Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, September 28, 2016

Back to School

Gimana rasanya pertama kali mengajar lagi setelah vakum selama lima tahun?

How was it feel to teach again after five years of absence?

Deg-degan.

Nervous.

Mengajar sih sering karena biar pun sudah berhenti mengajar di sekolah tapi saya kan tetap mengajar les.

Teaching goes on because after I resigned from school I keep my side job as a tutor.

Cuma ya mengajar les jelas beda sama mengajar di dalam kelas di sekolah.

But it definitely two different things between tutoring and teaching in class, in school.

Ceritanya gini, Selasa, 13 September saya main ke taman kanak-kanak tempat dulu saya pernah mengajar sebagai guru selama enam tahun.

So, I went to the kindergarten where I used to teach for six years on Tuesday, 13 September.

Niatnya cuma buat mampir sebentar, nengokin teman-teman guru di sana. Mumpung lagi cuti (rincinya ada di postingan We Need You, Teacher).

I purely just wanted to stop by to see my fellow teachers there. I was on leave (the details can be read in We Need You, Teacher post).

“Ke, ngajar lagi dong di sini”

“Keke, why don’t you resume your teaching post here?”

Setiap kali saya ke sana, setiap kali saya bertemu orang tua mantan murid saya, setiap kali saya ketemu teman-teman guru.. pasti saya ditanya begitu.

Everytime I went there, everytime I met parents of my former students, everytime I met my fellow teachers friends.. they would ask me that question.

Banyak yang masih ingin saya kembali mengajar di sana.

Many still hoping I will resume my teaching post in there.

Lima tahun lalu banyak yang menyesali keputusan saya untuk berhenti.

Five years ago many regreted my decision to resign.

Yang mereka tidak ketahui adalah itu keputusan terberat yang harus saya ambil.

What they didn’t know is it was the hardest decision I must took.

Bahwa saya benci pada diri sendiri karena harus mengambil keputusan itu.

That I hated myself because I had to take that decision.

Saya membutuhkan penghasilan lebih besar. Saya bekerja bukan untuk diri sendiri. Orang tua saya semakin tua dan saat itu membutuhkan dana besar karena sering sakit. Kami bukan orang kaya. Kami tidak punya deposito, saham atau warisan berjeti-jeti. Saya juga tidak punya saudara untuk berbagi beban jadi semua tanggung jawab untuk mencari nafkah jatuh ke atas pundak saya.

I needed more income. I work not to support myself. My parents are getting older and at that time were took turn in getting ill so we needed lots of money to pay for medical bills. We are not rich people. We have no deposits, shares or billions of inheritance. I also have no siblings with whom I can share the burden so all the responsibility as sole provider falls fully on my shoulder.

Keputusan untuk melepaskan pekerjaan yang amat sangat saya cintai demi uang rasanya seperti menjual diri, seperti pelacur yang menyerahkan tubuhnya untuk lembar-lembar uang, seperti menikahi seseorang yang tidak dicintai.

The decision to let go a job that I loved so much for money felt like selling myself for money, it feels like a whore who gives her body for money, feels like marrying somebody without love.

Tapi saya tidak punya pilihan. Selama lima tahun ini saya jalani kehidupan berdasarkan keputusan itu. Saya berhasil mengatasi depresi yang ditimbulkan oleh keputusan itu. Keadaan di tempat kerja tidaklah terlalu buruk tapi juga tidak menjadi lebih baik.

But I had no choice. For five years I lived the life based on that decision. I overcame the depression that followed after I took that decision. Things at the workplace is not that bad but it’s not better either.

Banyak hal berubah.

Many things have changed.

Satu hal tetap sama; keinginan untuk kembali mengajar di sekolah.

One thing remains the same; I wish to go back to school as a teacher.

Lima tahun ini saya tidak berhenti job hunting. Saya bukan orang yang percaya bahwa seseorang tidak bisa mendapat pekerjaan karena umur.

I have never stop job hunting in these five years. I am not the person who believes that somebody can’t get a job because of his/her age.

Semua cuma perkara waktu.

It’s just a matter of time.

Buktinya ketika waktu itu datang, Selasa, 13 September saya ke sekolahan bukan buat nyari kerjaan.., lha, saya datang buat main kok, buat nengokin teman-teman guru mumpung saya lagi cuti, kan ga tiap hari saya cuti dan belum tentu juga tiap kali cuti saya bisa dan mau ke sana.

On the destined time, Tuesday, 13 September I went to the kindergarten not to get a job.., man, I was just stopped by there to see how my fellow teachers were doing. While I was on leave because it’s not like everyday I could be on leave nor would I go there everytime I’m on leave.

