Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, April 30, 2015

Who Do You Trust?

Kedamaian terkoyak. Kegelisahan muncul.

Peace shattered. Unrest is heavily hung in the air.

Perkataan-perkataan dari mulut seseorang adalah penyebabnya.

Words spoken by a person have created that situation.

Kata-katanya telah menyesatkan banyak orang.


His words have misled many people.

Ketika kebenaran itu terkuak, semua terhenyak. Tidak mengira kalau dia akan bisa mengeluarkan perkataan-perkataan yang telah membuat banyak orang saling menuduh, menimbulkan banyak kesalahpahaman, ketegangan, perpecahan dan ketidakpercayaan.

When the truth finally revealed, it stunned everyone. No one expected he would say words that have made many people pointed their fingers at one another, creating lots of misunderstanding, tension, dividing us and made us eyed each other with suspicion.

Kini setiap kali mendengarnya bicara, kami tidak lagi menelan semuanya begitu saja tanpa menguji kebenarannya.

Now everytime he speaks, we don’t buy it just like that without investigate it to confirm its truth.

Kami semua kecewa. Kaget. Sulit untuk percaya. Merasa dikhianati.

It disappointed all of us. Surprised us. The truth is just too hard to swallow. Feel betrayed.

Kata-katanya sendiri telah menurunkan dirinya dari seorang yang dulu pernah menjadi orang yang dianggap bisa dipercaya dan dihormati menjadi seorang yang kini dianggap sebagai pengacau.

His own words have degraded him from somebody who considered to be a trusted and respected person into somebody who seen as trouble maker.

Kami tidak bersorak-sorai karenanya. Kami menyesalkannya. Kami prihatin.

We are not cheered on this. We feel sorry. It concerned us.

Tapi semua peristiwa ini sarat dengan pelajaran. Bukan untuk tidak lagi percaya pada semua orang, tapi untuk berhati-hati ketika mendengar suatu perkataan dan berhati-hati untuk mengeluarkan suatu perkataan.

But this incident has given us lots of lesson. Not to lose trust on everybody, but to be careful upon hearing words spoken by somebody and to be careful when speak.

*    *    *    *    *

Pada suatu masa, Tuhan pernah menjadi sosok yang amat sangat membingungkan bagi saya.

Once in a lifetime, God has become a very confusing figure to me.

Sebegitu membingungkannya sampai saya tidak tahu lagi apa saya masih bisa mempercayaiNya.

It got so confusing that I didn’t know if I could trust Him.

Selama kira-kira setahun, saya membiarkan diri tanpa kepercayaan.

For about a year I let myself living without any faith.

Selama itu pula orang mengira saya sesat.

During that time people thought I was lost my way.

Mereka tidak tahu bahwa saya sedang berjuang untuk tidak tenggelam.

They didn’t know I struggled to keep my head above the water.

Kehilangan kepercayaan bagi saya seperti berenang dalam kegelapan dilautan samudera.

For me, losing a faith was like swimming in the ocean in the darkness.

Orang menyimpulkan tindakan saya untuk tidak mengikuti ibadah sebagai tanda saya telah menjadi manusia yang sedang berjalan menuju kehancuran.

People concluded my absent from attending the service as a sign of me walking to the doom.

Tapi bagi saya, apa artinya melakukan ibadah tanpa disertai rasa percaya pada Tuhan?

But for me, what is the point of attending the service without trusting God?

Masa-masa itu adalah saat saya mengalihkan kepercayaan itu pada diri sendiri sementara saya juga mencari jawaban; kalau saya memang harus percaya pada Tuhan, saya harus mengetahui dengan pasti kenapa saya harus mempercayaiNya.


That was the time when I shifted that trust on myself but I also sought for answer; if I have to trust God, I have to know for real why I have to trust Him.

Saya tidak mau menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang karena ada yang menyuruh saya untuk melakukannya.

I don’t want to put my trust on somebody because I am told to do that.

Saya tidak mau menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang karena semua orang mempercayainya.

I don’t want to put my trust on somebody because everybody trust that person.

Saya menaruhkan kepercayaan saya pada seseorang karena saya benar-benar mengenali orang itu, mengetahui kepribadiannya seperti apa.

I put my trust on someone because I know that person, I know his/her personality.

Setahun itu saya belajar mengenali diri sendiri dan berusaha mempelajari pribadi Tuhan.

For a year I learned to know myself and tried to learn God’s personality.

Ketika saya kembali percaya pada Tuhan, itu artinya saya telah menemukan alasan yang tepat mengapa saya mempercayaiNya.

When I got my faith back, it means I have found the right reason why I trust God.

Kehilangan kepercayaan adalah hal yang umum untuk terjadi pada setiap manusia. Hal itu sering dilihat dari sudut pandang negatif kalau kita tidak mengerti bahwa hal itu sebetulnya bisa menjadi sesuatu yang positif.

