Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, March 25, 2020

Covid oh Covid...

Covid!!!....

Ada-ada aja lu.

What in the hell did you do?.

Semua pasti mikir dan berasa begitu.

That must be what everyone have in their minds.

Awalnya cuma berita yang kita denger atau tonton di tv..

It was just a news we heard or watched on tv..

Tadinya cuma satu kota..

At first it was just one city..

Di satu negara..

In one country..

Yang ga nyangkut di otak..

Something insignificant..

Tapi sekarang?

But now?

*  *  *  *  *

Dia ada di mana-mana

It's anywhere

Dia melebihi angin.

It's more than just wind.

Dia juga melebihi asap.

It's more than smoke.

*  *  *  *  *

Dia bergerak cepat.

It moves fast.

Dia tidak menunggu sampai semua orang mendengar rencana kedatangannya.

It doesn't wait until everyone hears its plan to come.

Dia tidak perlu ijin.

It doesn't need any permit.

Dia pergi kemana pun dia suka.

It goes anywhere it pleases.

*  *  *  *  *

Tidak terhentikan?

Unstoppable?

Dia lebih perkasa dari pasukan Alexander Agung.

It is mightier than Alexander the Great's army.

Dia lebih kuat dari pasukan Jerman dibawah pimpinan Hitler.

It is more powerful than Hitler's German army.

Dia mampu menerjang semua batas negara. Dilibasnya seluruh penjagaan.

It ran through ever country's border. It knocked down all security's posts.

Semua dia habisi.

It destroyed everything.

Tanpa ampun. Tak ada ragu. Tiada belas kasihan.

None is spared. Without hesitation. No mercy.

Dan dia tertawa terbahak-bahak melihat ekonomi dunia terguncang.

And it laughed seeing the world's economy turned upside down.

Dia bertepuk tangan melihat air mata mengalir di pipi mereka yang sedang bersusah hati merawat orang-orang terkasih yang sedang bertarung dengan maut.

It clapped its hands seeing the tears streamed down on people's cheeks because their loved ones are fighting for their lives.

Dia menari gembira melihat dunia diliputi oleh ketakutan.

It danced merrily seeing the world is overcame by fear.

Dia berpesta menyaksikan para opportunis menimbun cairan anti kuman, tisu, bahan makanan dan beberapa barang lainnya untuk kemudian menjualnya dengan harga setinggi mungkin.

It partied upon watching the opportunist stocked piles of sanitizer, tissue, food supplies and other things which they would later sell in high prices.

Orang-orang berkeluh kesah dan bertengkar membuatnya tersenyum.

People's whining and fighting made it smiled.

Dia berkacak pinggang sambil berteriak "Aku mengalahkan kepintaran dokter-doktermu. Aku mengambil imanmu pada Tuhan dan menggantikannya dengan kegentaranmu pada supremasiku. Aku mematahkan kekuatan militermu. Aku membungkam duniamu. Aku mengebiri para politikus dan para pemimpin dunia. Para preman, pembunuh dan gangster paling keji gemetar ketika mendengar namaku. Kalian semua takluk padaku!".

Hands on waist, it shouted "I defeated your genius doctors. I replaced your faith in God with your fear over my supremacy. I broke your military power. I silenced your world. I circumcised all politicians and world's leaders. The criminals, killers and the cruelest gangster trembled when they heard my name. All of you surrendered to me!".

Tapi sesaat kemudian dia melembutkan suaranya ketika dia berkata "Aku juga membawa kebaikan bagimu karena sebetulnya aku ini hanya alat yang dipakai untuk membawa kesusahan dan kebaikan untukmu".

Moments later it softened its voice when it said "I also bring goodness for you because I'm actually just a tool to bring hardship and good things to you".

*  *  *  *  *

Hampir 9 tahun nyaris tidak pernah cuti

Barely ever take leave in 9 years

Tiga atau mungkin malah hampir empat tahun terakhir ini saya bisa dikatakan tidak pernah lagi mengambil cuti.