Bahkan ketika saya berada di sana dan teman-teman saya bilang sekolah lagi butuh guru bahasa Inggris, saya nolak. Gimana bisa saya ngajar di situ? Saya kan punya kerja di tempat lain, kerjaan fulltime pula.

Even when I was there and heard my friends informed me the school needed an English teacher, I turned it down. How could I teach there? I have a job, a fulltime job.

Sewaktu kepsek datang dan secara pribadi langsung meminta saya mengajar lagi, respon saya tetap sama; kembali menolak dengan memberikan alasan yang sama.

When the headmaster came to me and personally asked me to teach again, my respond was the same; I turned it down and gave her the same excuse.

Kepsek tidak mau menyerah. Baiklah, hanya seminggu sekali. Cuma untuk kira-kira dua setengah jam.

She refused to give in. Fine, it will be just once a week. It will only take for about two and a half hours.

Saya berpikir. Menimbang. Hanya perlu kurang dari lima menit untuk saya mengambil keputusan. Ya. Saya menerimanya.

I thought about it. Considered it. It took less than five minutes for me to decide. Yes. I took the offer.

Jadi ketika waktu itu datang.., tidak perlu persyaratan yang ribet, umur tidak jadi penghalang dan selembar ijasah tidak akan mencegahnya untuk mewujudkan apa yang memang sudah harus terjadi.

So when the destined time came.., it didn’t need complicated terms, age was not mattered, a sheet of diploma wouldn’t stop the things meant to be fulfilled.

Walaupun saya sempat heran mengingat selama lima tahun ini saya sudah job hunting ke begitu banyak sekolah dan tidak ada satu pun yang cocok, malah kok ya saya mendarat lagi di sekolah yang lama.

www.davidsjesse.com
Though it puzzled me to think that for five years I have been job hunting to many schools but none was the right one, instead, one day I was just like landed in my former school.

Orang tua saya dan Andre memberikan jawaban yang sama; rencanamu bukan rencana Tuhan, jalanmu bukan jalan Tuhan. Jadi terimalah, jalani dan yakini Tuhan tahu apa yang sedang dilakukanNya.


My parents and Andre gave same answer; your plan is not God’s plan, your way is not God’s way. So take it, live it and believe God knows what He is doing.

Saya menerimanya. Saya menjalaninya. Dengan amat sangat gembira. Mengajar adalah saat dimana saya menjadi diri saya sepenuhnya, saya menjadi seorang yang bebas dan hati saya terisi sepenuhnya dengan kasih.

I took it. I lived it. Full of happiness. Teaching is the time when I can be completely myself, a free person and my heart fills with so much love.

*  *  *  *  *

Selasa, 20 September adalah waktu yang kami sepakati untuk menjadi awal saya mengajar bahasa Inggris di sekolah ini.


Tuesday, 20 September was the given date that we agreed to be my starting time as English teacher.

Lima tahun tidak mengajar di sekolah.. satu hal yang saya lupakan adalah saya harus bicara lebih keras dari biasanya.


Five years of absence in teaching in school.. the only thing I forgot is I had to speak louder than I used to.


Saya pulang dengan suara serak tapi selebihnya semua berjalan dengan lancar walaupun hari itu saya datang langsung go show.. nyaris tanpa persiapan, tanpa membawa media mengajar apa pun dan tanpa tahu tema pelajaran yang sedang dipakai di sekolah.. hehe..


I went home with hoarse voice but other things went well though I just came.. almost with zero preparation, without bringing any teaching media and had no clue what was the teaching theme for that week.. haha..

Saya cuma tahu poin-poin yang akan saya ajarkan ke murid-murid saya.

I just knew the points that I would teach to my students.

Mengajar bukanlah tentang berfokus pada kesempurnaan.

Teaching is not about focusing on perfection.

Mengajar bukanlah sesuatu yang bisa dipakai untuk memamerkan superioritas diri, membesarkan diri dan ego.

Teaching is not something to show off one's superiority nor it is to glorify oneself and ego.

Mengajar bukanlah untuk mendapatkan pujian, posisi atau pengakuan.

Teaching is not to get praise, position or acknowledgement.

Pengajar adalah seorang yang memiliki superioritas dalam pengetahuan, keahlian dan kemampuan dari yang diajar tapi dia tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari orang yang dia ajar karena misinya adalah untuk membuat orang tersebut bisa memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuannya.

A teacher is somebody who has superiority in knowledge, skill and ability than the one he/she teaches but a teacher should never see him/herself higher than the student because the mission is to pass his/her knowledge, skill and ability to the student.

Ketika murid-murid saya mengetahui, mengerti dan mengingat bahwa selamat pagi dalam bahasa Inggris adalah good morning dan tahu bagaimana harus menjawab salam good morning dengan good morning dan tidak dengan good night.. itu artinya saya telah berhasil memberikan pengetahuan dan kemampuan saya kepada mereka.

