Sudah lama saya
tidak masak.
I have not done any cooking in quite a long time.
Bulan lalu mau
tidak mau saya harus masak karena ayah saya yang biasanya tukang masak di rumah
kesehatannya terganggu.
I had no choice than to do the cooking because my father who is
the chef at home had problem with his health.
Karena lama
tidak masak so saya pilih masakan yang tidak banyak bumbu dan tidak ribet buat
dibuat.
Well it's been a while since I cooked so I chose a meal that
needs less ingredient and easy to make.
Sebetulnya sih
kalau saya lagi di rumah Andre, saya beberapa kali masak tapi jenis masakan
gaya bule yang modalnya cuma mentega, susu, keju, krim, bawang bombay, daging,
makaroni, spaghetti, sayurannya paling kentang, wortel, brokoli. Cara masaknya
juga cuma tumis bentar, campur semua bahan dan panggang deh. Kagak pake acara
ngulek. Praktis. Gampang. Ga lama. Enak pula.
Actually I did some cooking when I stayed at Andre's place but
it's westerner dishes which consists of butter, milk, cheese, cream, onion,
meat, macaroni, spaghetti, the veggies are just potato, carrot, broccoli. It
takes only a little time to simmer them, mix them all and put it in the oven.
Don't have to do any grinding. It's practical. Easy. Doesn't take long to make. Tastes good.
Masakan
Indonesia beda. Banyak bahan. Ribet. Malas ah bikinnya. Lagian, emang saya
punya waktu dan tenaga seabrek. Belanja dan masak itu pulang dari kantor, tau..
makanya kelar masak biasanya saya langsung mandi dan tidur.. boro-boro berasa
lapar. Yang ada babak belur gue, capek bo..
Indonesian dishes are different. Lots of ingredients. Complicate
in making. Man, I'm not into it. Beside, do you think I've all the time and
energy in the world to cook. I do the shopping and cooking after work, you
know.. that is why after everything is done I usually have a bath and go to
bed.. never feel hungry. It drained me up, man.. cooking takes a lot of my
energy.
Mau bikin
masakan barat, bahannya mahal banget. Selain itu oven di kompor gas di rumah
lagi ngadat. Tidak mau nyala.
Western dish is not an option, the ingredients are expensive.
Beside, the oven at home is not working.
Jadi yah,
pilihannya cuma masakan Indonesia atau masakan Cina yang tidak ribet buat
dibikin dan tidak perlu butuh banyak bahan.
So, Indonesian or Chinese dish are the only options, the ones
that is easy to make and don't need too many ingredients.
* * * * *
Tumis Labu Siam (18 September 2016)
Sauteed Chayotes Soup
Masak itu
sebetulnya asyik. Dari mulai belanja bahan-bahannya aja sudah asyik. Ada pasar
tradisional tidak jauh dari kantor. Biar pun becek, bau dan agak-agak
menjijaikan tapi saya suka dengan pasar tradisional. Masalahnya saya tidak
tegaan buat nawar jadi kalau mau belanja di pasar tradisional yang tidak ada
tempelan harga di setiap dagangan, saya harus nanya si papa berapa harga satu
item perkilo, persetengah kilo, seperempat atau se-ons.
Cooking is actually fun. Shop for the ingredients is fun. There
is a traditional market near the office. Eventhough it is muddy, smelly and a
bit disgusting but I like traditional market. The problem is I have no heart to
bargain so whenever I need to go to traditional market, I must first ask my
father the price of an item a kilo, half a kilo, a quarter or an ounce since
there is no price tag on each merchandise.
Nah, masakan yang satu ini modalnya cuma bawang merah,
bawang putih, garam, lada, minyak goreng dengan sedikit mentega supaya wangi
dan berasa lebih enak serta labu siam.
This one dish requires simple ingredients of shalot, garlic, salt, pepper, cooking oil with a little butter
to make it smell and taste better and of course ....
Masaknya
gampang. Yang bikin lama dan capek itu ngupas labu siam. Doohh..
It's easy
to cook. The thing that took long time and took lots of energy is peeling
the chayotees. Geez..
* * * * *
Sapo Tahu (25 September 2016)
Soft tofu dish
Ini resep
sahabat lama saya dari jaman kuliah, Santi. Dia masak ini waktu saya menginap
dirumahnya tahun lalu.
This is my long time friend from college's recipe. Santi made
this dish when I stayed at her place last year.
Kali ini saya
belanja tidak di pasar tradisional karena ada bahan-bahan yang lebih mudah saya
dapatkan di pasar swalayan.
This time I didn't go to traditional market because it's easier
to find some ingredients in the convenient store.