In the last three or maybe almost four years I barely ever took my leave.

Pekerjaan saya hampir-hampir bagaikan pedang bermata dua. Membawa berkat dan kutukan.

My job were like a double edged sword. Both are blessing and curse.

Sama seperti karyawan kantoran lainnya jatah cuti saya untuk setahun ada 12 hari.

Just like other office workers I've got 12 annual leave days.

Tapi... Ada 'tapi'nya nih..

However... Well, there's always that 'on one condition'..

Ga boleh diambil sekaligus.

Can't take it all at once.

Kalau mau ambil cuti paling banyak cuma dua hari dalam sebulan.

2 days at max in a month.

Saya butuh pekerjaan. Saya tidak berada dalam posisi untuk menuntut.

I needed a job. I am not in position to make any demands.

Dan saat itu idealisme saya masih tinggi.

And my idealism was high at that time.

Kerja di gereja. Kerja buat Tuhan. Pelayanan.

A job at the church. Work for God. It's a service.

Tahun demi tahun berlalu dan terbukalah mata saya bahwa Tuhan itu lebih manusiawi dari pada manusia itu sendiri.

Years passed by and my eyes were opened to see that God is more human than human themselves.

Di rumah Tuhan ternyata ada aturan main yang bisa sama atau bahkan malah lebih keras dari pada bekerja di tempat-tempat kerja non rohani.

Apparently in God's house there are rules which same or even sterner than in non religion workplace.

Banyak kali saya mengeluh dan mengadu pada Tuhan.

I often came to God to complain and whine.

Karena mereka bilang Tuhanlah big boss-nya. Karena di atas langit masih ada langit. Karena masih ada yang lebih berkuasa dari pada sekumpulan orang yang duduk di posisi majelis. Karena jalannya kehidupan tidak diatur oleh manusia.

Because they said God is the big boss. Because there is sky above the skiy. Because there is someone more powerful than a bunch of people on the board. Because life is not run by man.

Lalu lihatlah apa yang Tuhan lakukan untuk menjawab segala keluh kesah saya selama 9 tahun ini.

See what God did to answer my 9 years laments.

*  *  *  *  *

Kota ini ditutup!

This town is being lockdown!

Saya lupa kapan tepatnya kota Bogor diisolasi tapi yang pasti di hari Minggu 15 Maret 2020 itu atasan saya memberitahu saya bahwa kantor akan ditutup.

I forgot when was the exact time Bogor was being isolated but one thing I remember is on that Sunday 15th March 2020 my boss informed me the office would be closed.

Tentu saja saya kaget luar biasa.

I was surely surprised.

Saya sudah dengar tentang Covid tapi saat itu rasanya dia jauh sekali tidak akan menjangkau Bogor.

I have heard about Covid but at that time it felt so far away it wouldn't reach Bogor.

Pada waktu itu saya belum menyadari kalau Tuhan telah memberikan apa yang saya butuhkan: waktu panjang untuk beristirahat.

I didn't realize at that time that God has given me what I needed: a long time to rest.

Bagaikan mobil yang kala itu terbiasa untuk dipacu dengan kecepatan tinggi mendadak mengerem dan berhenti. Itulah yang saya rasakan.

It feels like a car that used to run in high speed came to sudden stop. That's how I felt.

Lantas saya harus ngapain di rumah?

So what should I do at home?

Saya malah jadi bingung. Gamang. Kesal.

It confused me. Completely at lost. Annoyed.

Saya mengeluh dan menggerutu mengenai tidak mendapatkan cukup istirahat tanpa menyadari bahwa saya sudah menjadi pecandu kerja, terikat pada rutinitas.. bukan karena saya menyukainya tapi karena pola itu sudah saya jalani selama bertahun-tahun, saya menjadi terbiasa.

I complained and grumbled about not getting enough rest without realizing that I had become workaholic, bound to routine.. not because I liked it but because I've lived in it for many years, I've become used to it.





*  *  *  *  *






-To be continued-


No comments:

Post a Comment