Losing trust is a common thing to happen in every human. Somehow it often seen with negative perspective because we don’t understand that something positive may come out from it.

Kehilangan kepercayaan dimaksudkan untuk membuka mata kita pada hal-hal yang harus kita kenali dan pelajari.

Losing trust meant as an eye opener to make us see things that we should acknowledge and learn.

Karena ketika kita kehilangan kepercayaan, itu artinya kita harus belajar mengenali diri sendiri dan juga belajar mengenali siapa pun yang telah membuat kita kehilangan kepercayaan atas dirinya.

Because when we lost trust, it means we have to learn to know ourselves and also to learn about whoever that has made us lost trust on him/her.

*    *    *    *    *

Saya tahu di dunia ini ada banyak agama dan kepercayaan tapi saya belum pernah tahu kalau ada aliran yang menamakan diri Raelian.

I know there are many religions and beliefs in this world but I have never known there is a religion called Raelian.

Raelian adalah sebuah agama berdasarkan sains dan tidak percaya pada kekuatan super (Tuhan), agama yang menerangkan asal usul keberadaan umat manusia dibumi, dan tujuan kehidupan manusia dibumi. Raelian juga mengakui para nabi sebelumnya seperti, Musa, Buddha, Yesus, Muhammad. Para member raelian mengikuti ajaran ini tanpa campur tangan orang lain (dalam agama lain disebut sebagai pendakwah, pengkotbah, dll), para pengikut raelian adalah para pencari kebenaran melalui pembelajaran sejarah-sejarah umat manusia, bukti-bukti artefak, filosofi-filosofi kuno, kebanyakan dari pengikut ini mendapatkan informasi tentang kebenaran masa lalu melalui media Internet, dan mengikuti agama ini melalui kesadaran mereka sendiri.
Raelian diisukan sebagai freemansory dalam bentuk buddhisme, juga sering disebut sekte UFO, para skeptisme kelompok ini menyebut agama ini sebagai sekte zaman akhir. Tetapi merujuk pada buku "Intelegent Design", Raelian adalah pencerah bagi agama-agama primitif yang mempercayai hal-hal gaib atau hal-hal supranatural secara buta tanpa proses scientifikasi. Raelian juga percaya bahwa Rael adalah nabi terakhir dibumi yang menerangkan tentang identitas Tuhan Yahudi, membangun kehidupan suci maitreya, membangun surga dibumi (dalam doa bapa kami). Walaupun banyak isu skeptisme kepada kelompok ini seperti misalnya bunuh diri massal, dll, tetapi kelompok ini tidak pernah mengajarkan ajaran kebodohan dan primitif.
Raelian mengajarkan cinta kasih universal (amanat maitreya), pemerintahan berdasarkan intelegensi dan kehidupan masa depan dengan teknologi (genocracy), mencintai diri sendiri. Larangan dalam kelompok ini adalah dilarang minum-minuman yang mengandung alkohol, kafein, juga dilarang menggunakan/memakai rokok dan obat-obatan karena bisa merusak struktur DNA dalam tubuh.
Sumber: wikipedia

Raëlism, also known as Raëlianism or the Raëlian movement, is a UFO religion that was founded in 1974 by Claude Vorilhon, now known asRaël. An adherent of Raëlism is a Raëlian.
The Raëlian Movement teaches that life on Earth was scientifically created by a species of extraterrestrials, which they call the Elohim. Members of this species appeared human and when having personal contacts with the descendants of the humans they made, they previously misinformed (on purpose) early humanity that they were angelscherubim or gods. Raëlians believe messengers, or prophets, of the Elohim include BuddhaJesus, and others[2][3][4] who informed humans of each era.[5] The founder of Raëlism, members claim, received the final message of the Elohim and that its purpose is to inform the world about Elohim and that if humans become aware and peaceful enough, they wish to be welcomed by them.
Japanese Raëlian character mascot.
The Raëlian Church has a quasi-clerical structure of seven levels. Joining the movement requires an official apostasy from other religions. Raëlian ethics include striving for world peace, sharing, democracy and nonviolence.[6] Sexuality is also an important part of the Raëlian doctrine. The Raëlian Church has attracted some of its priests and bishops from other religions despite having liberal views of sexuality.[7]
Raël founded Clonaid (originally Valiant Venture Ltd Corporation) in 1997, but then handed it over to a Raëlian bishop, Brigitte Boisselier in 2000.[8] In 2002 the company claimed that an American woman underwent a standard cloning procedure that led to the birth of a daughter, Eve (b. 26 December 2002). Although few believe the claim, it nonetheless attracted national authorities and the mainstream media to look further into the Raëlians' cult status.
The Raëlians frequently use the swastika as a symbol of peace, which halted Raëlian requests for territory in Israel, and later Lebanon, for establishing an embassy for extraterrestrials. The religion also uses the swastika embedded on the Star of David.[9] Starting around 1991, this symbol was often replaced by a variant star and swirl symbol as a public relations move, particularly toward Israel.
Source: wikipedia

Ada begitu banyak hal yang kita temui atau yang kita lihat dan dengar setiap harinya.  