Brokoli adalah
satu dari sedikit sayuran yang saya suka. Masalahnya kalau saya yang masak,
saya sendiri suka ogah makan brokoli karena itu jenis sayuran yang ulat dan
keong suka sekali nyelip di sela-sela batang serta daunnya.. ihhh.. saya sampai
merinding-rinding waktu lagi ngebersihinnya. Jadi waktu sudah jadi, pas saya
nemu brokoli, teringatlah saya pada mahluk-mahluk kecil itu.. hilang deh selera
saya buat makan..
silken egg tofu |
Perkaranya beda
kalau saya beli jadi atau orang lain yang masakin, brokolinya pasti saya makan
habis.
It's a different thing if I buy the dish or I don't cook it
myself, I eat all the broccoli.
* * * * *
Pie stuffing & Bread pie (17 October 2016)
Ini masakan
yang rada rumit dibagian kupas mengupas tiga macam sayuran; kentang, buncis dan
wortel. Tapi buat saya masih jauh lebih gampang dari pada mengupas labu siam.
This is a quite complicate dish when it comes to peeling the
three veggies; potato, green bean and carrot. But to me it is much easier
than peeling chayotes.
* * * * *
DIY
- Do It Yourself, kerjakan sendiri.
Satu hal yang
suka bikin saya senewen dan kesel kalau lagi masak adalah si papa dan Andre
kepingin ambil alih karena mereka takut tangan saya luka kena pisau atau kena
minyak goreng panas.
One thing that drives me crazy and annoy me when I am cooking is
my father and Andre want to take over because they afraid I'd accidentally cut
my hand with knife or get sprinkle of hot cooking oil.
Dua-duanya jago
masak. Dua-duanya sayang banget ke saya. Dua-duanya ga rela kalau saya sampai
luka atau sakit.
The two of them are good at cooking. The two of them love me so
much. The two of them can't stand to have me get hurt of in pain.
Dan dua-duanya
bikin saya jadi parno kalau lagi masak.
And the two of them just turn me into paranoia when I am
cooking.
Akhirnya saya
jadi harus mengusir mereka keluar dari dapur. Saya suruh mereka tidur atau
nonton tv atau ngapainlah. Eh, yang ada baca koran tapi deket-deket dapur atau
nonton tv tapi sebentar-sebentar ngintip ke dapur.. halahhh..
Eventually I had to send them out of the kitchen. I told them to
go to bed or watch tv or do anything else. Yeah, one read newspaper but did
that near the kitchen or watched tv but kept peeking to the kitchen.. mannn...
* * * * *
"Kamu
punya bakat masak" begitu komentar ayah saya dan Andre.
"You have the thing for cooking" that's my father's
and Andre's comments.
Mereka melihat
cara saya masak dan biar pun lama tidak masak tapi saya kagok. Kelihatan dari
cara saya pegang alat-alat masak dan waktu lagi masak.
They saw how I cooked and though I haven't cooked in a while but
I am still into it. It shows from the way I hold cooking utensils and when I am
cooking.
Mungkin bakat
masak ayah saya turun ke saya.
Maybe I inherit it from my father.
"Masak
adalah seni" kata Andre "Masak itu beda dengan bikin kue yang
takaran, bahan dan lama masaknya harus persis. Masak pakai rasa, semua sering
serba dirasa-rasa aja. Kamu punya feeling itu"
"Cooking is an art" said Andre "Cooking is
different with baking a cake where the measurement, ingredients and time of
baking must be precise. Cooking is about tasting, it uses your feelings. You
have that feeling"
"Misalnya
waktu kamu bikin Sapo Tahu" lanjutnya "Pertama kali kamu bikin buat
saya, itu sudah selang waktu hampir setengah tahun sejak kamu lihat Santi masak
itu. Tapi kamu masih ingat bahan-bahan dan cara bikinnya. Itu yang namanya
feeling"
"Take it when you made Soft Tofu" he went on "The
first time you cooked it for me it has been nearly half a year since you saw
Santi cooked it. But you still remembered the ingredients and how to cook it.
That's feelings"
Ya, dia benar.
Yep, he got that right.
* * * * *
Kalau saya
masak, saya jadi terlalu kritis dengan rasanya. Buat saya kok kurang pas,
kurang ini itu, kurang enak.. tapi orang komentar beda.
If I do the cooking, I'm critical about how it tastes. To me it
doesn't taste right, something is missing.. but people say differently.
Saya lebih
percaya komentar orang lain karena kalau orang tua saya dan Andre bisa jadi
memuji untuk menenangkan atau supaya saya senang.
I trust other people's comment than my own parents and Andre
because they praise me probably to calm me down or to please me.
Tapi komentar
orang lain memang sama "Enak" dan dari ekspresi muka serta gerakan
mulut mengunyah.. saya tahu mereka tidak bohong.
But people said the same "It tastes good" and seeing
the expression on their faces and the move of their mouth when they are chewing
it.. it convinced me they told me the truth.
* * * * *
Saya bersyukur
punya ayah, pacar dan sahabat yang jago-jago masak.
I'm grateful to have a father, a boyfriend and a bestfriend who
are great at cooking.
Tapi mungkin
karena itu juga saya jadi manja dan dimanjakan.
