Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, December 31, 2015

Alleluia 2015

Haleluya; Terpujilah Tuhan!

Alleluia; God be praised!

365 hari dari tahun 2015 hampir terlewati. Banyak peristiwa terjadi. Banyak kenangan terukir di hati.

365 days of 2015 are almost over. Many things have happened. Memories are engraved in the heart.

weheartit.com

*  *  *  *  *

When we were still together







Since then we went on our own separate ways..




You are still a part of me
































Family in heaven







From paper work to counseling




Hope it'll last forever










Goodbye, my hormones don't need you anymore




Mom & Dad, my life, my everything



                                                   *  *  *  *  *

Haleluya; Terpujilah Tuhan!

Alleluia; God be praised!

Haleluya, terpujilah Tuhan untuk tawa dan air mata.

Alleluia, God be praised for the laughs and the tears.




Haleluya, terpujilah Tuhan untuk 2015.

Alleluia, God be praised for 2015.

Wednesday, December 30, 2015

Merry Christmas

Natal datang dan pergi..

Christmas came and went..

Saya telah melewati banyak Natal dan melalui kenangan itu..

I have had many Christmas and through those memories..

pavlaholywood.bloger.cz

*  *  *  *  *

Natal adalah pohon Natal.

Christmas is Christmas tree.

Natal identik dengan pohon Natal sampai-sampai orang mengidentifikasikan Kekristenan dengan pohon Natal atau pernak-pernik Natal.

Christmas tree is related to Christmas that people identifies it and Christmas decorations with Christianity.

Dalam sejarah natal saya pohon Natal pernah ada dan kemudian menghilang.

In my Christmas history, Christmas tree was there and then was gone.

Kami tidak lagi memasang pohon Natal setelah adik saya meninggal tahun 1981. Orang tua saya punya tiga anak, dua meninggal. Natal pertama setelah adik bungsu saya meninggal pastilah berat bagi mereka sehingga pohon Natal pun tidak dipajang. Tapi natal-natal berikutnya kami tidak lagi memajang pohon Natal.

We no longer had Christmas tree after my sister died in 1981. My parents had three children, two died. The first Christmas after my youngest sister died must be really hard for them so we didn’t have Christmas tree in the house. But we didn’t have it the next Christmas and so many Christmases after that.

Usia saya baru 10 tahun sewaktu adik bungsu saya meninggal. Saya tidak mengerti arti kematian. Yang saya tahu hanyalah adik saya sakit, dibawa ke rumah sakit dan kembali ke rumah dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Saya kehilangan adik dan teman. Saya juga kehilangan pohon Natal.

I was only 10 years old when my youngest sister died. I didn’t understand what death was about. All I knew was my sister got ill, she was taken to the hospital and brought back home, already died. I lost a sister and a friend. I also lost Christmas tree.

Mungkin itu yang membuat saya tetap senang memperhatikan pohon Natal. Tidak puas-puasnya saya menatap pohon Natal yang saya temui entah di gereja, di mall, di rumah teman.. karena sambil menatap pohon natal itu, saya teringat pada adik saya dan pada masa-masa lima tahun ketika dia masih hidup.

Maybe it is why I like watching Christmas tree. I can’t have enough looking at the ones in the church, at the mall, at a friend’s house.. because when I look at it, I remember my late sister and to those five years when she was alive.

Saya juga senang memperhatikan anak-anak kecil terpesona menatap pohon Natal seakan-akan pohon itu adalah suatu keajaiban.

I enjoy watching children staring at Christmas tree with amazement look on their faces as if it were some sort of a wonder.

Sebelum putus dengan Andre, Natal menjadi menyenangkan karena walaupun dia seorang atheis tapi dia tidak pernah melewatkan Natal tanpa pohon Natal. Dengan penuh semangat dia memajang dan menghias pohon itu dengan diiringi alunan lagu-lagu Natal. Dia akan bersiul atau bernyanyi mengikuti lagu-lagu itu, kadang berhenti untuk memeluk atau mencium saya, kadang malah dia menarik saya dan mengajak saya berdansa.


Before Andre and I broke up, Christmas was fun because eventhough he is an atheist but he never missed Christmas without putting on the tree. Enthusiastically he put and decorated it while Christmas songs were played. He would whistle or sang along, sometimeshe stopped to hug or kissed me, sometimes he would pulled me and danced with me.

Saya merindukan saat-saat itu.

I missed those moments.

