sangat saya nikmati & tentu juga sangat saya syukuri.

Orang bilang kita luput menghargai banyak hal sampai di saat di mana hal-hal tersebut menghilang dari kehidupan kita. Saya pernah mendapat libur 1-2 hari dalam seminggu tapi saya tidak bisa melihatnya sebagai berkah sampai kemudian saya harus bekerja 6 tahun tanpa hari libur.

_________________________________________________________________________________

“Don’t get up so early tomorrow” said my mom to me that Monday night (Oct 31^st) “It’s your day off”

“I don’t want it either” was my reply “but what choice do I have?”

I get up at 4.30 am every Tuesday & Friday. Because it’s the days that I have laundry to wash.

If I have the choice I certainly wouldn’t get up that early on my day off. But there are lots of house chores to do every Tuesday. Wash the laundry, clean the stove & bathroom, mop the floor, add with bath the dog every 2-3 weeks or do the ironing.

With those piling house chores I think it’s better if I start the day early in the morning so when I’m done, the day is still young & I have plenty of time to enjoy my precious day off.

It is indeed so precious because I worked 7 days a week when I worked as kindergarten teacher. I worked 6 years like a slave before I finally can have a day off.

Let me explain; I teach in the kindergarten 6 days a week. Then its headmaster asked me to teach Sunday Schoolso every Sunday I came.

In other hand, I was forced to tutor to make ends meet because my teaching salary was only Rp.600.000 (about US$60). It wouldn’t enough to support myself. Now I don’t work for myself. I’ve been supporting my parents since 1994.

So in the afternoon, evening & even at night I give reading & English tutoring. For some years I even tutored 7 days a week! I never really had a real day off when I worked as kindergarten teacher for 6 years because I still tutored during school breaks.

It doesn’t mean that I never had any day off when I was an office employee. The fact that from 1994-2005 I worked in various companies. Though I had to work full day & sometimes did overtime but they gave 1-2 days off.

The pay was enough & even more than enough so I didn’t have to drag my exhausted body & mind to do double job to make ends meet.

I make more money in my present job than when I worked as kindergarten teacher. However, I still need to take side job to make ends meet. Tutoring surely, what else do you think? But at least I don’t have to do it as hard as before.

I treasure, glad & thank God for my day off on Tuesday & for half day work on Friday. They say you won’t appreciate what you have until they are no longer there. I had days off & then for 6 years I had none. Now I have one & a half days off. They are precious to me now.