When my students knew, understood and remembered that selamat pagi is good morning in English and know how to answer good morning greetings with good morning and not with good night.. it means I have succeededly give them my knowledge and ability.

Dalam perjalanan kehidupan mereka, bisa saja mereka lupa nama dan muka saya tapi pengetahuan dan kemampuan yang mereka dapatkan dari saya itu tidak akan hilang sampai kapan pun. Itulah yang terpenting.

As time passes by, they might forget my name and my face but the knowledge and ability that they got from me won’t go away forever. That is what matters.

Tidak seperti orang-orang lain, saya merasa tidak perlu memamerkan diri saya atau mencari pengakuan dan hormat, saya tidak perlu mengibar-ngibarkan jasa, hasil karya atau kemampuan diri saya supaya orang ngeh sama saya atau supaya saya selalu eksis.

Unlike other people, I don’t feel I need to show myself off nor seeking for acknowledgement and respect, I don’t need to wave around my good deeds, my work or my ability to make people notice me or to make me exist.

Tuhan menciptakan saya sebagai manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan supaya saya bisa merendahkan diri dihadapanNya dan supaya saya bisa menjangkau banyak orang karena saya mengerti seperti apa rasanya menjadi orang yang lemah dan karenanya saya dapat menolong mereka.

God creates me as a person fulls with weaknesses and flaws so I can humble myself infront of Him and so I can reach out to many people because I know how it feels to be inferior and so I can help them.

Itu sebabnya Tuhan menjadikan saya sebagai seorang guru.

It is why God makes me a teacher.

Monday, September 26, 2016

We Need You, Teacher

Kira-kira dua minggu lalu saya mengambil cuti.

I took a leave about two weeks ago.

Pengennya sih buat istirahat karena sehari sebelumnya saya baru pulang dari Jakarta setelah menginap selama tiga hari dan dua malam di rumah sahabat saya (ceritanya ada dipostingan saya berjudul 25 Years of Friendship-Day One, Day Two, Day Three)

I wanted to take a rest because a day before that I returned from Jakarta after spent three days and two nights at my bestfriend’s place (I wrote about it in my posts 25 Years of Friendship-Day One, Day Two, Day Three).

Tapi kenyataannya saya tidak bisa istirahat. Soalnya jadwal nyuci saya hari Selasa terpaksa harus digeser ke hari cuti ini karena hari Selasa kan baru sore saya sampai di Bogor. Begitu mendarat di rumah, saya cuma sempat mandi dan makan terburu-buru. Jam 5 sore anak-anak itu sudah datang buat les bahasa Inggris di rumah saya. Kelar les, saya babak belur kecapean, mana kuat buat nyuci..

In reality I couldn’t take a rest. It’s because my Tuesday laundry washing schedule had to be moved to this leave day because I arrived in Bogor in the afternoon on Tuesday. Once I got home I could only took a bath dan had early dinner in a rush. The kids came at 5 pm to have their English tutoring in my house, had no energy left to wash the laundry.

Selain itu saya ingat ransel saya restletingnya macet dan karena akhir bulan ini saya akan pergi lagi, mumpung lagi libur mendingan saya bawa itu ransel ke tempat servis ransel dekat rumah saya.

Besides, I also remembered my backpack’s zipper was stuck and since I am going on a trip at the end of this month, I’d better take it to backpack service near my house.

Trus kepikiran juga; kenapa tidak sekalian bayar tagihan listrik, air dan telpon? Biasanya ini tugas bokap tapi sebulan terakhir ini tekanan darahnya tidak stabil hingga dia belum bisa kemana-mana.

And then it just crossed my mind; I could also use it to pay power, water and phone bills. This usually done by my dad but he has been having unstable blood pressure that makes him unable to leave the house.

Jadi hari Rabu itu saya berangkat pagi-pagi buat bayar tagihan-tagihan dulu dan pulangnya ke tempat servis ransel.

paying water bill

the place to pay phone & power bills
So I left early in the morning to pay the bills and on the way home stopped by at the backpack service place.

“Selesainya nanti siang” kata si bapak pemilik tempat itu yang merangkap tukang servisnya.


“It will be done in the afternoon” said the guy who owns the place who does all the service work by himself.

Nanggung amat ya kalau pulang. Mending saya nongkrong dimana dulu dari pada saya harus pulang trus siangnya balik lagi. Kan buang uang buat ongkos transport.

It would take just few hours. I’d better go somewhere rather than going home and returned a few hours later. It would waste money for the transportation.

Ah, mending saya mampir deh ke sekolah taman kanak-kanak tempat saya dulu mengajar. Hitung-hitung reuni sama rekan-rekan guru di sana. Terakhir kali saya mampir kan itu bulan Oktober tahun lalu. Kangen juga sama mereka.