Saya pikir saya akan melewatkan Natal tahun ini dengan pacar saya, duduk bersisian sambil berpegangan tangan sementara kami menatap pohon Natal, mensyukuri Natal pertama kami...

I thought I would spend this Christmas with my boyfriend, sitting next to each other holding hands while we look at the tree, feeling grateful for our first Christmas...

Tapi semua cuma impian kosong karena setelah hampir enam bulan bersama, dia bahkan tidak bisa menepati kata-katanya sendiri bahwa dia akan datang menemui orang tua saya untuk memberitahu mereka tentang hubungan kami.

But it was just an empty dream because for nearly six months we got together he didn’t keep his own words that he would come to my parents to tell them about us.

Enam bulan saya menjadi pembohong dan saya disiksa oleh rasa bersalah. Pada akhirnya saya mengambil keputusan.

I had become a liar for six months and I was tortured with guilt. I made up my mind, eventually.

*  *  *  *  *

Natal adalah kue-kue.

Christmas is cakes and cookies.

Bersyukurlah saya dikaruniakan ayah yang jago masak dan ibu yang pintar bikin kue.

I am so blessed to have a father who is a good cook and a mother who goods at making cakes and cookies.

Minimal 3 hari sebelum malam Natal, orang tua saya mulai sibuk membuat kue. Yang paling saya sukai adalah pulang dari kantor dan membuka pintu rumah.. hmm.. rumah berbau seperti toko kue.

At least three days before Christmas eve my parents started to bake cake and cookies. What I love is got home from the office and when I opened the door.. hmm.. the house smelled like a bakery shop.

Yang paling menyenangkan adalah kalau mereka membuat kue bertepatan dengan hari libur saya. Bertiga kami akan sibuk di dapur sementara anjing saya hilir mudik, mengendus kiri kanan, berharap ada yang berbaik hati membagi sedikit adonan kue atau kue yang baru matang..



The most pleasant thing is when they chose my day off as the day when they would make the cake and cookies. The three of us would be busy in the kitchen while my dog would walk around, sniffing around, hoping somebody would kindly give him a drop of the dough or pieces of cake or cookies that just came out from the oven.




Tapi faktor umur juga yang membuat tahun ini tidak ada kue Natal.

Their age is the reason we don’t have Christmas cake and cookie this Christmas.

Tidak apa. Saya tidak menuntut harus ada kue. Tahun ini saya membeli sebuah kue.

That’s okay. I don’t demand to have cake and cookies. I bought a cake this year.

Ayah saya tetap masak dan membuat puding. Jadi yah, sekali pun sederhana tapi hidangan Natal kami lumayan enak kok.


My father cooked Christmas dish and made a pudding. So yeah, though it was simple but it was quite good.

*  *  *  *  *

Natal adalah pertobatan.

Christmas is repentance.

Kalau Kekristenan diibaratkan seperti sekolah, saya bukanlah murid yang alim, manis dan penurut.

If Christianity were to be pictured as school, I were not a sweet and obedient student.

Saya pemberontak. Saya skeptikal. Saya penggugat.

I am a rebel. I am skeptical. I am a protester.

Dalam dua tahun terakhir ini saya malah sudah hampir menjadi seorang atheis. Bayangkanlah ironinya itu, saya bekerja di gereja dan saya sudah merasa yakin untuk mengabstainkan diri dari agama manapun.

In the past two years I was even turned myself into an atheist. Imagine the irony, I work in church and I was sure I would abstain myself from any religion.

Ada terlalu banyak peristiwa yang saya alami. Lebih berat dari pada yang dapat saya tanggung dan ketika saya mencari Tuhan, Tuhan seperti memalingkan muka. Itu pengkhianatan. 

I have been through many things. Harder than what I could handle and when I turned to God, He was turned His face away. It was a betrayal. 

Lalu di bulan Oktober, ketika saya tidak bisa tidur karena sakit kepala dan sakit gigi, tiba-tiba saya melihat Tuhan berdiri di depan saya.

Then some time in October, I couldn’t sleep for having headache and toothache when suddenly I saw God stood infront of me.

Tidak, saya tidak sedang berdoa. Sudah hampir dua tahun saya tidak lagi percaya pada Tuhan. Saat itu saya sedang berpikir bagaimana saya harus melewatkan malam dengan sakit kepala dan sakit gigi yang amat sangat menyiksa.