There are many things we discover or see and hear everyday.

Tidak semuanya baik. Tidak semuanya buruk. 

Not all of them are good. Neither are they bad stuff. 

Kita hanya perlu berhati-hati memilih mana atau siapa yang harus kita percayai tapi ini tidak berarti kita menganggap tidak ada satu pun atau seorang pun yang dapat dipercayai.

We just need to be careful on choosing which one or whom should we trust but this doesn't mean that we conclude nothing or nobody can't be trusted.

Monday, April 27, 2015

What Do You Believe?

Mempercayai adalah hal yang penting.

Believing is important.

Perkaranya adalah apa yang kita percayai dan kepada siapa kita percaya.

What we believe and who we believe remain as the main issues.

* * * * *

Kamu percaya?

Do you believe it?

Kita tentu tidak akan percaya kalau mendengar gajah bisa terbang seperti burung. Mustahil. Itu cuma lelucon.

We definitely won’t believe when we hear elephant can fly like a bird. Impossible. It is nothing but joke.

Kamu seorang pecundang..

You are a loser..

Kalau otak kita mengeluarkan pemikiran seperti ini atau kita mendengar perkataan seperti ini ditujukan kepada diri kita, akankah kita mempercayainya sebagai suatu kebenaran? Apakah kita menerimanya sebagai fakta?


If say, our brain came up with that kind of thinking or we heard those words were spoken about us, would we believe it as truth? Would we accept it as fact?

Untuk menemukan jawabannya, jangan langsung menelannya bulat-bulat atau mempercayai sampai ke titik komanya tapi ambilah waktu untuk melihat dan mengujinya dari berbagai sisi..

To find the answer, don’t just swallow it down or take everything literally. Give yourself some time to see and test it from many angles..

Apa kamu layak menjadi pemimpin sharing sementara kamu tidak pernah mengikuti ibadah setiap hari Minggu..

Are you a suited to lead a sharing while you never attend Sunday service..

Ucapan ini sampai ke telinga saya beberapa hari lalu.


These words came to my ears just a few days ago.

Apakah saya mempercayainya bulat-bulat?

Did I believe it?

Tidak.

No.

Apa saya tidak mengindahkannya?

Did I ignore it?

Tidak.

No.

Yang saya lakukan adalah berdiam diri. Saya sengaja melakukannya untuk mendinginkan kepala dan hati saya.

I kept myself quiet. I did it on purpose to cool down my head and my heart.

Karena pertama kali saya mendengar omongan seperti itu, saya merasa seakan ditampar. Perasaan saya campur aduk antara kesal, bingung, tidak percaya dan marah.

The first time I heard it I felt it like a slap on my face. My feelings were the mixture of upsetness, confusion, amazement and anger.

Mari saya jelaskan dulu latar belakangnya; begini, dua tahun lalu kehidupan saya dilanda badai pencobaan. Orang tua saya bergantian sakit. Yang paling parah adalah ibu saya sampai tahun itu beberapa kali kami mengira saat terakhirnya sudah datang.


Let me take you to my life two years earlier; so, it was stormy. My parents were ill, one after another. My mother's condition was so worse, we thought her end had come.

Saya tidak bisa menerimanya karena saya merasa waktu itu seharusnya belum datang. Saya masih membutuhkan mereka dan selalu ada keyakinan dalam hati saya bahwa mereka harus melihat terwujudnya semua harapan, doa dan iman mereka untuk saya.

I couldn’t accept it because I thought that moment should not come yet. I still need them and there is this feeling in me which keep saying that they should see all of their hopes, prayers and faith for me come to pass.

Saya bingung dan marah. Saya kehilangan arah. Depresi yang parah memakan fisik dan kesehatan saya dalam bentuk haid saya yang tidak berhenti selama sebulan dan kondisi ini berjalan selama hampir setahun. Dokter kandungan yang saya datangi memberikan tiga kemungkinan; ganggungan hormon, ada tumor atau gejala awal kanker rahim.

I was confused and angry. I lost my way. The severe depression took its toll on my physic and health when I had my haid unstoppable for a month and this went for nearly a year. The gynecologist’s prognosis were either it was hormone abnormality, tumor or early symptoms of uterus cancer.

Saya betul-betul nyaris jadi gila karenanya.

I was nearly gone crazy at that time.

Saya kehilangan iman pada Tuhan. Suatu hal yang tidak pernah terbayangkan akan bisa terjadi, apalagi saya bekerja di gereja.

I lost my faith to God. An unthinkable thing to happen, and I work in church.

Tadinya saya menutupinya. Tapi kemudian saya berpikir buat apa saya berpura-pura? Apa gunanya saya mengikuti ibadah tapi pikiran saya kemana-mana dan hati saya penuh dengan kegetiran.