But it is probably why I am a spoiled one and they do spoiling
me a lot.
Di rumah ada si
papa. Di rumah Andre, doi lah yang masak. Ke rumah Santi, saya tidak pusing
soal makan karena ada banyak masakan enak hasil bikinan Santi.
I've got my dad at home. At Andre's, he's the one who do the
cooking. Going to Santi, no need to get dizzy about meals because there are
always yummy of Santi's homemade dishes.
Anugrah.
It's a blessing.
Bahwa saya juga
punya feeling buat masak.. itu juga anugrah.
The thing that I have the feelings for cooking.. that's a
blessing too.
* * * * *
Saya tidak
setuju pada pendapat bahwa perempuan itu harus bisa masak. Kalau mau nikah
perempuan harus bisa masak.
I disagree to opinion that female should know how to cook. If a
woman will get married she should have cooking skill.
Jaman sekarang
sudah ga model kayak gitu.
It's so old fashioned way of thinking.
Orang tua saya
mendidik dan membesarkan saya dengan alam demokrasi barat. Jadi saya terbiasa
melihat ayah saya asyik aja ngerjain kerjaan rumah dari nyapu, ngepel, nyuci
dan masak sementara ibu saya bisa ganti ban mobil. Tidak ada kotak mengotak
pekerjaan berdasarkan gender.
My parents taught and raised me under the influence of western
democracy. So I am used to see my father enjoys doing house chores from
sweeping and mopping the floor, washing the dishes, do the laundry and cooking
while my mother could change flat tire. There has never clasification based on
gender.
Saya sudah
pacaran berapa kali dengan orang Indonesia tapi tidak bisa bertahan lama.
Mungkin karena sifat dan kepribadian saya yang tidak cocok dengan gaya asia di
negeri ini. Saya memang lebih cocok dengan orang barat karena ada banyak
kesamaan dalam pola pikir. Lelaki asia masih tetap saja maunya perempuan harus
tunduk ke dia. Saya tidak bisa seperti itu.
a very very rare photo of me cooking :) |
"Buat
saya, kalau saya mencintai kamu maka saya harus bisa menerima kamu apa
adanya" kata Andre "Menuntut kamu untuk menjadi seperti mau saya itu
bukan cinta namanya"
"Here's what I think, if I love then I have to accept you
the way you are" said Andre "Demand you to be what I want you to be
is not love"
"Masak
juga seperti itu" dia tersenyum "Lakukanlah dengan cinta. Segala
sesuatu yang kamu kerjakan dengan cinta akan memberikan hasil yang baik"
"Cooking is just the same" he smiled "Do it with
love. Everything you do with love will give good outcome"
"Ayahmu,
saya dan Santi tidak masak demi perut" dia memeluk saya "Kita
melakukannya untuk orang-orang yang kita sayangi"
"Your father, me and Santi cook not for the stomach"
he hugged me "We do that for the people whom we love"
"Prinsipnya
sama untuk pekerjaan apa pun. Yang dikerjakan dengan paksaan, ancaman,
tekanan.. tidak ada cinta didalamnya dan karena itu hasilnya juga tidak akan
baik"
"The principle goes for any kind of work. The ones done
under force, threat, pressure.. there's no love in it and so it doesn't give
good outcome"
"Sewaktu
kamu mengajar, menulis dan masak.. kamu menyukainya, kamu mengerjakannya dengan
rasa cinta, kamu menemukan kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan didalamnya. Beda
dengan pekerjaan kantor yang kamu kerjakan hanya demi uang" dia menatap
saya "Tuhan mengajari kamu banyak hal berharga. Satu diantaranya adalah
suatu hari nanti pengalaman ini akan membantu kamu untuk menempatkan orang yang
tepat di posisi yang tepat dan menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan"
"When you teach, write and cook.. you love it, you do it
with love, you find happiness, peace and satisfaction. It's different with the
work at the office which you do just for money" he looked at me "God
taught you many valuable things. One of them is one day this experience will
help you to put the right person in the right place and to establish a pleasant
work environment"
Saya
menyenderkan kepala ke dadanya. Merenungkan kata-katanya.
I rested my head on his chest. Slowly absorbing his words.
"Suatu
hari nanti ketidakbahagiaan yang kamu rasakan sekarang ini akan berganti
menjadi kebahagiaan" dia mengusap kepala saya "Tidak penting apa yang
orang-orang itu lakukan padamu. Yang penting adalah apa yang Tuhan telah
sediakan buat kamu, apa yang telah Dia katakan ke kamu dan apa yang sedang Dia
wujudkan saat ini"
"One day your unhappiness shall be replaced with
happiness" he caressed my head "It's not important what those people
do to you. What matters is what God has in store for you, what He has said to
you and what He is bring to pass now"
Ah, filosofinya
sesederhana tapi juga sedikit rumit seperti memasak.
Ah, the philosophy is as simple but also a bit complicated as
cooking.