No, I wasn’t praying. It has been two years that I stopped believing in God. At that time I was thinking how I would have to spend the night with a torturing headache and toothache.

Bagaimana saya tahu itu bukan imajinasi saya?

How would I know it wasn’t my imagination?

Karena di masa lalu saya sudah beberapa kali melihat Tuhan entah itu di dalam mimpi atau ketika mata saya sedang terbuka lebar.

Because in the past I have several times seen God whether it was in my dreams or when I was fully awake.

Jadi saya langsung mengenaliNya.

So I recognized Him imidiately.

Dia meletakkan tanganNya ke kepala saya dan saya hampir berteriak karena sakitnya luar biasa.

He put His hand on my head and I was almost scream because it hurt like hell.

Saya melihat begitu banyak asap hitam keluar seakan besi yang langsung menempel ke magnet.

I saw many black smokes came out like pieces of iron stick into a magnet.

Entah berapa menit kemudian, keheranan saya merasakan semua sakit yang tadi saya rasakan ternyata sudah hilang.

Minutes passed, I was amazed when I realized all the pain was gone.

Malam itu saya bisa tidur tenang. Saya bahkan tidak minum obat apa pun.

I could sleep soundly that night. I didn’t even have to take any medicine.

Besok malamnya, kembali sakit kepala dan sakit gigi itu menyiksa saya. Kali ini semua obat yang saya minum sepertinya tidak mempan.

The next night the headache and toothache were back. This time the medicine I took seemed gave no effect at all.

Saya tidak mau memberitahu orang tua saya karena tidak mau membuat mereka khawatir.

I didn’t want to tell my parents for not wanting to make them worry.

Tapi saya tetap membutuhkan orang untuk memberikan kekuatan ketika saya sedang merasa sangat lemah dan tidak berdaya.

But I still needed somebody to give me strength when I felt so weak and powerless.

Pacar saya tidak bisa dan tidak mau datang.

My boyfriend couldn’t and didn’t want to come.

Tuhanlah yang datang dan mengulangi apa yang Dia lakukan ke saya malam sebelumnya.

It was God who came and He did what He did to me the night before.

Yang terjadi adalah pengulangan hal yang sama. Dengan hasil yang sama.

It happened just like the night before. With the same result.

Besoknya saya pergi ke dokter gigi tapi saya tidak bisa melupakan apa yang Tuhan lakukan.



I went to the dentist the next day but I can’t forget what God did.

Saya bertobat.

I repent.

Kalau Kekristenan diibaratkan seperti sekolah maka saya adalah murid yang bandel, keras kepala, pemberontak yang lari dari sekolah. Tuhan tidak mengutuk saya. Dia membiarkan saya lari tapi tidak meninggalkan saya. Dia tidak pernah berhenti menyayangi saya bahkan ketika saya mengutukiNya dan mengatakan bahwa saya tidak mau lagi mengenalNya.


If Christianity were to be pictured as school  I am a troubled, stubborn student, a rebel who ran off from school. But God never cursed me, He let me ran away but He never left me. He never stop loving me even when I cursed Him and told Him that I no longer wanted to know Him.

KasihNya menaklukkan saya, mengalahkan saya dan membuat saya kembali.

His love completely knocks me out and made me return to Him.

*  *  *  *  *

Natal adalah melakukan hal yang benar.

Christmas is doing the right thing.

Melakukan hal yang benar itu amat sangat sulit.

Doing the right thing is so hard.

Setelah saya bertobat, Tuhan membuka mata saya sehingga saya bisa melihat alangkah kacaunya hidup dan pola pikir saya selama ini.

After I repent, God opened my eyes so I could see how terrible my life and my mind were all this time.

Tidak, Tuhan tidak mengatakan “Bersihin sendiri semua kekacauan yang kamu lakukan”

No, God didn’t say “Clean your own mess”

Tuhan menunjukkan kekacauan itu dan menunjukkan apa yang harus saya lakukan.

God showed those mess and what I should do.

Semua berjalan selangkah demi selangkah.

Everything goes one step at a time.

www.neloo.com

Wednesday, December 23, 2015

Move on

Meneruskan perjalanan..

To continue the journey..

Kehidupan membawa kita pada perpisahan.

Life brings us to separation.

Perpisahan karena berpindah kerja, pindah tempat tinggal, pindah sekolah atau perpisahan karena pertengkaran, perceraian, berakhirnya hubungan kasih, kematian..

Separation caused by change of job, moved of domicile, move to different school or separation caused by quarrel, divorce, end of romance, death..