Oct 2015
Well, I’d better go to the kindergarten where I used to teach. It would be nice to have a reunion with my former fellow teacher there. The last time I saw them was in October, almost a year ago.

Jadi saya naik becak dan sepanjang jalan saya bernostalgia. Lima tahun lalu saya berjalan kaki pulang pergi melewati jalan ini karena ketika itu naik becak merupakan kemewahan untuk saya.


So I took a pedicab and I had this nostalgia on the way there. Five years ago I walked to and from that kindergarten because at that time commuting by pedicab was a luxury for me.

Manis getirnya pengalaman saya mengajar di taman kanak-kanak itu bisa dibaca dalam postingan-postingan saya tahun 2010-2011.

The bitter sweet experience teaching in that kindergarten can be read in my 2010-2011 posts.

Setelah berhenti dari sana bisa dihitung dengan jari berapa kali saya kembali. Tempatnya dekat tapi saya malas ke sana.

After I resigned from my teaching post I rarely went there. The place is not too far from my house but I just didn’t feel like visiting it.

Padahal saya selalu punya tempat di hati mantan rekan-rekan saya dan juga di hati para orang tua murid serta anak-anak mereka.

Well, I have always had a place in my former fellow colleagues and also in the parents’s hearts along with their children.

Buktinya sampai di sana, di antara sekian banyak muka orang tua murid yang tidak lagi saya kenali karena anak-anak mereka bersekolah di sana setelah saya berhenti dari sekolah itu, terselip beberapa orang lama yang langsung menghampiri dan menyalami saya dengan muka berseri-seri.

Once I got there, among the parents faces which I no longer recognize because they enroll their kids there after I resigned from that school, there were faces that I knew and they came to me and greeted me, looking so happy to see me.

“Bu Keke tumben kemari”

“Miss Keke, what brings you here today?”

“Bu Keke mau ngajar lagi di sini?”

“Miss Keke, are you going to teach again?”

Pertanyaan-pertanyaan yang sama setiap kali mereka melihat atau mendengar saya muncul di sekolah ini.

Same questions asked to me whenever they saw or heard me came here.

Banyak yang masih mengharapkan saya kembali mengajar di sini.

Many still keep the hope that I will teach again in this school.

Saya tertawa saja mendengar pertanyaan-pertanyaan itu.

I just laughed when I heard those questions.

“Hari ini saya cuti, ibu-ibu” jawab saya “Saya iseng pengen main ah ke sini”

“It’s my leave day today, ladies” I answered them “I just wanted to stop by here”

“Ngajar lagilah di sini, bu” kata seorang dari mereka.

“Why don’t you teach again here?” asked one of them.

Saya tersenyum “Saya kerja fulltime di kantor. Saya tidak mungkin mengajar lagi di sini”

I smiled “I work fulltime in the office. I can’t go back here as a teacher”

*  *  *  *  *

Lepas dari ibu-ibu itu..

After I excused myself from those ladies..

Pelan-pelan saya berjalan ke ruang kantor sekolah yang secuil itu.

Quietly I went to the tiny school office.

Mantan sesama rekan guru kebetulan keluar dari ruang kantor itu. Dia langsung melihat saya dan memekik gembira.


My former fellow teacher happened to walk out of that office. She saw me and squeeled happily.

Dia lari menghampiri saya dan langsung memeluk serta mencium kedua pipi saya.

She ran toward me and hugged me and kissed both of my cheeks.

“Ada apa, bu?” tanya seseorang dari dalam kantor yang mendengar kehebohannya.

“What is it?” asked somebody from the office upon hearing the noises.

Dia juga langsung memekik kaget dan gembira ketika melihat saya muncul di dalam kantor.

She too squeal in her surpriseness and happiness when I entered the office.

Buset, pikir saya antara senang, terharu dan juga malu. Gue nongol langsung pada heboh.. serasa artis.

Man, I thought happily, touched and also embarrassed. I just showed up and look at the chaos I created.. as if I were a celebrity.

“Ke, ngajar lagi lu di sini” kata mantan rekan guru saya “Kita lagi nyari guru bahasa Inggris”

“Keke, why don’t you teach again here?” asked my former fellow teacher “We are looking for an English teacher”

“Ga bisa, Yo” jawab saya “Kan gue kerja fulltime”

“I can’t, Yo” I answered her “I have a fulltime job”

Lagian, pikir saya, seberapa susahnya sih mengajar bahasa Inggris di taman kanak-kanak? Masa wali kelas masing-masing tidak bisa mengajarkannya?

Beside, I thought, how hard would it be to teach English in kindergarten? Can’t each teacher do that?