At first I covered it up. But then I thought why pretended? What good was it for me to attend the service but my mind wandered around and my heart was bitter.

Cepat atau lambat akhirnya senior-senior saya menyadari bahwa saya tidak lagi pernah ikut ibadah. Dan untuk alasan beragam, dari yang benar-benar karena peduli dan sayang ke saya sampai pada yang lebih ingin menjaga citra, mereka berusaha untuk mengembalikan saya ke jalan yang benar.

Sooner or later my seniors realized that I skipped the service. And for various of motives, from the genuine care and love for me to the one of keeping an image, they tried to put me back on the right track.

Tidak seorang pun dari mereka yang berhasil mengubah pikiran saya.

None of them could change my mind.

Saat itu adalah masa dimana saya sebetulnya sedang mengalami perombakan, pendewasaan dan pembentukan ulang dari iman serta kerohanian saya.

That was actually the time when I went through faith and spiritual renovation, maturation and reformation.

Saya tidak akan menjadi diri saya sekarang ini, seorang yang jauh lebih baik secara kejiwaan dan kerohanian kalau saya tidak melalui masa-masa itu.

I wouldn’t be the person I am today, somebody who has better psyche and spiritual, if I didn’t go through those moments.

Lalu saya dilibatkan dalam persekutuan pemuda ditempat kerja saya ini. Dari hanya menjadi peserta sampai akhirnya ditunjuk untuk memimpin sharing dan akhirnya menjadi ketua pemuda.

Later I was involved in the youth fellowship in my office. From just being a regular attendance to later got appointed to lead the sharing session and then become the chief of this group.

Semua mengalir begitu saja. Saya tidak pernah mengajukan diri, tidak pernah berminat untuk ikut dalam kelompok pemuda ini karena merasa dari sisi umur, saya sudah terlalu tua untuk disebut pemuda dan apa anak-anak muda ini bisa mengimbangi pemikiran dan pengertian saya atau sebaliknya..

It just happened. I never volunteered myself, never had any interest to join this youth group because seeing it from my age, I can’t classify myself as a youth and could these young people balance my mind and my understanding, vice versa..

Tapi saya menganggap kebersamaan saya dengan mereka adalah saat dimana saya bisa mempelajari banyak hal baru dan saya bisa membagikan pemikiran, pengertian dan pengalaman saya kepada mereka.

But I took my presence among them as an opportunity to learn many new things and I can share them my thoughts, understanding and experience.

Hal-hal yang saya temui dan keberatan Andre membuat saya sempat mengundurkan diri dari kelompok ini. Sebetulnya saya lakukan itu tidak dengan sepenuh hati. Dan Tuhan juga tidak menghendaki terjadi demikian hingga kemudian terjadi beberapa hal yang membuat saya berubah pikiran. Bahkan kali ini saya menjadi lebih berkomitmen.

The things I discovered and Andre’s objection have made me left this group. Something I did half heartedly. And obviously God didn’t want me to abandon them either so things happened that made me changed my mind. This time my commitment is even more strong.

Jadi bayangkan bagaimana kagetnya saya ketika mendengar perkataan yang intinya mengenai ketidaklayakan saya untuk memimpin sharing karena saya masih belum mengikuti ibadah.


So imagine how surprised I was when I heard those words that spoke my incapability to lead sharing session because I still am not attending the service.

Tapi saya memilih untuk berdiam diri. Menenangkan emosi. Tidak mengkonfrontasikan pada yang orang yang mengatakan hal tersebut.

But I chose to remain quiet. Calmed myself down. Not confronted it to the people who said it.

Walau saya menilai ucapan itu didasarkan pada pengertian yang dangkal karena berarti mengukur tingkat kerohanian seseorang hanya dengan melihat kehadirannya dalam ibadah..

Though I think such saying shows how it was concluded on shallow understanding because it means they value somebody’s spirituality based on the person’s attendance on the service..

Tapi saya juga berusaha untuk fair dengan pemikiran; kan mereka tidak melihat dan karenanya tidak mengetahui kalau setidaknya seminggu sebelum saya memimpin sharing atau mengikuti persekutuan pemuda, saya selalu berdoa supaya Tuhan menguasai diri saya sepenuhnya supaya bukan lagi saya yang memimpin sharing, bukan saya yang memilih lagu-lagu yang akan kami nyanyikan. Dengan demikian semua berjalan bukan karena keinginan, ide, pemikiran atau selera saya.

one of our youth meeting
But I also tried to be fair under this thought that; they don’t see and so don’t know that at least a week before I led a sharing session or attended the fellowship, I always pray so God completely endows within me and it makes no longer me who lead the sharing session nor chose the songs we are going to sing. I thus don’t run everything according to personal will, ideas, thoughts or taste.

Saya tidak perlu membuktikan apa pun pada siapa pun. Saya hanya mengikuti pimpinan dan panggilan Tuhan. Saya menjalankan bagian saya dengan sungguh-sungguh.