Apa pun penyebabnya, perpisahan dengan orang-orang tersayang selalu menyakitkan.

Whatever the cause, separation with loved ones brings heartache.

Walau rasanya hidup terhenti karenanya tapi kita harus melanjutkan kehidupan kita.

quoteshunger.com
Though it feels as if life ends but we have to move on with our lives.

*  *  *  *  *

Dari bulan Mei sampai Desember ini saya sudah mengalami tiga macam perpisahan; berpisah dengan seorang teman baik, anjing tersayang meninggal dan dua kali hubungan cinta saya berakhir.

From May to December I have had three separations; to be separated with a good friend, my beloved dog died and twice I had my love relationship end.

Dalam tujuh bulan terakhir ini rasanya saya tidak bisa berhenti menangis.

It seems I can’t stop crying in the past seven months.

Saya menjalani hari-hari panjang ketika hidup rasanya gelap, berjuang untuk bangkit kembali, mengalami masa singkat ketika matahari bersinar kembali, kemudian kehidupan kembali menjadi gelap dan saya harus berjuang lagi untuk bangkit.

I have gone through many days when life felt so dark, struggled to stand on my feet again, had short moments when the sun shone on my life only to be removed by darkness again and I had another fight to stand back on my feet.

Bahkan saat saya menuliskan postingan ini, saya masih berjuang untuk keluar dari kesedihan karena belum lama hubungan cinta saya berakhir.

Even when I write this post, I am still struggling to overcome the grief for having recent breakup.

“Move on, Keke” kata seorang teman saya.

“Move on, Keke” said one of my friend.

Ya, tapi ada prosedur dan proses panjang yang harus dilewati.

Yes, but there are procedure and long process to go through.

Apa yang saya alami dan rasakan, inilah yang saya bagikan.

What I have gone through and feel, I share them with you.

*  *  *  *  *

Berikan waktu untuk bersedih..

Give time to grief..

Ketika kantor saya untuk pertama kalinya menerima mahasiswa magang, saya tidak pernah menduga selama setahun dia dan saya akan jadi teman dekat.

When my office accepted an intern for the first time, I have never thought she and I would become close friends.

Dia datang dengan kepribadiannya yang bagaikan pelangi; ceria, bawel, lucu, lugu, nyebelin, mellow yang semuanya itu mewarnai hari-hari saya.


She came with her characters that reminds me to rainbow; cheerful, noisy, funny, innocent, annoying, mellow that colored my days.

Dengan segala perbedaan yang ada, kami bisa menyatu.

We could blend despite all the differences in us.

Lalu akhir Mei masa magangnya berakhir.

Her internship ended in May.

Perpisahan itu belum terasa dampaknya karena ketika dia kembali ke kampung halamannya, saya ikut dengannya.

The separation has its effect stalled because I came along with her when she returned to her hometown.

Tiga hari kemudian..

Three days after that..

Saya harus kembali. Saat itulah baru kami berdua sama-sama merasakan sakitnya perpisahan.

I had to return. It was the time when the pain of separation hit us both.

Perbedaannya adalah, dia sudah menangis ketika kami mengucapkan selamat tinggal di bandara sementara saya berhasil menguasai diri dan baru menangis setelah berada di atas pesawat.


The difference is she has cried when we bid our farewell at the airport while I didn’t lose my self-control and broke down after I boarded the plane.

Hari-hari selanjutnya luar biasa sulit untuk dihadapi. Ada banyak orang tapi saya merasa kosong.

It was hard to face the days after that. There were many people but I felt empty.

Diperlukan waktu sekitar dua bulan sebelum saya benar-benar bisa mengatasinya.

It needed about two months before I could really overcome it.

Waktu tidak bisa dijadikan standard karena di tiap orang berbeda.

Time can’t be standardized because it works differently on each person.

Tapi ketika ketika kita kehilangan seorang yang kita kasihi, berikanlah waktu untuk bersedih.

But when we lost loved ones, give time to grief.

Jangan mengingkari rasa sedih, kehilangan, sepi, putus asa, kosong, rasa sakit.

Don’t deny the sadness, feeling of loss, lonely, desperate, emptiness, hurt.

Di saat-saat seperti ini saya banyak menangis tapi mengetahui dan mengakui bahwa saya sedang bersedih meringankan beban di hati dan itu membuat saya lebih cepat pulih dibandingkan kalau saya berpura-pura kuat.