*  *  *  *  *

“Ke, kamu bisa ngajar bahasa Inggris ga di sini?” jam istirahat kepsek masuk ke kantor dan gembira serta kaget melihat saya ada di situ. Seperti sudah menjadi gayanya, dia langsung mengajukan pertanyaan itu.

“Keke, could you teach English here?” it was recess time and the headmaster got into the office, happy and surprised to find me there. As it’s already her style, she shot that question.

“Ga bisa, bu” jawab saya “Kan saya kerja fulltime”

“I can’t, ma’am” I answered her “I have a fulltime job”

“Kamu libur kapan?” tanyanya.

“When is your day off?” she asked.

“Selasa”

“Tuesday”

“Kalau gitu hari Selasa” katanya “Cuma dari jam 8.30 sampai jam 11”

“So Tuesday it is” she said “It’s just from 8.30 to 11 am”

*  *  *  *  *

Saya pulang dengan membawa tidak hanya ransel yang sudah selesai diperbaiki dan tagihan-tagihan yang sudah dibayar, tapi juga sejuta rasa..

I went home bringing not just the backpack that has been repaired and bills that already paid but also thousands of feelings..

“Tadi Keke ke sekolahan dan coba tebak, Keke diminta mengajar lagi di sana!”

“I went to the kindergarten and guess what, I was asked to teach again in there”

Orang tua saya kaget mendengarnya. Tapi senang.

My parents was surprised to hear itu. but Both the news made them happy.

“Mengajarnya cuma seminggu sekali” lanjut saya “Mengajar bahasa Inggris”

“It’s just once a week” I went on “I will be teaching English”

*  *  *  *  *

Sorenya saya memberitahu Andre ketika dia menelpon saya.

I told Andre about it when he called me in the afternoon.

Dia amat sangat gembira mendengarnya.

He was so very happy to hear it.

“Kamu tahu ga yang aneh apa?” saya tertawa geli “Saya sudah lama job hunting ke banyak sekolah, sampai ke Jakarta, .. eh, mendaratnya malah di sekolah yang lama”

“Do you know what’s the weirdest thing?” I laughed “I have been job hunting to many schools, up to Jakarta, .. well what do you know, I landed in my former school”

“Tuhan tahu yang terbaik, sayang” Andre ikut tertawa, terdengar lega.

“God knew the best, hun” Andre laughed too, he sounded relieved.

Sama seperti orang tua saya, dia berharap kembalinya saya mengajar di sekolah akan mengembalikan kebahagiaan saya.

Just like my parents, he hopes going back to school as a teacher will bring back my happiness.

Mereka tahu bulan-bulan terakhir ini saya semakin tidak berbahagia di tempat kerja saya. Hati saya sudah lama tidak lagi berada di sana.

They knew in the past few months I have become more unhappy at work. It has been gone for some time that my heart is no longer in there 

Melihat saya tidak bahagia membuat mereka ikut resah apalagi setelah melihat saya tambah kurus karena berat badan saya yang sempat naik setelah saya sembuh sakit dalam sebulan ini turun lagi. Mereka prihatin melihat saya kehilangan selera makan. Mereka takut saya jatuh sakit lagi atau depresi kembali menyerang saya.

Seeing me unhappy has made them feeling restless especially after seeing me got skinnier because I have lost some weight this month, after I recovered from an illness I have gained some weight. This concerned them seeing I lost appetite. They feared I would fall ill again or depression would strike again.

“Kamu selalu kepingin kembali mengajar di sekolah kan” katanya “Nah, Tuhan pun menciptakan suatu kebutuhan di sekolah itu akan seorang guru bahasa Inggris. Itu supaya kamu bisa mengajar lagi di sana”

“You have always wanted to teach in school, right” he said “So God made that school needs an English teacher so bad to make you can teach again there”

“Tuhan tahu bulan-bulan terakhir ini kamu tidak bahagia di kantor dan Tuhan ingin mengembalikan kebahagiaanmu, keceriaanmu, ketentraman hatimu dan Dia tahu kamu mencintai anak-anak kecil dan mengajar adalah hal yang sangat kamu sukai. So, Dia menciptakan kebutuhan sehingga mereka berteriak “Keke! Kami sangat membutuhkan kamu di sini untuk mengajar bahasa Inggris”


“God knew you are unhappy in the office in the past few months and God wanted to bring back your happiness, your joy, your peace of mind and He knew you love children and you enjoy teaching. So, He created this need which made them screamed “Keke! We desperately need you here to teach English”

Ya, dia benar.

Yes, he’s right.

Saya juga sudah memikirkan hal yang sama ketika kepala sekolah berbicara pada saya tadi pagi.

I had the same thought when the headmaster talked to me that morning.

Saya tidak bisa berhenti bersyukur.

I just can’t stop feeling gratefull.