I don’t need to prove anything to anyone. I just follow God’s lead and call. I do my part with all my heart.

Keraguan mereka terhadap kelayakan spiritualitas saya karena saya tidak mengikuti ibadah.. hmm.. saya tidak mau demi membangun citra diri sebagai seorang dengan spiritualitas yang layak membuat saya harus menjadi munafik.

Their doubt on my spirituality based on my absent from attending the service.. hmm.. it is not my intention to build self image of somebody with proper spirituality that make me have to become a hypocrite.

Saya tidak tergerak untuk mengikuti ibadah karena saya merasa jiwa saya tidak menemukan apa yang saya cari dan butuhkan dari ibadah itu. Saya menemukannya melalui apa yang Tuhan tunjukkan dan ajarkan pada saya dalam kehidupan, juga lewat percakapan pribadi saya dalam doa kepada Tuhan dan banyak merenungkan firmanNya.

I am not moved to attend the service because I feel my soul does not find what I search and need from that service. I find it from the things God shows and teaches from real life, also through my private conversation to Him in prayers and lots of time thinking about His words.

Nah, orang kan tidak melihatnya. Jadi ya ada yang berpikir dan menyimpulkan bahwa mengikuti ibadah menyatakan kondisi spiritualitas seseorang berada dalam jalur yang benar. Yang tidak beribadah berarti kondisi spiritualitasnya meragukan. Haha.. asyik banget kan kesimpulannya..

So people don’t see this. And yeah, few of them think and conclude that attending service shows somebody’s spirituality is in the right track. Those who don’t attend it make their spirituality should be questioned. Haha.. what a superb conclusion..

Berhari-hari saya berdoa dan akhirnya saya menemukan jawabannya. Tuhan mengatakan kalau ada yang minta saya mengikuti ibadah, ikuti saja tapi selama ibadah, arahkanlah hati dan pikiran saya padaNya dalam doa, saya tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan oleh pengkhotbahnya kalau saya tidak ingin melakukannya tapi itu tidak perlu membuat saya gelisah karena sebagai gantinya saya bisa berkonsentrasi dalam doa. Dan itu sudah saya lakukan hari Minggu lalu.. hehe..

I have been praying for this for days and finally I found the answer. God said if somebody asked me to attend the service, go and attend it, but focus my heart and mind to Him in prayer all through the service, I don’t even have to listen to the preacher if I don’t want to but it should not have to make me feel restless as I can concentrate in silent prayer. Oh, by the way, I have done it last Sunday.. lol..

Inti dari yang ingin saya sampaikan melalui pengalaman saya diatas adalah bahwa ketika kita mendengar tentang sesuatu, yang harus kita lakukan;

My point from the stuff I wrote above is when we hear something, what we should do are;

Ambil waktu sejenak untuk tidak langsung mempercayainya tapi juga tidak mengacuhkannya.

Take time to not believe it as the whole truth but not ignoring it either.

Kemudian ambil waktu untuk menyelidiki kebenarannya, lihat dari berbagai sisi, tempatkan diri pada sikon atau posisi yang berbeda.

After that take time to investigate to find the real truth, observe it from different angles, put yourself in different situation and position.

Kalau kita belum menemukan jawabannya, ambil waktu menunggu hingga akhirnya kebenaran yang asli muncul.

If we still have not found the answer, take time to wait for the real truth to appear.

Setiap hari ada banyak hal yang kita dengar, tapi belum tentu semuanya itu adalah hal yang benar. Jadilah waspada dan bijaksana supaya jangan kehilangan arah atau hilang pegangan.

Everyday there are many things we hear but it does not make all of them is the truth. Be on your guard and be wise so you will not lose your way.

Friday, April 24, 2015

Hey Commander…

Hai Komandan..

- Pimpinlah kami -

- Lead us -

Saya suka bingung kalau melihat orang begitu berambisi dan bahkan sampai ngotot ingin jadi manager, wakil direktur, direktur, presiden..

I just don’t get it when I see somebody is so ambitious and even push his way to become a manager, vice director, director, president..

Oh ya.. anda akan mengatakan; ‘Keke, posisi-posisi itu memberikan gaji lebih besar, mendapatkan lebih banyak fasilitas, kekuasaan dan presitise besar’..

Oh yeah.. you would say; ‘Keke, those position gives you higher amount of salary, more facilities, bigger power and prestige’..

Kalau itu adalah hal-hal yang memotivasi seseorang untuk menempati suatu posisi tinggi maka itu artinya dia sedang membangun rumah di atas pasir.. tinggal tunggu saatnya kapan dia akan jatuh dan hancur.

If those are the things that motivate somebody to get high position he is building a house on the sand.. waiting for disaster to arrive to make him fall down and destroyed.

Karena posisi-posisi tinggi itu menempatkan seseorang bukan sebagai seorang boss atau seorang atasan yang mempunyai gaji lebih banyak, kekuasaan lebih besar, mendapatkan segudang fasilitas dan hak-hak istimewa yang menjadikan ego serta rasa bangganya melambung hingga ke langit.