I cried a lot in this period of time but knowing and acknowledging that I was in pain has actually relieved the burden in the heart and it healed me faster than if I pretend to be strong.

*  *  *  *  *

Boleh bersedih tapi jangan kehilangan akal sehat..

It’s okay to grief but don’t lose your common sense..

Kesedihan membawa saya dalam beberapa fase.

Grief brought me into some phase.

Rasa sedih sudah cukup menyiksa dan bisa bikin otak jadi miring kalau dibiarkan berlarut-larut tapi ada fase-fase didalamnya yang wajib diketahui dan diwaspadai oleh kita semua.

Grief is already a torture and can drive you insane if you let it but the phases in it should be acknowledged and should make us be on our guard.

Fase merasa ditinggalkan sendiri.

Feeling being left alone Phase.

Sewaktu anjing saya meninggal, sedihnya ya ampun.. buat orang lain mungkin dia cuma hewan tapi buat saya dia sahabat di rumah. Selama sembilan tahun dia menjadi anggota keluarga kami.


When my dog died, it really broke my heart.. to others he maybe just a dog but to me he was my bestfriend at home. He was our family member for nine years.

Rasa sedih diikuti dengan rasa ditinggalkan sendiri. Sampai dua bulan berikutnya saya malas pulang ke rumah karena merasa kosong, sendiri, sepi.

Grief was followed by the feeling of being left alone. For two months I didn’t feel going home because it felt empty, alone, quiet.

Padahal kenyataannya saya masih punya orang tua, banyak teman dan pacar yang semuanya memperhatikan, peduli dan menyayangi saya.

The fact is I have my parents, many friends and a boyfriend who gave me their attention, care and love.

Fase marah.

Angry Phase.

Dalam kesedihan saya, saya juga marah karena merasa hidup ini tidak adil dan Tuhan tidak berbelas kasihan ke saya karena membiarkan saya kehilangan mereka yang saya kasihi.

In my grief, I was also felt angry because I felt life was unfair and God had no mercy for letting me lost those whom I loved.

Saya juga marah pada diri sendiri karena merasa tidak berusaha semaksimal mungkin untuk menolong anjing saya ketika dia sakit, saya marah mengingat begitu singkatnya waktu yang ada, saya marah pada takdir.

I was also angry to myself because I felt I didn’t do the best I could to save my dog when it was sick, I was angry when I remember how short time was, I was angry to destiny.

Saya ini seorang pemarah. Kalau sudah marah, saya tidak lagi peduli siapa yang saya hadapi. Tapi kemarahan karena sedih atas kehilangan mereka yang saya kasihi adalah kemarahan yang tidak bisa dikeluarkan. Seperti meninju angin.

I have bad temper. When I am angry, I don’t care who stand in my way. But the anger for losing loved ones is the suppressed kind of anger. It were like punching the wind.

Fase penyangkalan.

Denial Phase.

Dua bulan lalu saya mulai merasakan adanya hal-hal yang mengganjal dalam hubungan saya dengan pacar saya.

Two months ago I started to feel somethings were not right in my relationship with my boyfriend.

Sebulan saya lewatkan dengan berpikir, uring-uringan sendiri dan berdoa. Tapi tetap berharap hal-hal itu akan menjadi benar dengan sendirinya.

I spent a month thinking, feeling restless and praying. But still I wished those things would turn ok by themselves.

Tiga minggu lalu saya mengambil keputusan tegas. Tapi saya masih berharap dia akan datang pada saya, mengatakan bahwa saya salah, bahwa dia mencintai saya, bahwa saya benar-benar berharga baginya hingga dia akan mempertahankan saya dan memperjuangkan cinta kami.

Three weeks ago I made my decision. But I still wish he would come to me, to tell me I was wrong, that he loves me, that I am so precious to him that he would keep me and fight for our love.

Dalam kenyataan tidak satu pun terjadi seperti itu. Tapi sampai hari ini tetap saja saya menyangkali kenyataan.


The fact is none happens. But I still deny the fact even until today.

Sulit untuk menerima kenyataan bahwa semua kata-katanya mungkin hanya bualan belaka, mungkin dia tidak benar-benar mencintai saya, mungkin rasa takutnya jauh lebih besar dari pada keteguhan hati dan imannya.

It’s hard to accept the fact that maybe all his words are just empty words, that maybe he doesn’t really love me, that maybe his fear is bigger than the firmness of his heart and faith.

