Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, October 10, 2011

Sisi Kanak-Kanak / A Child In Me

“Oma, itu kucing bersih banget. Abis di laundry ya?” ibu Martha yang kocak menirukan ucapan cucunya, Nicola, saat melihat seekor kucing di jalanan.

Saya dg Nicola
“Kucing di laundry?” saya mengerutkan kening heran menatap ibu Martha yang terkekeh-kekeh geli “Kucing hidup di laundry?”

“Ya ga. Soalnya gini, dulu boneka kucing si Iko pernah saya laundry. Jadi dia pikir itu kucing bersih banget pasti karena habis di laundry” ibu Martha menjelaskan.

Apa?! Lu kata gw cucian? :)
Oalah… Dasar anak-anak. Kucing boneka disamakan dengan kucing hidup. Kalau bersih pasti karena habis di laundry. Dan tertawalah kami berdua membayangkan si kucing mengeong-ngeong karena di putar-putar dalam mesin cuci. Hehe.

Tapi begitulah ciri khas kanak-kanak. Lugu. Naïf. Spontan. Sederhana. Murni.

Enam tahun lamanya saya hidup, bekerja dan bernapas di dalam keluguan, kenaifan, spontanitas, kesederhanaan dan kemurnian kanak-kanak. Saya tidak pernah mengira bahwa semua itu akhirnya menempel, meresap & menyatu dengan kepribadian saya.

Setelah saya berhenti bekerja sebagai guru pada bulan Juli 2011 lalu, saya dikembalikan ke dunia orang dewasa. Aduh! Saya sesak napas. Dunia orang dewasa penuh dengan kerumitan. Bagaikan bernapas dalam udara yang berpolusi.

Saya ingat bagaimana dulu sebagai anak kecil saya sangat ingin menjadi cepat dewasa. Saya ingin cepat-cepat menjadi orang dewasa karena masa kecil saya penuh dengan sejuta topan badai. Mulai dari adik-adik yang satu persatu meninggal, lalu pernikahan orang tua saya yang diwarnai dengan pertengkaran, kesulitan belajar dan bergaul. Jadi masuk akal kalau saya mengambil kesimpulan bahwa dunia orang dewasa jauh lebih baik.

Saya masih tetap berpandangan demikian. Karena itu kalau orang lain gelisah menyadari usianya bertambah, saya justru senang karena menurut saya, usia bertambah membuat saya juga bertambah baik dalam segala hal.

Tapi toh ternyata ada juga hal-hal yang membuat saya tidak terlalu suka menjadi orang dewasa. Karena dunia orang dewasa tidak seluruhnya menyenangkan.

Yang saya maksudkan adalah orang dewasa telah banyak kehilangan atau bahkan telah kehilangan seluruh keluguan, kenaifan, spontanitas, kesederhanaan dan kemurnian itu. Orang dewasa telah menciptakan banyak ‘polusi’ kedalam pikiran, perasaan dan kehidupannya.

Saya tidak mau menjadi kanak-kanak tapi saya juga tidak mau kehilangan seluruh sisi kanak-kanak di dalam diri saya. Kesusahan & tekanan dunia tidak akan saya biarkan merampasnya.
________________________________________________

“Look at that cat, granny. It’s so clean. It must has been laundered” Mrs. Martha laughed as she told me what her grandson, Nicola, said to her. Nicola was one of my students.

“A laundered cat?” I got puzzled while Mrs. Martha laughed “A real cat or a doll?”

What would you say if we wash the cat in the washing machine?
“Would you imagine anyone sends a cat to a laundry” she laughed harder “No. I laundered his cat doll so whenever he sees a cat so clean he assumes it has been laundered”

Oh… & we both laughed. Kids… in his naivety Nicola thinks that the cat must have been brought to the launderer to be washed. We laughed when we imagined a living cat being washed in a washing machine.

But that how a kid is. Naïve. Spontaneous. Simple. Pure.

And for six years I worked, lived, breathed in those naivety, spontaneous, simple & purity world. Never did I realize how I have absorbed them. Adopted it into my personality.

I was thrown back to the life among the adults after I resigned from that kindergarten in July 2011. I soon discovered that living among the adults is like breathing the polluted air. I feel suffocated.

I remember how as a child I really wanted to grow older. There were too many hurricanes in my childhood. My younger sisters passed away, my parents marriage was in a disaster, learning & self esteem problems. All made me concluded that it was a nightmare being a kid.

I still have the same conclusion. It is why while most people dread being old, I am happy to grow old. Beside, I think everything goes better with the passing time.

But still there are things that make me dislike being an adult. There are things in adult life that I resent.

In my point of view, adults have created & allow too many things polluting their lives, minds & feelings. It is what make them lost most & even lost all of those naivety, spontanity, simpleness & pureness.

I dislike being a kid but I don’t want to lose the kid in me. I won’t let the pain & troubles of this world take it away from me.

No comments:

Post a Comment