Because those high position does not place somebody as a boss or a superior who gets high salary, bigger power, tons of facilities and privileges that boost his ego and pride up to the sky.

Posisi-posisi tersebut menempatkan seseorang untuk menjalankan peran dan membawa tanggung jawab sebagai pemimpin.


Those position put somebody to play the role and to carry the responsibility as a leader.

Menjadi pemimpin itu tidak mudah.

It is not easy being a leader.

Dari dulu saya paling ogah ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok atau untuk memimpin sesuatu. Saya tidak punya ambisi untuk menjadi pemimpin. Lebih enak (dan lebih aman) menjadi pengikut.

I have always reluctant to be appointed as head of the group or to lead something. I have no ambition to become a leader. It is much easier (and safer) to be a follower.

Tapi kehidupan membawa saya pada posisi yang menempatkan saya sebagai pemimpin.

But life brought me to position that placed me as a leader.

Dari enam tahun pengalaman saya menjadi guru taman kanak-kanak, setahun saya menjadi wali kelas playgroup dan setahun menjadi wali kelas TK A.

Of my six years working as kindergarten teacher, I spent a year incharged in playgroup class and another one year incharged in class for children age 4-5 years.

Lalu tujuh bulan lalu kelompok persekutuan pemuda di tempat kerja saya membutuhkan seorang ketua. Selama beberapa bulan posisi itu kosong. Tidak seorang pun yang maju untuk mengisi posisi itu. Semua berkelit dan menolak ketika diminta untuk menjadi ketua.

Seven months ago the youth fellowship in my workplace needed a chief. It has been vacant for months. Nobody walked forward to take the position. Everyone made excuses and refused when being asked to fill the position.

Saya menerimanya dengan pemikiran dengan adanya ketua maka kelompok ini akan dimasukkan dalam struktur organisasi dan mereka akan memiliki tempat untuk berkarya, belajar serta bertumbuh.

I accepted it because I thought now that it has a chief, the group is officially in the structure and they shall have a place to bring forth their creativities and ideas, to learn and to grow.

Tapi lima bulan kemudian saya melihat hal-hal yang membuat saya merasa tidak nyaman dan ditambah dengan keberatan Andre karena waktu kebersamaan kami menjadi berkurang, saya mengambil keputusan untuk mengundurkan diri sebagai ketua.

But five months after that I saw things that made me felt uncomfortable and along with Andre’s objection as that position has reduced our time to get together, I resigned from the post.

Lalu terjadi sesuatu yang membuat saya akhirnya memutuskan akan tetap menjadi ketua mereka, memimpin mereka.

Later something happened that made me decided that I will remain as their chief, leading them.

Inilah hal-hal yang mungkin tidak pernah diketahui atau dirasakan oleh anak buah.

These are the things that may not come to the knowledge of or never have to be endured by the subordinates.

*    *    *    *    *

- Siap berkorban -

- Willing to make sacrifices -

Hujan lebat tiba-tiba turun tepat ketika saya akan meninggalkan kantor hari Minggu sore itu.

It poured down exactly at the time when I was about to leave the office on Sunday afternoon.

Saya memutuskan untuk menunggu sampai hujan berhenti atau setidaknya mereda karena tidak mau nekad menerjang hujan lebat.

I decided to wait for it to stop or at least after it ceased down as I didn’t want to soak myself if I insisted to go through the pouring rain.

Kerjaan selesai, hujannya belum kelar juga. 

Work done, the rain has not stopped. 

Jadi saya mandi dulu. Mungkin selesai mandi, hujan berhenti dan saya bisa pulang.

So I took a bath. Maybe the rain would stop after I took a bath.

Setelah mandi saya kembali ke ruangan saya. Hujan masih turun. Sambil duduk-duduk ingatan saya melayang pada apa yang terjadi dalam rapat yang beberapa jam lalu saya ikuti. Dan rasa berat di hati yang memang sudah ada tiba-tiba terasa semakin membebani hati saya.

I returned to my room after I took a bath. It was still raining. As I sat there my mind just flew back to the things in the board meeting that I attended few hours ago. And the burden in my heart which has been there felt heavier.

Pertanda tidak baik. Saya pun mencari sesuatu untuk dikerjakan supaya perhatian saya teralih.

Not good. So I looked for something to keep me busy so I would be distracted.

Telpon genggam saya berdering. Wah, Andre.

My cellphone rang. It was Andre.

Kami bicara sebentar. Dia sudah berada dalam pesawat. Sebentar lagi akan berangkat.

We couldn’t talk long. He was boarded in the plane. Will be leaving soon.

“Semua baik-baik saja?” dari nada suaranya saya tahu dia sangat mengkhawatirkan saya.

“Is everything okay?” I could tell from his voice that he was worried about me.