Sedih itu normal tapi jangan sampai membutakan akal sehat.

Grieving is normal but don’t let it blinded the common sense.

*  *  *  *  *

Waktu, doa, memaafkan, empati dan kesibukan menyembuhkan..

Time, prayer, forgiving, emphaty and keep ourselves busy do heal..

Waktu membuat kita belajar untuk bisa menyesuaikan diri dengan ketidakhadiran orang yang kita kasihi.

Time makes us learn to adjust ourselves with the absence of our loved ones.

Pada akhirnya waktu menyembuhkan luka-luka di hati.

At the end time heals the wounds in the heart.

Tapi waktu saja tidak cukup untuk menghilangkan penderitaan karena kehilangan mereka yang kita kasihi.

But time is not enough to make the suffering for losing loved ones disappear.

Dengan berdoa, saya mengadukan beban di hati pada Tuhan dan mencari ketenangan serta kekuatan.

Through prayers I tell God all my burden and to find peace and strength.

Memaafkan orang lain dan diri sendiri merupakan cara untuk menyembuhkan, memulihkan dan keluar dari lingkaran kesedihan.

Forgive other people and ourselves are ways to heal, restore and get out of grief.

Empati adalah ketika kita membuka mata dan melihat bahwa kita bukan satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini dan bahwa masalah kita bukanlah yang paling besar. Ada banyak orang menderita dan mengalami banyak masalah. Lebih berat, lebih sukar dan lebih serius dari yang sedang kita hadapi.

Emphaty is when we open our eyes and see that we are not the only one who suffer in this world and that our problem is not the major one. There are many people suffer and deal with many problems. Heavier, bigger and more serious than the one we are dealing.

Tetap sibuk. Carilah sesuatu untuk dikerjakan.

Keep busy. Find something to do.

Karena sibuk membuat pikiran kita teralih.

Because it distracts our minds.

Mengalihkan fokus perhatian kita dari diri sendiri.

Take our focus off ourselves.

Kesibukan juga membuat badan capek sehingga pada malam hari kita tidak akan diganggu dengan banyak pikiran karena sudah terlalu mengantuk.

Activities also make us tired so we won’t be bothered by lots of thoughts at night as we will be too sleepy.

*  *  *  *  *

Saya telah berhasil melewati banyak masa-masa sukar yang saya kira tidak akan mungkin bisa saya lewati. Tapi toh saya berhasil dan disinilah saya, tetap hidup dan berdiri tegak, bersyukur karena masih banyak hal berharga yang saya miliki dan optimis memandang masa depan.

I have gone through many difficult times which I thought I wouldn't make it. But here I am. Still alive and grateful for the things I have and optimist about the future. 

Wednesday, December 16, 2015

Bye Bye Bye

Dalam sehari dia keluar dari dua grup WhatsApp.

He left two WhatsApp groups in a day.

Begitulah yang diberitahukan ke saya oleh beberapa orang hari Minggu lalu.

That what was told to me by few people last Sunday.

Sejujurnya saya tidak terlalu peduli.

To be honest, I didn’t and don’t care.

Selama hampir dua tahun orang itu berada dalam lingkungan kerja saya, dia menampilkan diri sebagai seorang yang ramah, sopan, siap untuk menolong..

That person was in my workplace for almost two years, during which he appeared himself as a friendly, polite, helpful person..

Tapi beberapa orang tidak menyukainya.

But few people disliked him.

Perasaan saya pun mengatakan ada sesuatu dalam diri orang ini yang tidak bisa sepenuhnya dipercaya.. semakin manis sikapnya, semakin waspada pula saya walaupun dari luar kelihatannya akur dengan dia.

image: followingthevoicewithin.blogspot.com

My feelings said there was something about this person that making him couldn’t be trusted fully.. the sweeter he became, the more alert I became though I appeared to have good relationship with him.

Sayangnya sebagian besar orang di kantor saya terkelabui dengan sikapnya.

Unfortunately most of the people in my office were fooled by his attitude.

Tapi cepat atau lambat segala yang jahat dan busuk akan terlihat juga.

But sooner or later all evil and the shits will clear for everyone to see.

Jauh sebelum mereka melihatnya, orang ini sudah menampilkan dirinya yang asli pada saya ketika dia mem-bully teman saya.

Long before they saw it, this person has shown the real of him to me when he bullied my friend.