Friday, September 23, 2016

Happy 6th Birthday, My Blog

Terima kasih, Tuhan, tanggal 18 September genap enam tahun umur blog ini.

www.ahsbt.com
Thank you, God, this blog turned six years on 18 September.

Terima kasih, Tuhan, enam tahun itu menghasilkan total 77,047 pageview dan 742 postingan.

Thank you, God, those six years have given total of 77,047 pageviews and 742 posts.

Terima kasih, Tuhan, untuk bakat menulis yang Kau berikan dan untuk waktu tiga puluh tujuh tahun melatih bakat ini.

from diaries to blog
Thank you, God, for this writing talent that You gave me and for the thirty seven years of practice.

Terima kasih, Tuhan, untuk memberikan kemampuan untuk membuat pengalaman, ide dan imajinasi ke dalam bentuk tulisan.

Thank you, God, for giving this ability to turn experiences, ideas and imagination into writing.

Terima kasih, Tuhan, untuk menciptakan saya sebagai seorang pemikir, seorang dengan perasaan sensitif, seorang perasa dan seorang yang memiliki rasa humor tinggi karena perpaduan ketiga hal tersebut telah menghasilkan banyak tulisan dan menciptakan gaya tulisan yang khas diri saya.

Thank you, God, for creating me as a thinker, a sensitive person, a feeler and somebody with great sense of humor because those three things have collaborated in making many writings and invented my own writing style.

Terima kasih, Tuhan, untuk membuat saya menemukan blog Aamir Khan yang Kau jadikan sebagai alat untuk membuat saya jadi kepingin punya blog juga karena itulah awal lahirnya blog ini.

Thank you, God, for made me found Aamir Khan’s blog which You used as a tool to make me wanted to have my own blog.
               
Terima kasih, Tuhan, untuk memberikan kemampuan yang membuat saya mengerti cara mendesain blog, memasukkan foto dan video, membuat label dll tanpa diajari siapa pun. Semua murni otodidak. Saya malah bisa membuat tutorial sederhana tentang cara mendesain blog dan menambahinya dengan pernak-pernik lainnya.

Thank you, God, for giving me the ability that enabling me to design the blog, uploading photo and video, making labels etc without anyone taught me how to do that. Everything is pure self-taught. I could even make simple tutorial on how to design a blog and to make other stuff.

Terima kasih, Tuhan, untuk memberikan saya kemampuan dalam bahasa Inggris sehingga saya bisa membuat blog ini dalam dua bahasa dan dengan demikian tidak membatasi pembacanya.

Thank you, God, for giving me the ability to understand English so I can make this bilingual blog and thus not limiting the readers.

Terima kasih, Tuhan, untuk membuat saya menemukan kelompok-kelompok penulis blog sehingga saya bisa mendapat teman sesama penulis blog dan mendapatkan ilmu dari mereka.


Thank you, God, for made me discovered blog writer groups so I can make friends with fellow blog writers and to get knowledge from them.

Terima kasih, Tuhan, untuk menggerakkan hati tiga orang yang dalam waktu berbeda memberikan netbook, kamera Cannon dan Nikon yang amat sangat berguna untuk mendukung kegiatan blogging.

Thank you, God, to move three people’s heart to give me netbook, Cannon and Nikon cameras in different period of time. Those three things are definitely useful for blogging.

Terima kasih, Tuhan, untuk memberikan berkat sehingga sebelum saya memiliki netbook, saya tetap punya uang untuk membayar biaya rental komputer dan biaya warnet.

Thank you, God, to bless me so that before I had my netbook I had the money to pay for computer rental fees and internet cafee charges.

Terima kasih juga, Tuhan, untuk menambahkan berkat itu sehingga dua tahun lalu saya dapat membeli hp touchscreen yang walau cuma hp seken dan juga bukan yang canggih-canggih amat tapi hp itu memiliki kamera yang lebih baik dari kamera saya yang sebelumnya dan dia membuat saya bisa mengecek perkembangan statistik blog.


Thank you also, God, to increase that blessing so two years ago I could buy a touchscreen cellphone, though it’s not new nor it’s highly sophisticate but it has better camera than my former cellphone and it makes me able to check this blog statistic.

Terima kasih, Tuhan, karena secara ajaib telah membuat saya bisa menabung sehingga saya bisa jalan-jalan dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Ajaib mengingat kehidupan semakin lama semakin sulit sementara gaji saya tidak lagi sebanyak sebelum krisis moneter dan seorang diri saya harus bekerja untuk menghidupi diri saya dan orang tua saya. Ajaib karena ada tahun-tahun dimana gaji saya jauh lebih rendah dari gaji seorang pembantu rumah tangga. Ajaib karena kami tidak pernah kelaparan, semua tagihan bisa dibayar dan saya bahkan masih bisa menabung.