Tentu saja saya tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Of course I was not okay.

Saya teringat pada rapat yang saya ikuti beberapa jam lalu, pada hal-hal yang membuat saya bingung, kesal, malu, marah dan hujan keparat ini membuat saya tidak bisa pulang, saya capek, mengantuk, saya merindukan rumah saya, orang tua saya, anjing saya, kamar saya yang nyaman..

My mind flew back to that meeting that I attended few hours earlier, to the things that confused, upset, embarrassed, angered me and this damn rain made me unable to go home, I was tired, sleepy, I missed my house, my parents, my dog, my comfortable room..

Dan ya ampun… saya ingin sekali Andre ada disisi saya, dalam keadaan seperti ini saya ingin sekali dipeluk dan saya berada di kantor yang sepi, sendirian.. Kami harus menunggu lima hari sebelum bisa bertemu.

And gosh.. I really wished Andre could be by my side, when I was weary I wanted to be hugged and there was I all alone in a quiet office.. We have to wait another five days before we can see each other.

Begitu percakapan kami selesai.. beban di hati saya terasa demikian berat sehingga air mata saya runtuh tanpa bisa dibendung lagi.

Once our conversation was done.. my heart was so weary that tears just fell down uncontrollably.

Wah, saya panik juga karena tidak biasanya saya jadi cengeng seperti itu. Saya nyaris tidak pernah menangis dan kalau saya menangis, maka itu saya lakukan ditempat tertutup supaya tidak terlihat oleh orang lain.

Oh no, it panicked me because it is not my habit to become so mellow like that. I hardly ever cry and when I did cry, I would do that behind closed door, away from people’s stare.

Untung saja tidak ada yang datang ke ruangan saya sehingga saya punya waktu beberapa menit dalam keheningan jadi saya punya privasi untuk menangis, berdoa dan menenangkan diri.

Good thing no one came to my room so I had few minutes in total silence of privacy to cry, pray and gained back my composure.

*    *    *    *    *

- Jangan pernah meninggalkan anak buahmu -

- Never deserted your men -

“Kita kayak orang tolol ya di dalam sana” teman saya menatap saya sambil tertawa.

“We were like idiots in there” my friend stared at me as she laughed.

Saya ikut tertawa.

I joined in her laugher.

“Si …. juga diam aja waktu ibu…. ngomong” tambah teman saya itu. Nyengir gemas.

“And … said nothing when that lady …. talked to us” she added. Grinned upsetly.

Ya. Saya teringat ketika seorang anggota dewan mengatakan kata-kata kepada kami berdua, opini, pertanyaan dan kritikan yang lebih tepat ditujukan kepada pembimbing rohani kami dari pada kepada kami.

Yes. I remembered how one of the board member said things to us which she should address her opinion, question and critique to our spiritual mentor than to us.

Malam sebelumnya kami mendiskusikan hal-hal yang akan kami bicarakan dalam rapat itu dan pembimbing rohani kami mengatakan kalau ada komentar atau pertanyaan seputar wewenangnya, dia yang akan bicara.

The night before we discussed about the things we were going to say in that meeting and our spiritual mentor said he would answer any comment or questions regarding his jurisdiction.

Tapi kenyataannya dia diam. Membiarkan kami dipojokkan. Dan baru bicara setelah saya meminta dia untuk bicara.


But it turned out he just said nothing. Left us to be cornered. And he only spoke after I asked him to speak.

Saya sudah cukup jengkel mendengar omongan yang dikatakan oleh anggota dewan. Tapi saya lebih jengkel karena dia tidak konsisten dengan omongannya sendiri. 

It already pissed me to hear what that board member said. But it pissed me more to see his inconsistency with his own. 

Saya adalah ketua kelompok pemuda ini tapi kami memiliki pembimbing rohani yang harus mendampingi kami. Dalam beberapa hal posisinya berada di atas saya. Kami saling membutuhkan dan karena itu kami harus saling mendukung.

I am the chief of this youth group but we have a spiritual mentor to guide us. In some cases his position makes him more superior than me. But we need each other and so we have to support one another.

Ketika dia diam tepat di saat ketika kami membutuhkannya dan di saat dia mengetahui kami membutuhkannya.. saya belum pernah merasa demikian dikhianati.

When he shut his mouth right at the time when we needed him and he knew we needed him.. I have never felt so betrayed.

*    *    *    *    *

- Membawa lebih banyak beban -

- Carry most of the burden -

“Pembicaraan kita ini dan hal-hal yang terjadi dalam rapat tadi biarlah hanya kita yang tahu” pesan saya pada teman saya itu “Pasukan kita tidak perlu tahu. Bukan apa-apa, tiap orang memiliki tingkat kedewasaan dan kerohanian yang berbeda. Kalau mereka tahu tentang hal ini, belum tentu mereka bisa mengerti. Mereka bergantung pada kekuatan arus. Jadi biarlah mereka hanya tahu acara kebersamaan pemuda kita tetap berjalan. Mereka tidak perlu tahu bagaimana perjuangan kita tadi dalam rapat”

“We better keep this conversation and the things in that meeting only to us” I told my friend “The guys need not to know. It is not that I don’t want them to know, it is that every people has their own level of maturity and spiritual understanding. If they know these things, they may not able to understand. They depend on the flow. So let them know that our outdoor gathering will be held. They don’t need to know what we had to go through in that meeting”

Teman saya mengangguk. Saya bersyukur karena dia bisa mengerti.