Saat itu dia tidak mengira kalau teman saya akan memberitahu saya dan tidak memperhitungkan kalau serangannya itu bisa berbalik menyerangnya karena perkara yang dipilihnya itu ada kaitannya juga dengan saya dan dua orang lainnya.

At that time it didn’t cross his mind that my friend would tell me and didn’t calculate that his attack would hit him back because the thing he used to bully my friend was actually had connection with me and two other people.

Waktu, tantangan dan tekanan yang diterimanya akhirnya membongkar semua sandiwara yang selama ini dimainkannya.

Time, challenges and pressure finally uncovered all the plot he has been playing in all this time.

Sekarang ketika dia menyadari bahwa dia sudah menelanjangi dirinya di depan semua orang, dia pun tidak tahan lagi untuk tetap berada di antara kami.

Now when he realized that he has stripped himself infront everybody, he couldn’t stand it to be in our midst.

Dia pun kabur, sebagai seorang pengecut dan pecundang.

He ran off, as a coward and a looser.

Perlukah ditangisi orang seperti itu? Perlukah dianggap sebagai suatu kehilangan?

Should we shed tears for somebody like that? Should we take it as a loss?

Ada begitu banyak orang baik yang masih bertahan disini, jadi kenapa harus menyesali kehilangan satu orang yang hampir menghancurkan kesatuan kami semua?

There are still many good people left in this place so why should we have regret to lose a person who almost broke our unity?

Bukankah lebih baik berkonsentrasi pada orang-orang yang masih ada ini? Bukankah lebih baik berfokus pada hal-hal baik yang harus dilakukan?

Shouldn’t we better concentrate on the people who stay? Shouldn’t we better focus on the good things that we ought to do?

*  *  *  *  *

Kamu, pergilah dari saya..

You, go away from me!

Kira-kira lima bulan lalu dengan gagahnya kamu mengatakan ‘mau main ah ke rumah kamu, mau ketemu sama orang tua kamu, mau bilang ke mereka tentang kita’.

About five months ago you confidently said ‘wanna go to your house, wanna meet your parents, wanna tell them about us’.

Bulan demi bulan berlalu..

Months passed..

Sibuk, kata kamu.

Busy, that’s what you said.

Setiap hari Minggu siang ada kesempatan buat pergi ke rumah saya.

There is a chance to go to my place every Sunday afternoon.

Kamu mendadak ada acara, kata kamu.

You had unexpected thing to attend, you said.

Ah, itu kan kebetulan saja. Itu juga cuma sekali. Kan bisa dijadwalin hari berikutnya.

That wasn’t plan. It happened just once. Can reschedule it.

Tiap sore hujan, kata kamu.

It rains every afternoon, you said.

Dulu waktu belum musim hujan, kamu pasang dua alasan di atas. Sekarang sudah musim hujan, kan hari Minggu bisa ketemu ayah saya karena dia datang ke tempat kerja saya. Nah, kamu bisa cari waktu dan tempat yang memungkinkan untuk bicara dengan ayah saya.

Before rainy season came, you gave me those two excuses. Now rainy season is here, well, you can meet my father on Sunday when he comes to my workplace. Find convenient time and place to talk to him.

Beberapa kali saya mengingatkan kamu, memberikan usul. Kamu tidak mau mendengar.

Few times I have reminded you, gave you suggestions. You wouldn’t listen.

Kamu menjadikan saya seorang pembohong. Kamu ingin memberitahukan semua orang tapi tidak pada orang tua saya.

You made me a liar. You wanted to tell everybody but not to my parents.

Kamu yang saya nilai lebih mempunyai pengertian tentang apa yang baik dan buruk, yang saya kira mempunyai hubungan lebih dekat dengan Tuhan.. dibandingkan dengan saya yang setidaknya selama dua tahun terakhir ini hampir menjadi ateis dan memiliki buku kehidupan yang penuh dengan coretan hitam..

You, whom I thought had better understanding about what is good and bad, whom I thought had close relationship with God.. by comparison with me who had nearly become an atheist in at least the past two years and whose book of life full with black stain..

Kenyataannya kamu justru menyeret saya jatuh dalam perbuatan dosa.

The truth is, you dragged me into committing sins.

Kamu berharga buat saya, begitu kata kamu.

You’re precious to me, that’s what you said.

Tapi dalam kenyataan kamu menunjukkan sikap lebih menghargai orang lain dari pada kepada saya.

But in reality you showed more appreciation toward other people than to me.