Thank you, God, for miraculously make me able to pay for each of my traveling from the nearest to the fartherst. It is miraculous because life is tougher but I don’t make money as much I used to before monetary crisis hit Indonesia and I’m the sole provider for myself and for my parents. Miraculous because there were years when a maid made more money than me. Miraculous because we never starved, we could pay the bills and I could even save some money.

Terima kasih, Tuhan, karena baru di usia 42 tahun saya menemukan passion dalam traveling dan hal itu tidak hanya menolong saya keluar dari kejenuhan tapi telah menambah percaya diri saya setelah beberapa kali traveling sendiri ke tempat-tempat yang jauh, membuat saya merasa hidup dan menghargai kehidupan serta tentunya memberikan saya bahan untuk ditulis dalam blog ini.

Ambon, 2015
Thank you, God, for made me discovered a passion in traveling when I was 42. Traveling not only helps me to get rid boredom but it has also improved my self-esteem especially after I made several independent traveling to far places, it makes me feel alive and appreciate life, it also has given me materials to write posts for this blog.

Terima kasih, Tuhan, untuk mengembalikan kesehatan dan kekuatan fisik serta mental saya ketika selama beberapa periode dalam hidup saya yang harus dilewati dalam keadaan sangat sakit sampai saya merasa mungkin saya tidak akan bisa melihat hari esok.

Thank you, God, to give me back my physical and mental health and strength after for some period of time had to be spent being so ill that I thought I probably wouldn’t survive the day.

Terima kasih, Tuhan, untuk memberikan orang tua yang selalu memberikan dukungan, pengertian, kasih sayang, kesabaran dan doa. Seekor burung tidak akan pernah dapat terbang dengan satu sayap. Demikian pula saya. Orang tua saya adalah kedua sayap itu.


Thank you, God, to give me parents who are always giving me support, understanding, love, patience and prayers. A bird can’t fly with just one wing. It goes the same with me. My parents are my wings.

Terima kasih, Tuhan, sahabat-sahabat sejati serta orang terkasih yang mengasihi dan menerima saya sebagai diri saya seutuhnya. Mereka dan orang tua saya adalah oase dan kemurnian dalam dunia yang penuh dengan kepalsuan ini.

Thank you, God, for the true bestfriends and my loved one who love and accept me just as me. They, along with my parents, are the truth and purity in the world fulls with fakeness.

Terima kasih, Tuhan, untuk segala pahit dan manis yang terekam dalam blog ini.


Thank you, God, for the bitter and sweet stuff that recorded in this blog.

Terima kasih, Tuhan, untuk setiap orang yang telah membaca postingan-postingan di blog ini dan menemukan kebahagiaan, inspirasi, informasi serta penghiburan.

Thank you, God, for everyone who have read the posts in this blog and found joy, inspiration, information and solace.

Terima kasih, Tuhan, untuk setiap orang yang telah datang dalam hidup saya di masa lalu atau masa sekarang yang peranannya, perbuatannya atau perkataannya telah menginspirasi saya untuk menulis postingan demi postingan.

Thank you, God, for anyone who have been in my life, past or present, whose part, doing or words have inspired me to write posts in this blog.

Terima kasih, Tuhan, untuk enam tahun yang telah saya lewatkan sebagai penulis blog.

www.quotesgram.com

Thank you, God, for these six years that I spent as blog writer.

Bukan karena saya seorang yang pintar dan hebat. Semua semata karena anugrah Tuhan. 

It’s not because I’m so smart and great. Everything is God’s grace.

Thursday, September 22, 2016

25 Years of Friendship (Day Three)

Ke Santi setahun sekali atau dua kali itu sudah wajib hukumnya buat saya.

Visiting Santi once or twice a year is a must for me.

Tahun ini maunya sih dua kali tapi yah.. bulan Maret saya sakit. Dua bulan buat memulihkan badan. Begitu sembuh.. eh kok jadi ga pede dan ga selera buat jalan kemana-mana.

I wanted to make it twice this year but well.. I fell ill in March. It took two months to recover. Once I got well again.. I lost confidence and mood to go anywhere.

Baru bulan Agustus saya jalan-jalan lagi (baca postingan saya berjudul Curug Bidadari, Angel Waterfall) dan setelah melihat dan merasakan fisik saya kuat diajak jalan menempuh jarak begitu jauh selama enam jam, rasa percaya diri saya bangkit.

I went traveling in August (see Curug Bidadari, Angel Waterfall post) and after observing and felt I was physically well enough going on a far distance traveling for six hours, my confidence soared.

Jadi saya kontak Santi dan menetapkan rencana, saya akan berangkat dari Bogor hari Minggu, 11 September untuk menginap dirumahnya sampai Selasa, 13 September.