My friend nodded. I am grateful she could understand.

Menjadi pemimpin seringkali seperti menjadi perisai bagi anak buah. Ketika peluru ditembakkan, pemimpinlah yang terkena duluan karena dia yang berdiri di depan.

Being a leader is like being a shield to his men. When a bullet was fired, it was the leader who got hit first because he stood infront of his men.

Orang yang ingin duduk di atas takhta dan dilayani, dia bukanlah seorang pemimpin. Orang seperti itu adalah atasan, boss.

Somebody who wishes to sit on the throne and being served is not a leader. That kind of person is a superior, a boss.

*    *    *    *    *

- Pencapaian kelompok lebih penting -

- Goal achievement is more important  -

Ketika mendengar senior-senior saya meyakinkan bahwa acara kebersamaan kami mendapatkan dukungan dan persetujuan mereka, hal itu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya.

When I heard my seniors convinced us that our outdoor gathering has their support and permit, it gave me quite a happiness.

Padahal sejujurnya acara itu tidak saya rasakan sebagai sesuatu yang saya butuhkan secara emosi dan rohani.

To be honest I don’t feel that event will be something I need emotionally and spiritually.

Acara ini adalah untuk pasukan pemuda yang saya pimpin. Acara ini penting untuk mereka. Acara ini akan membawa arti untuk mereka.

This event is for the guys in the youth group. This event is important for them. This event will leave good impact on them.

Itu sudah cukup untuk saya ketahui dan untuk membuat saya gembira.

That is enough for me to know and to make me happy.

*    *    *    *    *

- Kami membutuhkanmu -

- We need you -

Ketika saya sedang berusaha untuk menenangkan diri, sempat terpikir oleh saya untuk apa saya mau bersusah payah memperjuangkan anak-anak muda ini.

When I was trying to calm myself down, it crossed my mind what on earth made me wanted to fight my way to stand for these young people.

Lalu muncul pesan blackberry. Seorang dari mereka menanyakan apakah acara kebersamaan pemuda akan dilaksanakan.

A blackberry message came. One of them asked if the outdoor gathering will be held.

Ya, jawab saya, syukur pada Tuhan, berkat dukungan doa kalian juga.

Yes, I replied her, thank to God, for your prayers too.

Syukurlah, balasnya, syukur pada Tuhan. Semangat, ibu ketua..

Thank goodness, she messaged me back, thank God. Keep up the spirit, chief..

Semangat, ibu ketua

Keep up the spirit, chief

Air mata saya runtuh lagi. Tepat di saat saya sedang merasa down.. dia tidak tahu besarnya arti kata-katanya itu.

My tears flooded out again. Right at the time I was feeling down.. she didn’t know how much her words meant to me.

Dan terima kasih, Tuhan, untuk memberitahukannya pada saya..

And thank you, God, to let me know this..

*    *    *    *    *

- Lakukan yang terbaik tapi jangan mengandalkan dirimu sendiri -

- Do your best but don’t rely on yourself -

Setidaknya seminggu sebelum rapat itu diadakan, saya sudah mulai mendoakannya. Saya juga minta supaya anggota kelompok pemuda juga ikut mendoakannya. Bahkan malam sebelum hari H, saya masuk ke ruang rapat dan selama beberapa menit saya berada sendirian di dalam ruangan itu, saya berdoa.

I have prayed for the meeting since at least a week before that it was held. I also asked members of the youth group prayed too. The night before the D day I even went to the meeting room and was all alone in there for few minutes, I prayed.

Besoknya dalam rapat terjadi hal-hal yang sudah saya tuliskan di atas. Hal-hal yang membuat saya bingung, kesal, malu dan marah. Tapi doa-doa saya menjadi seperti perisai yang melindungi dan terutama membuat penguasaan diri saya tidak jebol.

The next day there were things happened in the meeting as I have written about them on the above. The things that confused, upset, embarrassed and angered me. But my prayers have become like a shield and mostly it made my self-control remained intact.

Saya dan tim kami melakukan persiapan. Itu adalah upaya terbaik yang dapat kami lakukan sebagai manusia tapi di atas segalanya tetaplah mengandalkan Tuhan karena Dia adalah sumber dari segala yang kita butuhkan.

My team and I made our preparation. That was the best thing we could do as human but above all else rely on God because he is the source of everything we need.

Tuhan adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin.

God is a leader’s key of success.