Mungkin saya harus menjadi orang lain supaya kamu bisa menghargai saya. Mungkin saya harus menjadi majikan kamu supaya kamu bisa memberi perlakuan seperti yang kamu berikan pada orang-orang itu.

Maybe I have to be other people to make you appreciate me. Maybe I have to be your master so you can treat me just like you treat those people.

Nah, seminggu lalu saya memutuskan untuk menjadikan diri saya sebagai orang lain.

So, about a week ago I decided to make myself as other people.

Saya tidak rugi. Saya tidak butuh lelaki yang cuma bisa omong gede, lelaki yang tidak bisa menghargai apa yang dia miliki.

I’ve got nothing to lose. I don’t need a man who can only talk a lot, man who can’t appreciate what he has.

Sejak dua bulan lalu Tuhan membuka mata saya sehingga saya bisa melihat orang seperti apa kamu itu yang sebenarnya.

God opened my eyes since two months ago so I could see what kind of a person you are.

Cepat atau lambat kebenaran itu akan muncul.


Sooner or later the truth will appear.

Kebenaran itu telah membebaskan saya dari kamu.

The truth has freed me from you.

Saya sudah hapus kamu dari ingatan saya. Buat saya masa lima bulan itu tidak pernah ada.

I have erased you off my memory. For me those five months have never existed.

Kamu tidak lagi memiliki tempat dalam hidup atau hati saya. Ada Tuhan, orang tua saya, Andre dan begitu banyak orang yang mencintai saya dengan segala ketulusan dan kesungguhan.  

You no longer have a place in my life or in my heart. There are God, my parents, Andre and many people who sincerely and devotedly love me.

Cinta mereka menyembuhkan saya, memulihkan saya, membawa saya kembali dan menyelamatkan saya.

Their love healed me, restored me, brought me back and saved me.

*  *  *  *  *

Saya sudah menduga teman saya tidak akan bisa datang ke Bogor bulan Desember ini.

I have thought that my friend wouldn’t be able to come to Bogor on this December.

Sejak kami berpisah di bandara Pattimura, Ambon, kami tidak pernah bertemu lagi.


We have never met since we bid our farewell at Pattimura airport, in Ambon.

Tahun depan dia akan menyelesaikan kuliahnya dan setelah itu akan menjalani masa tugas tiga tahun di Kalimantan.

She will complete her study next year and after that she will have her three years duty in Kalimantan.

Jadi kalau saya mau menemuinya tentu harus sebelum dia pergi ke Kalimantan.

So if I want to see her it should be done before she leaves to Kalimantan.

Saya mulai mencari-cari hari libur, memilih kapan akan mengambil cuti, memantau jadwal kereta api dan pesawat.

I started to watch public holidays, pick the days which I will take my leave, surveying train and plane schedules.

Saya menyukai traveling tapi yang satu ini bukan sembarang traveling.

I love traveling but this one is not just traveling.

Ada orang-orang tertentu yang tidak mungkin bisa begitu saja dihilangkan dari hati dan hidup saya sekalipun mereka bikin saya pusing tujuh keliling.. hehe..

There are certain people whom can never be erased from my life and my heart though they have driven me crazy.. haha..

*  *  *  *  *

Tuhan, ketika aku sudah mengucapkan selamat tinggal padaMu, Kau menolak untuk meninggalkan aku.

God, when I have told you goodbye, you refused to leave me.

Bahkan ketika aku sudah jelas-jelas mengusirMu, semakin kuatlah Kau mempertahankan aku.

Even when I have told you to get lost, the stronger you held me.

Demikian berharganya aku bagiMu hingga tidak ada satu hal apa pun atau manusia mana pun yang mampu memisahkan kita.

I am too precious for you that nothing or nobody can apart us.

CintaMu yang besar itu, Tuhan, telah menutupi segala pelanggaranku, mengampuni segala dosaku, tidak mengingat pemberontakanku, menerima ketika aku kembali, memulihkan dan membebaskan aku serta memberikan aku lembaran-lembaran baru yang bersih.

Your huge love, God, has covered all my transgression, forgave my sins, forgot my rebellion, accepted me when I returned to you, restored and set me free, also gave me new clean sheets.

Kali ini tidak akan lagi aku mau meninggalkanMu, Tuhan.


This time I shall never leave you, God.

Karena mulai sekarang dan seterusnya, kita tidak akan pernah terpisah.

Because from now on, we shall never be apart.