Kapankah kita bisa mengatakan kita sedang berada dalam
Tahun-tahun keemasan dari kehidupan kita?
When can we
tell we are living in the Golden Years of our lives?
Apakah tahun-tahun keemasan itu adalah ketika kita masih
kanak-kanak? Saat kita sukses dalam karir? Atau ketika kita sudah pensiun?
Is our years
as toddlers can be defined as those golden years? Or when we are having our
success in career? Or when we are retired?
* * *
* *
Sudah lama saya gemas melihat anak-anak muda dan remaja
ditempat kerja saya ini tidak diarahkan untuk melakukan kegiatan sosial.
I have been
feeling restless for quite a long time because I saw the young people and the
teenagers in my workplace are not being directed to do social activities.
Lucu, membingungkan dan menyedihkan bahwa gereja tempat
kerja saya ini tidak punya program kegiatan sosial untuk mereka.
It is funny,
confusing and sad that the church where I work has no social activities program
for them.
Tidak ada program untuk mengunjungi panti asuhan, rumah singgah, sekolah untuk anak-anak berkebutuhan
khusus, panti jompo, rumah sakit.
There is no
visiting program to orphanage, homes for street children, school for special need children, nursing
home, hospital.
Selama itu pula saya berkilah bahwa semua bukan urusan saya.
Kan ada orang-orang yang memang ditempatkan dalam posisi untuk memikirkan,
mengurusi dan mengatur tentang hal-hal demikian.
All those
time I made excuse that it was none of my business. There are people who in the
position to think, take care and to arrange stuff those kind of stuff.
Tapi hampir empat tahun saya bekerja disini dan tidak ada
gerakan..
But I have
been working in this place for nearly four years and there has never any
movement..
Selama itu pula hati dan pikiran saya dikejar terus oleh
pertanyaan-pertanyaan itu.
All those
years my heart and mind refuse to let go those questions.
Saya pernah mengemukakan beberapa usulan untuk kegiatan
sosial persekutuan pemuda kami. Sambutan awalnya baik tapi kemudian pembinanya
mengatakan hal-hal yang membuat saya berpikir ‘Jiahhh..’
I have
offered some suggestion for our youth fellowship social activities. At first
time it was warmly welcomed but later the spiritual guide said things that made
me think ‘blah..’
Kecewa menerima reaksi seperti itu membuat saya mengalihkan
perhatian saya pada anak-anak remaja yang saya nilai mungkin masih lebih lentur
untuk dibimbing dan diarahkan.
Disappointed
to get such reaction made me switched my attention to the teenagers whom I
thought are probably easier to be led and directed.
Ide itu datang tanpa sengaja ketika melihat jadwal kunjungan
gereja ke panti jompo. Hei, kenapa tidak
mengajak anak-anak remaja itu untuk ikut?
The idea came
out of nowhere when I saw church schedule to visit the nursing home. Hey, why not taking the teenagers too?
Semakin saya pikirkan, semakin kuat desakan untuk mengajak
mereka ikut.
The more I
thought about it, the more I felt the urge to take them.
Ketika saya diminta untuk menjadi pemimpin pujian ibadah di
panti jompo itu, saya jadi punya alasan untuk membawa anak-anak remaja itu ke
sana sebagai pemain musik dan penyanyi latar.
When I was
asked to be the service’s song leader at the nursing home, I found an excuse to
take the teenagers there to play the music and be my background singers.
Bagaikan diatur, dalam suatu kesempatan, saya berhasil
mengemukakan niat saya itu pada dua orang yang memberi dukungan dan ijin.
It was like
being arranged, I talked to two people who gave their support and green light
to my suggestion.
Pintu terbuka semakin lebar ketika teman saya yang akan
berkhotbah disana bicara dalam rapat dewan. Tidak ada yang menentang. Bagus.
The door
opened wider when my friend who was the speaker in the service talked about
this suggestion at the board meeting. Nobody against it. Good.
Kami pun bergerak. Mengajak anak-anak remaja itu satu
persatu, meminta ijin langsung pada orang tua mereka.
We made our
moves. Asking the teenagers in person, asking their parents permission.
Lima dari mereka mengatakan setuju untuk ikut.
Five of them
agreed to come.
Minggu, 26 April 2015, hanya tiga yang datang.
Sunday, 26th
April 2015, only three of them showed up.
Hati saya sempat ciut. Apalagi melihat seorang dari mereka
yang akan bermain gitar harus berjuang melawan rasa tidak pede akan
kemampuannya.
My heart
sank. Especially when I saw one of them who supposed to play the guitar had
self-esteem issues.
Harus jalan, pikir
saya, tidak boleh batal. Pasti bisa.
It is not the time to back off, I
thought, can’t do that. We will make it.
Pada akhirnya semua memang berjalan baik, kami semua gembira
dan saya terlalu lega, bangga pada tiga anak remaja itu dan luar biasa
bersyukur hingga ketika kami sedang berdoa saya merasa tidak bisa berhenti
mengucapkan terima kasih pada Tuhan.
Everything
went well eventually, we were happy and I was so glad, proud to those three
teenagers and remarkably grateful that when we prayed I felt as if I couldn’t
stop thanking God.
* * *
* *
Setiap tahun sebetulnya adalah tahun keemasan karena kita
mengisinya tidak hanya dengan berpusat pada keinginan dan kepentingan pribadi.
Every year is
golden year because we fill it not just the things that focused in our personal
will and personal interest.
Setiap tahun menjadi tahun keemasan karena setiap peristiwa
yang terjadi dan setiap orang yang kita temui memberi kesempatan bagi kita
untuk menjadi manusia-manusia yang lebih baik.
Every year is
golden year because every moment and every people we met give us chance to
become better individuals.
Tahun keemasan adalah sekarang, saat ini. Bukan besok atau
nanti. Tidak harus menunggu sampai semuanya tercapai atau menjadi sempurna.
The golden
year is now, at this very moment. Not tomorrow or later. Don’t have to wait
until everything is accomplished or become perfect.
* * *
* *
Dalam rapat pemuda bulan lalu, saya mengemukakan tentang ide
dan pendapat saya tentang kegiatan sosial.
I shared my
idea and opinion about social activity in last month’s youth fellowship
meeting.
Di luar dugaan saya, sambutan mereka jauh lebih positif dan
antusias.
To my
surprise, they were much more positive and enthusiast in responding it.
Apa yang saya kira sudah mentok ternyata masih terbuka
jalan.
What I
thought was dead end is actually still an open passage.
Saya harus kembali bergerak karena mereka bergerak kalau ada
yang menggerakkan.
I have to
make the move because they move when somebody move them.
* * *
* *
Tahun keemasan adalah ketika kita berani bergerak.
Golden year
is when we have the courage to make the move.
Dengan melakukan sesuatu, kita merubah sesuatu, kita
mempelajari sesuatu dan pada akhirnya kita mencapai sesuatu.
By doing
something, we change something, we learn something and eventually we achieve
something.
* * *
* *
Tahun keemasan adalah ketika kita bisa keluar dari kotak. Mendobrak kecemasan, keraguan, kemalasan, ketidakpercayaan dan ketakutan.
Golden year
is when we can get out of our box. To break anxieties, doubt, laziness, self-doubt and fear.
* * *
* *
Jadikan setiap tahun sebagai tahun keemasan.
No comments:
Post a Comment