I contacted Santi and set the plan, I’d leave Bogor on Sunday, 11 September to stay at her place until Tuesday, 13 September.

*  *  *  *  *

Santi dan saya bertemu ketika kami kuliah di Perbanas, Jakarta tahun 1990. Kami sekelas dan akhirnya bersahabat.

Santi and I met when we went to college in Perbanas, Jakarta, in 1990. We were in the same class and we ended up being bestfriends.

Persahabatan kami berjalan terus walaupun setelah lulus kami terpisah karena bekerja di tempat berbeda. Jarak yang memisahkan kami semakin jauh setelah saya pindah ke Bogor tahun 1998. Semua tidak berpengaruh pada persahabatan kami.

Our friendship continues though work set us apart. The distance grew farther after I moved to Bogor in 1998. It all did nothing to our friendship.

Baru pada tahun 2013 saya memulai ritual mengunjunginya setahun sekali atau dua kali biarpun… Hadohhh.. perjalanannya bisa makan waktu hampir 4 jam.

First reunion, 2013
It was 2013 when I first started the ritual of visiting her once or twice a year despite the fact that.. geez.. it can take nearly 4 hours to commute.

Second reunion, 2014
Ah tapi toh bahagianya bertemu sahabat yang sudah seperti saudara sepadan deh dengan capeknya..

Third reunion, 2015
Well the happiness to meet a bestfriend that has become like a sister is worth it..

recent reunion, 2016

*  *  *  *  *

Hari ketiga (Day three)

Hari terakhir..

The last day..

Kami meninggalkan rumah jam 5.30 pagi untuk mengantarkan Klara dan Kenzie ke sekolah.

We left the house at 5.30 am to drive Klara and Kenzie to school.

Saya ikut karena rasanya berat berpisah dengan anak-anak ini. Siang nanti kalau mereka pulang sekolah mereka tidak akan menemui saya di rumah karena saya sudah pulang. Jadi pagi ini saya bela-belain ikut mengantar mereka biar pun saya ngantuk berat.



I came along because it felt hard to say goodbye to the kids. They wouldn’t find me at home when they got back from school in the afternoon. It is why though I was so sleepy, I insisted to come along this morning when they were driven to school.

Pulangnya Santi dan saya mampir ke tukang soto mie untuk sarapan. Panas dan pedasnya soto mie topcer buat bikin mata jadi melek.. hehe..

cespleng buat ngusir ngantuk dan dingin.
ok, I was cold & sleepy. This breakfast was really eye opener, literally.

Santi: bikin sirik temen-temen gue ah..

Santi: hmm.. gonna take this pic & make it as my blackberry profile photo to make my friends drool ;)
Santi and I stopped by at a noodle vendor on the way home to have breakfast. The hot and spicy noodle were strong enough to make me fully awakened.

Sampai rumah mandi dan packing untuk pulang.

Took a bath and packed the things once we got back home.

Sudah hampir tengah hari sewaktu saya diantar Santi ke halte bis transjakarta. Ya, soalnya kami nonton dulu dan kemudian nyemil es krim wafel di AW.

ngiler kan ngeliatnya.. haha..

ain't this make you drool ;)

maunya sih semuanya buat saya tapi bisa dikemplang Santi.. wkwk..

I swear, I could eat both if only Santi gave me her ice waffle.. lol..
It was almost noon when Santi drove me to transjakarta bus shelter. Well, we watched a movie and then snacking on waffle and ice cream at AW.

Yah, perjalanan panjang lagi dari Cengkareng ke Bogor. Coba saya punya baling-baling bambunya Doraemon.. ngayal..

to Sumur Bor transjakarta bus shelter
Well, another long trip from Cengkareng to Bogor. If only I had Doraemon's bamboo propeller.. imagine how cool would that be..

Jiah, ternyata trotoar di luar stasiun kereta Kota selebar ini! Dulu rasanya sempit banget, cuma kayak jalan setapak. Kasihan juga pedagang kaki limanya yang digusur tapi kan ini dari awal juga bukan buat jualan, bray.

I just realized the sidewalk outside train station is now free from street vendor. I never knew it is that wide! I'm so sorry for the street vendor who had to move but this space has never made for them from the first place.

Tadinya tempat jual tiket ada di dekat pintu masuk/keluar, lha, dipindahin toh..

They have moved the ticket booth. It used to be near the exit / entrance door
buat yang mau ke Bogor, tempat tiketnya ada di sebelah kanan foto ini ya.

ticket booth that sells ticket to Bogor is at the right side of this photo.
7 & 8 booth sell ticket to Bogor
waiting for the train

Ahhh... finally.. on the way home..
Mudah-mudahan awal tahun depan saya dapat mengunjungi Santi.

I hope I can visit Santi early next year.